MOJOK.CO – Setelah saya analisis dengan seksama, ternyata saya temukan 3 fitur fungsi tersembunyi dari kalung anti-corona yang kontroversial ini.
Pemerintah Indonesia tidak pernah kehilangan langkah ajaib dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Apalagi kalau soal upaya penanganan COVID-19 alias virus corona, pemerintah kita tiba-tiba jadi kayak ada manis-manisnya gitu.
Masih hangat-hangat kuku, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertanian (Balitbangtan) mengumumkan produk anti-virus corona.
Nah, kebetulan salah satu produknya berbentuk kalung. Kalung anti-corona, begitu katanya. Kalung yang berbasis eucalyptus, atau pohon kayu putih ini bahkan bakal diproduksi massal mulai bulan Agustus mendatang. Garcep.
Sontak tanggapan soal kalung anti-corona ini bermunculan. Tidak sedikit netizen yang meragukan khasiat dari kalung anti-virus tersebut. Apa benar kalung ini benar-benar mampu menjadi penangkal corona?
Bahkan jagat Twitter pun digemparkan dengan trending tagar #KalungAntiBego. Yang tentu, tujuannya untuk bercanda balik kepada pemerintah, sebagai bentuk rasa sayang sebagai masyarakat yang selama ini diperhatikan sampai dibikinkan jamu segala. Duh, maaf ya pemerintah, kita jadi ngrepotin nih.
Akan tetapi, terlepas dari kontroversinya, saya optimis kalung anti-corona ini ada fungsi atau manfaatnya. Soalnya saya percaya, tak ada satu pun benda tak bermanfaat atau tak berfungsi di dunia yang diciptakan Gusti Allah ini. Lah jangankan kalung anti-corona, anggota DPR lho kalau dikorek-korek ada juga kok fungsinya.
Oleh sebab itu, setelah saya analisis dengan seksama, ternyata saya temukan 3 fitur fungsi tersembunyi dari kalung anti-corona ini.
Pertama, menambah pahala dan bisa jadi kalung identitas
Kalung anti-corona dipercaya mampu membunuh virus corona. Begitu pernyataan langsung oleh Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Menurut Pak Menteri, kalung ini mampu membunuh 42% virus corona bila dipakai selama 15 menit, bahkan mampu membunuh 80% virus corona bila dipakai selama 30 menit.
Saya jadi membayangkan, kalau saja kalung ini nanti bisa didesain dengan bentuk bola-bola kecil berjumlah 33 layaknya tasbih. Pasti, setelah dipakai selama 30 menit, lantas kita melanjutkannya dengan berzikir memakai kalung tersebut, saya yakin virus akan hilang 100%. Bahkan, bonus pahala bagi penggunanya.
Lha, kalau yang non-muslim gimana dong?
Ya tinggal sesuaikan saja bentuknya dengan simbol agamanya. Ada yang bentuknya rosario, ada yang menggunakan salib, pokoknya kalung doa yang biasa digunakan sebagai media ibadah yang mencakup semua agama.
Tak ketinggalan bagi yang ateis dan agnostik, nanti akan disediakan dalam bentuk kalung dengan bandul bertuliskan “humanity above religion”.
Malah, kalau pemakaian kalung ini merata seluruh masyarakat Indonesia, nantinya pertanyaan “agamamu apa?” akan lenyap dengan sendirinya. Soalnya tak akan ada lagi perdebatan sengit di media sosial, di tongkrongan, di mana pun mengenai penting tidaknya menanyakan “agamamu apa?”.
Gimana? Revolusioner sekali bukan?
Kedua, bisa jadi bisnis Multi Level Marketing (MLM) jenis baru bagi masyarakat
Tidak dipungkiri, tentu ada beberapa orang akan curiga dan menduga mengenai perkalungan yang bukan terbuat dari emas ini.
Saya masih ingat, beberapa tahun lalu beberapa daerah sempat digegerkan dengan kasus kalung “hora umum”. Pernah dengar? Salah satu produk Kiyu-net yang dijadikan dalih penipuan money game dengan sistem piramida MLM.
Nahasnya, tidak sedikit yang tertipu karena bisnis abal-abal tersebut. Jadi wajar, kalau ada masyarakat yang trauma dan was-was, jangan-jangan pemerintah sedang memperkuat keuangan negara dengan mengadopsi cara bisnis MLM (tentu MLM asli, bukan yang money game ya)?
Bukankah sebelum ada kalung anti-corona ini, kita sudah tahu ada produk kesehatan macam Ginsamyong? Toh pada kenyataannya, alat kesehatan berbentuk perhiasan macam kalung/gelang gitu masih cukup laku di Indonesia.
Bukan tidak mungkin, selain sebagai jamu kalung anti-corona, hal ini bisa dikembangkan oleh masyarakat sendiri untuk berbisnis. Misalnya, karena bahannya ada di alam sekitar, masyarakat kita membudidaya kalung anti-corona ini, diproduksi, dikemas, lalu jadi bisnis baru.
Mengingat pemerintah juga perlu menaikkan perekonomian karena pandemi, bukan tidak mungkin ini langkah untuk merangsang naiknya lagi ekonomi Indonesia.
Kalau varian bisnisnya nanti pakai MLM, kan itu agar penyebarannya cepat aja. Apalagi kalau ada iming-iming kapal pesiar, bukan tidak mungkin penyebarannya bisa langsung melesat sampai pelosok negeri.
Misalnya, begitu daftar jadi downline lalu dapet kalung anti-corona… bukannya kesehatan yang didapet etapi malah kapal pesiar.
Ketiga, menambah imunitas
Kenapa kita tidak coba saja dulu memakai kalung anti-corona ini?
Dulu aja, kopi luwak tidak serta merta ujuk-ujuk terkenal dan diketahui kalau rasanya enak. Karena siapa yang menyangka kalau dari kotoran hewan dapat tercipta salah satu kopi terenak dan termahal di dunia?
Kalau tidak ada yang mencoba ngosrek-osrek tai luwak lalu berani untuk meminumnya, saya yakin kopi luwak mustahil ditemukan sampai sekarang.
Atau pernah dengar mengenai gelang Power Balance yang mampu membuat tubuh memiliki keseimbangan, kekuatan dan fleksibilitas? Yang pada akhirnya, diketahui tidak ada manfaat secara medis.
Namun, sebelum itu ternyata banyak lho yang merasakan manfaat dari gelang Power Balance itu. Beberapa orang bahkan mengaku kalau ada kekuatan tambahan yang keluar dari dalam tubuhnya gara-gara gelang ini. Ternyata, selidik punya selidik, itulah yang dinamakan power of belief. Keyaqueenan.
Manfaat yang datangnya bukan dari energi gelangnya, tapi dari energi keyakinan kita. Ya kali aja orang yang pakai kalung anti-corona itu bakal jadi percaya diri, terus imun tubuhnya jadi menguat dengan sendirinya. Namanya juga coba-coba.
Terkait banyaknya keraguan terhadap antivirus ini, pihak Kementan pun mengatakan hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan bahan anti-corona, begitu pula di Indonesia. Kalau bentuknya kalung dan sifatnya jamu-jamuan, ya anggap saja itu sebagai upaya pemerintah untuk tetap menjunjung tinggi kearifan lokal.
Berkaca dari situ, kenapa kita tidak apresiasi langkah pemerintah satu ini? Lha wong kalau ujung-ujungnya tidak berkhasiat ya nggak apa-apa, nggak ada efek sampingnya juga. Anggap aja sebagai perhiasan yang bisa memperbaharui penampilan atau buat kalung lucu-lucuan.
Misalnya ada dialog begini:
+ “Idiiih, imut dan lucu banget deh ini kalung yang kamu pakai itu. Bikinan siapa sih?”
- “Pemerintah.”
+ “Pffft.”
Lalu tertawalah kedua orang ini. Dan apakah kamu sadar, kalau sering tertawa sebenarnya mampu meningkatkan imunitas seseorang?
Dengan meningkatkan endorphin karena tertawa, seseorang akan merasa lebih positif, sehingga bisa meningkatkan kadar oksigen dan menstimulasi jantung, paru-paru, dan otot. Dengan begitu, seseorang akan semakin kuat kalau bisa tiap hari tertawa. Bahkan sistem kekebalan tubuhnya akan meningkat karena merasa rileks.
Melihat kenyataan itu, bukan tidak mungkin segala macam kebijakan pemerintah akhir-akhir ini, termasuk kalung anti-corona, tujuannya sangat mulia sekali. Yakni hanya satu: meningkatkan imunitas seluruh rakyat Indonesia.
Nah lho, program yang luwar biyasa sekali bukan?
BACA JUGA Kalung Antivirus Kementan Layak Didukung, Tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku, Bung! atau tulisan rubrik ESAI lainnya.