Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, 8 November 2015, menjadi saksi betapa sempaknya ulah Marc Marquez! Masih butuh bukti?
Abaikan saja seteru yang mulai terpantik dari seri Philip Island, Australia (18 Oktober 2015) beserta sederet romantika penuh taqiyah dari mulut Marquez sebelum-sebelumnya, betapa ia sangat mengidolakan Valentino Rossi, menyimpan poster The Doctor di dinding kamarnya, dan berguru skill membalap padanya. Itu biasa, jangan terkecoh, sekali lagi, itu hanya cara taqiyah. Race Valencia membaptis telak bahwa dia layak sekali menyandang nama baru: Marquez Wahyudi!
Saya kutipkan data dari dua race terakhir saja, Sepang (25 Oktober 2015) dan Ricardo Tormo (8 November 2015).
Di ketiga kalinya ziarah ke Sepang, Malaysia (2015), saya menyaksikan sendiri betapa gaharnya Marquez Wahyudi memberi perlawanan kepada Rossi; berbanding terbalik dengan “gaya melebarnya” di lap ketiga saat “memberi jalan” kepada Jorge Lorenzo. Lalu Lorenzo seolah tak bisa dikejar lagi! Gap pun tercipta lebar dengan cepat antara posisi kedua dan ketiga.
Saat duel dengan Rossi, setiap kali Rossi nyalip, Marquez Wahyudi sontak geber gas dan melakukan take over, dalam posisi segenting apa pun, seperti bisanya. Jika Anda kritis dan anti-Wahyudi, sebab kaum Wahyudi adalah biang segala perpecahan umat sepanjang sejarah, Anda akan bertanya dalam hati sembari menatap tivi; “Kok hebat sekali ya motor Marquez Wahyudi bisa menyalip cepat Vale, sementara Vale kudu ngoyo campur doa dan nazar sedekah setiap ingin melibasnya, tetapi kok mudah sekali bagi Lorenzo untuk meninggalkan Marquez?”
Jawabannya cuma satu: sebab Marquez adalah antek Wahyudi. Sebagai antek Wahyudi, kita tahu, dia selalu menghalalkan cara sebusuk apa pun, termasuk membalap dengan gaya merusak marwah dan khittah MotoGP sebagai olahraga yang menjunjung fairness dan speed competition.
Jika Anda masih ragu akan kewahyudian Marquez, saya sodorkan data kecepatan motornya di Sepang. Awalnya, kecepatan motornya tembus 2 menit 0,818 detik; selevel dengan motor Pedrosa yang kadang gagap sama hafalan doa junubnya. Saat “memberi jalan” pada kawan senegaranya, Lorenzo, kecepatannya anjlok jadi 2 menit 2,003 detik! Situasi yang amat musykil terjadi tanpa adanya kerusakan teknis motor. Giliran duel sama VR46, bila Rossi di depan, lajunya sontak melejit. Kecepatannya anjlok lagi sampai 2 menit 2,107 detik setiap dia memimpin.
Kini perhatikan dengan seksama aksi balap Marquez di Valencia. Di atas kertas, secara teknis, sulit sekali bagi Rossi untuk bisa menang di depan Lorenzo. Finish tepat di belakangnya pun susah. Ada dua data:
Pertama, secara historis, sirkuit Ricardo Tormo memang tak bersahabat dengan Vale. Sepanjang karirnya di MotoGP, hanya dua kali ia memenangkannya. Catatan ini berbanding terbalik dengan Lorenzo. Capaian data statistik tertinggi di Valencia dipegang oleh Lorenzo di tahun 2010 lalu dengan 362 poin; disusul Marquez Wahyudi, lalu Casey Stoner.
Kedua, di race penentu juara dunia 2015 ini, Rossi harus membalap dari posisi buncit akibat ulah Marquez Wahyudi di Sepang yang menyebabkan Rossi disangsi oleh Mike Webb dengan 3 penalti. Lengkap sudah nestapa yang dipikul VR46 akibat kezaliman kaum Wahyudi itu, yang dinahkodai Marquez Wahyudi.
Tetapi Rossi tetaplah the hero, the doctor, sang makrifat di jagat MotoGP. Sesulit apa pun posisinya, ia tekun menyalip rider-rider lain dengan penuh perjuangan, tanpa mengemis pertolongan kepada para rider senegaranya.
Sampai dia berakhir di posisi empat!
Sebuah pencapaian luar biasa bila disandingkan dengan buruknya data statistik Rossi di Valencia selama ini. Valencia pun menguning.
Di barisan depan, dengan selisih gap akhir sekitar 15 detik, sejak lap pertama, Marquez Wahyudi menempatkan diri sebagai patwal Lorenzo. Marquez yang Anda puja selama ini, sebagai rider muda penuh talenta dan keberanian bertarung, seketika menjelma jongos yang penuh penghambaan kepada Lorenzo.
Data memperlihatkan bahwa kecepatan motor Marquez Wahyudi di Valencia jauh lebih baik dari motor Lorenzo. Motor Marquez Wahyudi punya kecepatan rata-rata di trek lurus 321 km/jam, sementara Lorenzo mentok di 320 km/jam. Dengan selisih 1 km/jam, kini Anda bayangkan dengan hati ikhlas; bagaimana mungkin Marquez Wahyudi sangat kesulitan menyalip Lorenzo sepanjang race?
Kedok taqiyah Marquez Wahyudi terbongkar lebih benderang kala di lap-lap terakhir, Pedrosa—yang tampak telah berhasil menghafal doa junubnya—merangsek ke depan. Sekali Pedrosa berhasil melewati Marquez Wahyudi, dan bersiap mengkudeta Lorenzo, sebab posisi ketiga rider ini sangat rapat. Tapi fairness itu tak pernah terjadi. Bagai hero, Marquez Wahyudi melawan keras take over Pedrosa, rekan setimnya, dan kembali mengambil posisi kedua. Ia lalu sibuk menutup racing line, memberi kesempatan kepada Lorenzo untuk membuka gap baru demi mengamankan posisinya.
Andai racing line Pedrosa tidak dihalangi oleh Marquez Wahyudi, ngentutin Lorenzo bukanlah hal sulit baginya. Di tiga lap terakhir, traksi ban Lorenzo sudah kendur, sehingga kecepatannya menurun. Sebaliknya, Pedrosa yang sedari lap awal merawat ritme lajunya demi menjaga traksi, kian jumawa dengan kecepatannya.
Tetapi Tuhan berkehendak lain; dan di sinilah letak hikmahnya buat kita untuk selalu melek akan kebusukan antek Wahyudi. Bila di ranah olahraga saja antek Wahyudi yang diwakili Marquez begitu bahayanya merusak fairness, apalagi di ranah agama, tho? Waspadalah, waspadalah, waspadalah.
Saya tak tahu Repsol akan berkilah apa atas kebrengsekan Marquez Wahyudi kali ini. Di sebelahnya, orang-orang Yamaha di paddock Rossi terbahak lepas menyaksikan drama yang lebih mengharukan daripada kisah cinta Agus Mulyadi itu. Mereka tahu, sebagaimana kita semua tahu, bahwa Marc Marquez telah sempurna memuluskan konspirasi kewahyudiannya untuk memecah-belah umat sedunia dengan cara merusak marwah MotoGP.
Masihkah Anda akan menjunjung Marc Marquez setelah drama busuk kewahyudiannya terpapar di depan mata? Baiknya Anda segera ingat hadits tasyabbuh yang Anda puja dengan mata merem selama ini: hanya Wahyudilah yang akan menjunjung antek Wahyudi!