Beberapa mahasiswa merasa keberatan dan memilih mengundurkan diri
Selain para mahasiswa baru yang merasa sial, mahasiswa lama Unsoed pun merasa keberatan dengan naiknya UKT tersebut. Mereka menilai kenaikan UKT ini tidak sejalan dengan fasilitasnya. “Kalau sekelas UI sih masih mending, lah ini? Top 10 aja bukan,” pendapat salah satu pengguna X.
Beberapa waktu lalu, UGM juga menaikkan UKT bagi para mahasiswanya. Namun, protes yang terdengar tidak begitu keras karena mungkin selisihnya masih masuk akal. Berbeda dengan Unsoed yang awalnya kelompok tertinggi sekitar Rp6 juta menjadi Rp18 juta, tergantung fakultas dan prodinya. Hal ini merusak predikat Universitas Jenderal Soedirman sebagai PTN termurah.
Selain itu, kenaikan UKT ini bisa dibilang sangat mendadak karena terjadi setelah pengumuman seleksi nilai rapor. Tentu saja modul UKT yang dibaca oleh calon mahasiswa baru saat mendaftar berbeda dengan nominal UKT yang sekarang.
Setelah dihujat oleh banyak pihak, para mahasiswa Unsoed kompak melakukan unjuk rasa menuntut diturunkannya UKT tersebut. Unjuk rasa itu dilakukan pada hari Jumat, 26 April di depan gedung rektorat kampus.
Aksi demo tersebut sempat memanas karena para rektor tidak kunjung muncul. Sampai akhirnya, Prof. Akhmad Sodiq menanggapi suara para mahasiswanya. Menurut beliau, terdapat ketidaksesuaian antara pendapatan yang tercantum dengan pendapatan yang asli sehingga dilakukan penyesuaian ulang besaran UKT.
Namun, tidak sedikit mahasiswa yang benar-benar mencantumkan pendapatan orang tuanya dengan jujur. Sayangnya, mereka mendapatkan UKT yang melebihi pendapatan yang mereka cantumkan. Sehingga, para rektor akan melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan kesesuaian besaran UKT dengan kemampuan finansial wali dari para mahasiswanya.
Hanya bisa menunggu
Sekarang, para mahasiswa baru dan lama sedang menanti apakah besaran UKT tersebut akan tetap diberlakukan atau akan ada keringanan. Yang pasti, banyak pihak merasa keberatan dengan nominal UKT yang baru dan juga dengan fasilitas Unsoed yang kurang memadai.
Semoga akan ada keadilan untuk semua pihak yang terlibat. Angka anak muda yang melanjutkan ke pendidikan tinggi masih sangat kecil, maka jangan dipersulit. Kemiskinan masih merajalela, maka jangan dibuat makin susah. Seharusnya, mereka yang berwenang menyalurkan beasiswa, bukan malah menaikkan biaya. Katanya mau ngejar Indonesia emas 2045?
Penulis: Diah Safitri
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Curhatan Mahasiswa D3 Unsoed, UKT Selangit tapi Cuma Dapat Kursi Majapahit: Kudu Rela Keluarin Belasan Juta per Semester Buat Jurusan Akreditasi B dan curhatan mahasiswa lainnya di rubrik ESAI.