Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

Moddie Alvianto W. oleh Moddie Alvianto W.
9 Desember 2025
A A
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO

Ilustrasi UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Angkatan kedua yang tidak terduga

Sebagai angkatan kedua di jurusan, tentu saja, banyak hal yang tidak terduga. Salah satunya, adalah kurikulum. Sebagai contoh. Saya melewatkan mata kuliah A di semester ganjil karena Sistem Kredit Semester (SKS) tidak cukup. Lalu, saya hendak mengambilnya pada semester ganjil berikutnya. Eh, ternyata mata kuliah tersebut sudah tidak ada alias dihapus. 

Akhirnya, kamu bingung dan ngedumel, tetapi apa boleh bikin. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Mau demo ubah kurikulum akan menjadi sia-sia. Ya sudah, ikut saja mata kuliah yang sejenis, yang tetap bisa melanjutkan ke babak berikutnya (baca: skripsi).

Belakangan, setelah sempat menjadi salah satu pengajar tidak tetap di kampus swasta Jogja era pandemi, dan mendapat amanah untuk bikin kurikulum, memang ternyata tidak mudah. Sehingga, kalau dulu saya ngedumel ke UB, barangkali ini karma saya. 

Seakan, dalam imajinasi saya saat bikin kurikulum, para pengajar saya di kampus itu akan bilang, “Gimana rasanya bikin kurikulum? Susah, kan?”

Itu baru kurikulum. Ada yang lebih tidak terduga lagi, yaitu mencocokkan jadwal empat pengajar untuk menguji skripsi. Dengan jumlah mahasiswa yang tidak sedikit sedangkan jumlah pengajar UB yang tidak banyak, maka menjadi ajaib apabila kamu bisa mencocokkan jadwal mereka dalam waktu 3×24 jam. 

Satu saja tidak cocok, ya, tidak bisa bisa lanjut ujian. Bingung, bukan? Maka, di sinilah keahlian negosiasi dibutuhkan. Maka, kalau ada teman-teman seangkatan, atau di atas saya, atau bahkan di bawah saya pintar bernegosiasi, percayalah mereka terlatih sejak pengajuan ujian skripsi.

Sekarang, setelah saya kembali ke UB dua bulan yang lalu, semuanya berubah. Mulai dari beautifikasi hingga sistem yang terukur. Tidak ada lagi stiker parkir dan tidak ada lagi keribetan untuk mengurus ujian skripsi. Semuanya mudah. Semuanya telah terintegrasi ke dalam Building Up Noble Future sebagai motto UB. 

Dari entrepreneur masuk ke UGM, kampus akademisi

Suasana yang amat jauh berbeda ketika saya melanjutkan kuliah di UGM. Entah karena auranya atau memang di kampus tersebut telah terbangun nuansa akademik. Sepertinya, tiap hari teman-teman kuliah saya membaca jurnal atau buku, pergi ke perpustakaan, atau diskusi ilmiah.

Jarang ada yang mampir ngopi atau main PS. Entah karena lingkungan yang berbeda atau saya keliru dalam memilih teman. 

Ketika saya bertanya kepada teman satu almamater di UB yang kebetulan melanjutkan kuliah di UGM, ternyata dia merasakan hal serupa. Oh, mungkin memang mahasiswa UGM nantinya akan menjadi akademisi. 

Konon, jika kamu hendak menjadi pengajar, cukup berbekal ijazah UGM. Para penyeleksi sudah yakin kalau kamu adalah orang yang pintar. 

Oleh karena nuansa akademik terbangun dengan mudah di UGM, alhasil mau tidak mau saya mengikuti alur dan cara berpikir teman-teman saya. Menurut saya, orang-orang yang pernah berkuliah di UGM, setidaknya cara berpikirnya runtut, terstruktur dan sistematis. 

Tidak heran apabila kemudian IPK saya cukup berbanding terbalik antara di UB dan UGM. 

Setelah lulus dari kedua kampus tersebut, saya mengambil hipotesis. Kalau ingin belajar menjadi entrepreneur atau/dan akademisi, kamu bisa memilih salah satu kampus ini.

Iklan

Selain karena pengalaman pribadi, hal ini diperkuat pula dengan persaingan ketat kedua kampus tersebut menjadi juara Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS). UGM meraih sepuluh kali, sedangkan UB enam kali. 

Hal yang kontradiktif bagi alumni UB dan UGM

Ada hal unik ketika saya bisa merasakan kuliah di kedua kampus tersebut. Di UB, ketika memasuki pemilihan eksekutif dan dewan perwakilan mahasiswa kampus, mendadak semuanya menjadi politisi kampus. 

Bicara fa-fi-fu-was-wes-wos seakan-akan bisa menarik suara mahasiswa dalam jumlah banyak. Belum lagi, negosiasi jumlah menteri apabila nantinya terpilih. Wah, heboh, lah, pokoknya. 

Sebaliknya, ingar bingar pemilihan eksekutif dan dewan perwakilan mahasiswa di UGM terkesan adem ayem. Meskipun ada baliho, tetapi tidak ada kampanye keliling kampus yang sangat meriah seperti di UB. Mungkin, karena nuansa akademis sehingga lebih sering belajar daripada obral omong kosong. 

Anehnya, meskipun sebagian kecil mahasiswa UB terlatih kampanye politik sejak dini, toh, nyatanya setelah lulus jarang yang sampai menjadi menteri apalagi presiden. Sebaliknya, UGM yang menurut saya gejolak politik kampus begitu-begitu saja, justru banyak alumninya menjadi menteri bahkan presiden.

Tentu saja, ini banyak faktor, ya. Relasi alumni salah satunya. Bukan begitu, Fufufafa?

Penulis: Moddie Alvianto

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Culture Shock Mahasiswa UM Pertama Kali Masuk ke Universitas Brawijaya, kayak Beda Universe! dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2025 oleh

Tags: Jogjas2 ugmUBub malangUGMugm jogjaUniversitas BrawijayaUniversitas Gadjah Mada
Moddie Alvianto W.

Moddie Alvianto W.

Analis di RKI. Tinggal di Yogyakarta.

Artikel Terkait

pencuri buku.MOJOK.CO
Mendalam

Siasat Kelompok Pencuri Buku di Jogja: Robin Hood atau Krimininal?

9 Desember 2025
Sayonara, JogjaROCKarta.MOJOK.CO
Panggung

Sayonara, JogjaROCKarta

8 Desember 2025
Destinasi Obelix Hills. MOJOK.CO
Kilas

Liburan Menyenangkan di Obelix Hills Jogja, Nikmati Sunset Sambil Ngopi hingga Live Music di Akhir Pekan

8 Desember 2025
UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Lupakan Garuda Indonesia, Pesawat Terbaik Adalah Susi Air MOJOK.CO

Lupakan Garuda Indonesia, Citilink, dan Lion Air: Naik Pesawat Paling Menyenangkan Justru Bersama Susi Air

10 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
korupsi bikin buruh menderita. MOJOK.CO

Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja

9 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.