MOJOK.CO – Sebelum film dimulai, akan muncul iklan tata krama nonton bioskop. Dibintangi tokoh film yang filmnya booming. Kemarin Mamet sering muncul, sekarang Dilan.
Sampai saat ini, setidaknya saya sudah pernah menonton iklan tata krama nonton bioskop dalam dua versi. Pertama, edisi Milly & Mamet yang lagi nonton berdua lalu digangguin Ernest Prakasa. Kedua, edisi Dilan dan Milea.
Dua video tersebut lumayan menyentil penonton untuk berlaku tertib di bioskop: jangan merekam film, jangan mengeluarkan suara berlebihan selama menonton, jangan angkat-angkat kaki, jangan main HP di dalam bioskop, jangan main klarinet, jangan pernah melambaikan lampu senter ke depan dan ke belakang terlalu cepat, jangan makan keju (kecuali yang kotak), jangan pakai topi Sombrero, jangan pakai baju bodoh, jangan pakai rok panjang, jangan pakai sepatu merah, jangan berlagak seperti kera.
Lalu jika beruang laut sudah mendekat, buat gambar lingkaran besar untuk menghindari diri dari gigitan beruang. Ingat lingkaran! Bukan lonjong.
Teman nonton saya yang biasa angkat kaki ke kursi depan, setelah nonton iklan tata krama nonton itu menjadi sadar dan tidak mengulangi kesalahannya lagi. Sebagai gantinya, ia angkat kaki ke kursi di sebelahnya. Hm, solusi brilian.
Sebagai pemeran Milly dan Milea, Sissy dan Vanesha Prescilla menjadi dua orang dalam keluarganya yang pernah mengimbau penonton bioskop untuk berlaku sopan. Saudara laki-laki mereka, yaitu Jevin Julian, apakah tidak merasa terkucilkan karena dia jadi satu-satunya anak yang tidak pernah di-calling syuting iklan tata trama nonton bioskop?
Anehnya, di iklan tata krama nonton bioskop, Dilan sempat memperkenalkan aplikasi pemesanan tiket bioskop ke Milea yang manja nggak mau antri di depan loket.
Hah? Hello? Bukankah ceritanya Dilan dan Milea datang dari tahun 1990-1991? Sementara aplikasi yang dikampanyekan Dilan itu baru dirilis tahun 2018 silam. Wow, Dilan dan Milea telah melakukan perjalanan waktu sekitar seperempat abad dari zamannya.
Jangan-jangan motor Honda CB 100 yang dikendarai Dilan itu adalah mesin waktu yang sama seperti mobil ikonik DeLorean milik Doc dan Marty McFly di trilogi film Back to the Future.
Penempatan konten iklan di film seperti ini memang rentan bikin anakronisme. FYI, anakronisme adalah hal ketidakcocokan dengan zaman tertentu.
Dosa ini pernah dilakukan oleh sutradara sebuah film klasik Nusantara dan juga film biopik seorang kepala negara: menonjolkan produk astor zaman kiwari yang harusnya belum ada pada masa itu.
Saya coba berpikir terbuka jika astor tersebut memang dijajakan dari zaman ke zaman melalui mesin waktu, dititipkan ke Legends of Tomorrow. Selain memberantas kejahatan pada berbagai zaman, kumpulan pahlawan super itu juga jualan astor kekinian.
Seri film populer kecintaan milenial dalam negeri seperti Dilan dan Danur memang kerap mengundang penonton-penonton ajaib. Penonton jenis ini kadang terpaksa nonton karena diajak pacar atau teman satu geng. Daripada dikucilkan dari pergaulan dan percintaan, lebih baik ikuti tren.
Akibatnya, ketika di dalam bioskop, mereka dilanda kebosanan karena tidak bisa masuk ke cerita filmnya. Akhirnya, mereka main HP untuk sekadar buka IG atau balas WhatsApp sepanjang film diputar. Tentu dengan catatan, cahaya layar ponselnya membuat mata ini silau.
Pernah suatu ketika penonton di sebelah saya, ditengarai seorang cowok yang terpaksa menemani ceweknya nonton Dilan 1991. Eh, bukannya nonton, malah main game billiar di gawainya.
Dilanjutkan trading bitcoin, bikin thread bongkar aib selebtwit di Twitter, gelut copras-capres di grup Facebook, menanam bayam di ladang Hayday, nyambi jadi admin sosmed OVO buat balasin keluhan pelanggan yang gagal top up, nontonin semua instastories Awkarin dan Dian Sastro, lanjut marathon video Mak Beti, dengar cover lagunya SMVLL full album, ngedit vlog sampai rendering ke YouTube.
Setelah semua itu dilakukan, filmnya belum kelar juga. Sementara saya harus menghalangi mata dari distraksi pencerahan layar ponselnya.
Sebenarnya, selain larangan yang telah disampaikan pasangan suami istri Milly & Mamet dan dua sejoli Dilan & Milea, banyak larangan lain yang perlu disosialisasikan ke penonton. Mungkin ke depannya, bagi sutradara yang mau bikin iklan tata trama nonton bioskop, bisa juga menggunakan tokoh-tokoh dari film lain.
Misalnya, tokoh dari film Si Doel.
Jenis iklan tata krama nonton bioskop: Dilarang bawa makanan dari luar bioskop.
Adegannya:
Si Doel dan Zaenab sedang nonton di bioskop. Di sebelahnya, ada Mandra lahap makan nasi padang lauk rendang, minumnya kuah Popmie.
Mandra tidak mau mengindahkan larangan bawa makanan dari luar bioskop yang diwanti-wanti sekuriti. Akibatnya, makanan beraroma tajam yang dibawa Mandra tercium oleh penonton lain dan sekuriti. Sekuriti mendatangi kursi Mandra.
Sekuriti : “Maaf, Pak. Makanannya bisa dititipkan dulu?”
Mandra : “Emang napa sih kagak boleh bawa makanan sendiri? Sombong amat!”
Sekuriti: “Sudah peraturannya, Pak.”
Mandra : “Ya wajar kalau gua nekat bawa makanan dari luar. Makanan sini mahal-mahal. Air putih aja mahal bener. Harga segitu, gue bisa dapat air zamzam.”
Si Doel : “Ah, elu, Bang. Malu-maluin gue aja.”
Zaenab: “Zaenab juga ikut malu, Bang. Tahu gitu, tadi kita nonton layar tancap misbar aja.”
***
Selanjutnya, tokoh dari film Ayat-Ayat Cinta.
Jenis Iklan Tata Krama Nonton: Dilarang bermesraan di bioskop.
Tampak Fahri dan Aisha menonton film religi di bioskop. Penonton di belakang mereka gusar sedari lampu bioskop dimatikan.
Puncaknya, ketika kursi Fahri ditendang-tendang dari belakang. Penasaran, Fahri menengok.
Fahri: “Astaghfirullah!”
Ternyata penonton di belakangnya sedang asyik-masyuk bercumbu mesra. Pantas saja, kakinya dari tadi menendang ke mana-mana nggak mau diam. Ternyata itu bagian dari akrobat kemesraan.
Fahri: “Hadzihi zinah!”
Aisha, yang duduk di sebelah kanan, mengingatkan Fahri untuk sabar.
Maria, di sebelah kirinya, turut menenangkan sang suami dengan mengusap-usap dada alumni Al-Azhar tersebut.
Di sebelahnya lagi, Hulya, memberi kode taruh telunjuk di bibir: jangan berisik.
Di sisi satunya, Keira berbisik, “Aku tidak mau berzina seperti mereka. So, nikahi aku, Fahri. Aku mohon padamu.”
***
Terakhir, tokoh dari film-film silat yang dibintangi Iko Uwais.
Jenis iklan tata krama nonton bioskop: Dilarang berantem di bioskop.
Adegannya, Iko Uwais sedang makan popcorn sambil nonton filmnya sendiri. Ternyata, di dalam bioskop tersebut, ada geng mafia sedang mengincar Iko. Jadi, selain Iko, penonton lain adalah musuh.
Di sana ada Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman, Joe Taslim, Zack Lee, Oka Antara, Julie Estelle, Sunny Pang, Tony Jaa, Tiger Hu Chen, Barry Prima, Willy Dozan, Advent Bangun, Udin Ngantuk, Genji Takoyaki alias Edi Santoso. Iko Uwais pun direkoyok orang satu studio, tapi tetap bisa menang.
Ealah, bukannya jadi iklan tata krama nonto bioskop, malah jadi film sendiri.