Saya tidak tahu pasti apakah klitih ini masih marak di wilayah Jogja dan sekitarnya. Tapi, marak atau tidak, klitih tetap menjadi ancaman tersendiri. Sudah berbagai macam cara dilakukan untuk membasminya, tapi klitih masih tetap ada. Dan tidak hanya di Jogja, masalah ini, kekerasan jalanan atau apalah itu sebutannya, juga ada di banyak tempat. Hanya beda nama dan sebutan saja.
Inilah tantangan untuk para pendekar pencak silat PSHT. Anggota PSHT ini kan jago silat dan punya banyak sekali anggota. Nah, kemampuan mereka bisa dialihkan untuk memberantas klitih dan semacamnya. Silakan jadi garda terdepan untuk melakukan tugas keamanan guna memberantas klitih. Pemberani dan jagoan, kan? Monggo, kami tunggu aksinya. Saya ikut juga, tapi dari jauh. Saya takut sama klitih.
#3 Aktif di dunia literasi, bisa dengan membuat klub baca atau perpustakaan jalanan
Kita tahu bahwa tingkat literasi di Indonesia ini masih rendah. Kita sepakat akan hal itu. Literasi masih jadi PR besar bagi kita. Butuh banyak pihak untuk membuat masyarakat Indonesia ini lebih melek literasi, lebih sadar akan pentingnya literasi. Dari banyaknya pihak yang dibutuhkan, pendekar pencak silat PSHT mungkin bisa jawaban
Ini juga sebuah tantangan bagi PSHT untuk aktif di dunia literasi. Mungkin PSHT tidak tahu bagaimana memulainya. Tapi sederhana saja, kok. Kalian tinggal bikin saja klub baca internal. Tumbuhkan minat baca dulu dan adakan kegiatan membaca bersama, lalu diskusikan. Nah, kalau sudah jalan, mungkin bisa membuat semacam perpustakaan jalanan bagi masyarakat umum. Gimana? Berani, nggak? Banyak manfaatnya lho itu. Saya siap mendaftar jadi anggota… klub bukunya.
#4 Aktif di gerakan antikorupsi
Coba bayangkan bagaimana jika setengah atau bahkan semua pendekar pencak silat PSHT ini aktif di gerakan antikorupsi. Mereka lalu bergabung ke LSM antikorupsi semacam ICW (Indonesia Corruption Watch) atau LSM antikorupsi lainnya.
Misalnya membuat PCW atau Pendekar Corruption Watch. Jika itu terjadi, apa tidak ketar-ketir itu koruptor ketika dilawan oleh lembaga antikorupsi yang isinya pendekar yang siap memberantas koruptor brengsek itu.
Sekarang pertanyaannya adalah, berani atau tidak PSHT ambil tantangan untuk mengerahkan anggota-anggotanya aktif di gerakan antikorupsi? Sudah pasti saya ikut. Kalau ada acara “info menempeleng koruptor”, saya paling depan.
#5 Ikut kegiatan amal seperti donor darah, menggalang dana untuk yang membutuhkan, dan sebagainya
Kalau mau dianggap jagoan atau pahlawan, tak perlu gaduh di jalan, sih. Cukup lakukan hal-hal kecil yang bermanfaat. Misalnya yang berkaitan dengan kegiatan amal. PSHT kalau aktif di kegiatan amal, yang cakupannya satu Indonesia dan dilakukan rutin, pasti akan bisa menjadi inspirasi. Para pendekar ini menang jumlah, lho.
Caranya mudah saja. Anggota PSHT yang banyak dan tersebar di mana-mana itu bisa ikut kegiatan amal seperti donor darah. Penggalangan dana untuk orang-orang yang membutuhkan juga oke. Risikonya jelas tak ada, manfaatnya malah berlipat ganda. Berani nggak ambil tantangan untuk lebih aktif di kegiatan amal seperti ini? Saya siap ikut aksi donor darahnya.
Tantangan-tantangan di atas itu tentunya bukan hal sulit bagi PSHT. Tinggal bikin perintah saja, pasti akan dilaksanakan kok semuanya. Tinggal mau atau tidak para pendekar pencak silat PSHT yang kebanyakan masih muda untuk mengambil tantangan di atas.
Lagian, daripada mengiyakan tantangan duel atau membalas pengeroyokan dengan pengeroyokan lain, bukannya akan lebih baik kalau mengiyakan tantangan di atas? Selain tidak banyak risiko, citra PSHT pasti akan lebih baik.
Gimana? Berani ambil tantangan di atas?
Penulis: Iqbal AR
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Apa sih Pekerjaan Pendekar Silat di Indonesia? dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.