Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Terbuka untuk Pak Juliari dari Kami Korban Penerima Bansos yang Dikorupsi

Faizol Yuhri oleh Faizol Yuhri
12 Agustus 2021
A A
Surat Terbuka untuk Pak Juliari dari Kami Korban Penerima Bansos yang Dikorupsi

Surat Terbuka untuk Pak Juliari dari Kami Korban Penerima Bansos yang Dikorupsi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau seluruh rakyat Indonesia yang jadi korban bansos dikorupsi itu pada kencing di rumah Bapak Juliari, bisa banjir tuh se-Jakarta.

Halo, Pak Juliari Batubara yang tampan sekali. Gimana kabarnya? Sudah bikin kata-kata mutiara apa hari ini? Hehe.

Gini, Pak. Perkenalken, saya Faizol Yuhri dari Karawang. Saya bukan orang penting kok, Pak, jadi pasti Bapak tidak perlu tahu saya dan teman-teman saya. Kelompok orang yang cocok sebagai penerima bansos yang Bapak korupsi kemarinan itu.

Kayak satu teman saya, Pak Juliari, yang bilang gini ke saya waktu denger pledoi Bapak di persidangan.

“Btw, saya bisa bantu dia menulis pleidoi yang lebih menyayat hati. Urusan mengumbar kesedihan mah sudah jadi makanan sehari-hari,” kata kawan saya.

Oh iya, sehari-hari kawan saya dagang bakso, omzetnya hancur lebur selama PPKM Darurat. Ia tukang bakso, punya warung makan, tapi ia kelaparan. Ironinya ironi bukan, Pak?

Meski begitu, bagian ia kelaparan itu belum menjadikannya sebagai pakar penderitaan layaknya Pak Juliari yang ngerasa dijebak dan dijerumuskan anak buah (meski menurut pengakuan anak buah Bapak di persidangan, si anak buah itu awalnya emang disuruh Bapak untuk pasang badan biar Bapak nggak kena kan ya?).

Kawan saya yang lain penderitaannya juga cuma masalah sepele kok, Pak. Nggak semenderita Bapak.

Hampir tengah malam, anak kawan saya ini menangis sama nyaringnya dengan meteran listrik. Kantor hampir bangkrut, gajian otomatis nunggak. Uang tersisa seadanya, bingung memilih antara beli susu atau pulsa listrik. Begitu kata kawan saya.

Ada juga kawan saya yang terpaksa mematikan ponsel sepanjang hari demi menghindar dari teror leasing. Usahanya mundur, sementara tanggal tempo bayar kredit makin maju. Semua barang ludes dijual. Satu-satunya yang kini ia miliki cuma keberanian. Kalau keberanian punya nilai—katanya, ia bakal gadaikan sekarang juga!

Ada juga kawan saya yang lain, Pak. Seorang pegawai rumah sakit yang pakai hazmat berlapis-lapis. Ia pegawai bagian gizi, setiap jam makan mengantar makanan ke pasien termasuk pasien Covid-19. Setiap jam bertaruh nyawa demi honor Rp600 ribu sebulan. Itu pun kadang dirapel tiap tiga bulan sekali.

Duit Rp600 ribu lho, Pak. Keren yak? Sebagai perbandingan, upah minimum Kabupaten Karawang sebesar Rp4,7 juta.

Kabarnya Pak Juliari sama temen-temen Bapak dapat untung Rp10 ribu per paket Bansos ya? Itu artinya bapak cuma perlu fee 60 paket Bansos buat bayarin honor kawan saya. Murah kan, Pak?

Jaksa Penuntut Umum kemarin juga mendakwa Pak Juliari (beserta tim Bapak tentu saja) telah menerima suap Rp32,4 miliar alias 54 ribu kali honor kawan saya itu. Waw.

Iklan

Kawan saya harus kerja seumur hidup sampai mati, hidup lagi, kerja lagi, mati lagi, terus begitu sampai ratusan kali untuk dapat setara duit suap yang diterima Bapak lho. Itu pun kalau tidak dihitung biaya makan, rokok Gudang Garam Filter, sama cicilan rumah di Karawang yang harganya selangit.

Rp32,4 miliar lho, Pak. Itu duit semua tuh? Wah. Wah. Kalau seluruh rakyat Indonesia yang jadi korban bansos dikorupsi itu pada kencing di rumah bapak, banjir tuh se-Jakarta.

Bapak Juliari yang terhormat dan semoga selalu diberi keberkahan, tahu nggak kenapa saya selalu bilang “kawan saya” tanpa sebut nama, Pak?

Karena kami sebagai rakyat kecil itu malu, Pak. Malu kalau menceritakan penderitaan kami. Malu sama rakyat lain yang sama menderitanya kayak kami, atau mungkin lebih parah dari kami. Lagian, penderitaan kok diumbar-umbar. Mending duit korupsi diumbar-umbar ya Pak ya?

Kalau Bapak tanya, apakah kami marah? Ya kami marah banget, Pak. Tapi kan bangsa ini kan bangsa pemaaf. Rakyat disuruh maafin pejabatnya kalau korupsi, tapi giliran rakyat bikin masalah langsung kena hantam pejabat lewat aturan dan aparatnya.

Itulah kenapa kami sebenarnya berencana memaafkan Bapak Juliari, terutama bagi kami orang-orang Karawang sini. Malah kami ingin menjamu Bapak, kalau Bapak mau main ke sini. Nanti kami suguhi serabi hijau dan kue gonjing, cuma satu syaratnya, Pak: minumnya pakai air Kali Citarum.

Itu lho, air di sungai kami yang mendapat predikat sebagai salah satu sungai yang paling tercemar di dunia lho.

Kali aja Pak Juliari habis minum itu jadi mutan. Bisa ngilang, nggak jadi kena hukuman. Kayak Pak Harun Masuki itu noh, yang jadi mutan sampai sekarang nggak nongol-nongol lagi. Abis minum air Kali Citarum 2 liter itu kayaknya.

Dan terakhir, sebagai penutup surat ini, Pak Juliari. Saya ada cerita yang terjadi beberapa tahun lalu. Waktu saya masih aktif di GMNI Karawang. Ketika itu kami mengadvokasi seorang petani bernama Endi di Medalsari, perbatasan Karawang dan Bogor. Dia petani penggarap hutan.

Endi tertangkap basah menebang satu pohon di area milik sebuah perusahaan pengelola hutan. Anaknya dua, tinggal satu rumah bersama nenek mereka. Istri Endi sedang bekerja di luar negeri. Karena Endi, ibunya, dan dua anaknya lapar, Endi terpaksa menebang pohon untuk dijual.

Perusahaan itu memang berhak atas pengelolaan kawasan hutan termasuk ribuan batang pohon di dalamnya, oleh karena itu Endi dianggap bersalah. Meski yang diambil Endi cuma sebatang pohon, sebatang saja, yang paling kecil.

Endi diancam hukuman 10 tahun penjara, hampir sama kayak Bapak Juliari yang dituntut 11 tahun. Jadi korupsi dana bantuan di masa pandemi begini dengan ambil batang pohon untuk menyelamatkan satu keluarga dari kelaparan itu beban kesalahannya hampir sama ya, Pak? Waw, keren.

Lalu, karena kami tak terima dengan tuntutan atas Endi, saat persidangan kami berdemonstrasi di Pengadilan Negeri Karawang, menuntut keadilan. Salah seorang orator, saya lupa namanya, berteriak lantang di hadapan massa aksi:

“Janganlah kita menyebut mereka dengan kata anjing, kata monyet, babi! Tidak, itu tidak patut. Mereka tidak selayaknya dijuluki seperti itu. Mereka sepantasnya disebut tai anjing, tai monyet, tai babi!”

Itu mereka lho, Pak. Bukan Bapak Juliari. Bukan. Tenang, tenang aja. Nama baik Pak Juliari akan tetap baik kok, wabilkhusus di mata rakyat PDIP.

Amin, amin ya robbal alamin.

Salam-salam, ya Pak Juliari kalau nanti jadi masuk penjara. Sekalian titip salam buat Pak Setnov. Tanyain, kalau nanti jadi masuk penjara, jangan lupa tanya mandor yang biasa renovasi kamar selnya siapa? Hihi.

BACA JUGA Yang Lucu dari Kasus Korupsi Bansos dan tulisan ESAI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: Baksobansosjaksajuliari batubaraKarawangkorupsiperusahaansentnov
Faizol Yuhri

Faizol Yuhri

Pimpinan Redaksi kopipagi.id, sampiran.id, suka teater, dan orang Karawang

Artikel Terkait

korupsi bikin buruh menderita. MOJOK.CO
Aktual

Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja

9 Desember 2025
15 Tanda Absolut Sebuah Warung Bakso Sudah Pasti Enak MOJOK.CO
Esai

15 Ciri Warung Bakso yang Sudah Pasti Enak dan Bikin Balik Lagi

19 Oktober 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO
Ragam

Budaya Korupsi di Indonesia Mengakar karena Warga “Belajar” dari Pemerintahnya

16 September 2025
nadiem makarim, pendidikan indonesia, revolusi 4.0.MOJOK.CO
Aktual

Kasus Nadiem Makarim Menunjukkan Kalau Lembaga Pendidikan Sudah Jadi “Inkubator Koruptor”

8 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.