Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sulitnya Menjadi Pak Ma’ruf Amin, apalagi kalau Sedang Ngomongin K-pop

Muhammad Nanda Fauzan oleh Muhammad Nanda Fauzan
22 September 2020
0
A A
Sulitnya Menjadi Pak Ma’ruf Amin

Sulitnya Menjadi Pak Ma’ruf Amin

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Harus diakui, tak ada ihwal yang menarik dari Pak Ma’ruf Amin kecuali pernyataan beliau yang unik-unik. Apalagi yang terakhir, soal K-pop.

Pagi itu orang-orang besar tengah berkumpul di Istana Negara dalam acara “kick off meeting” pemeriksaan keuangan negara. Satu demi satu orang disapa oleh Pak Jokowi, terutama jajaran BPK, jelas sembari menjura.

Sampai kemudian, ada satu hal penting yang terlewat, “Yang saya hormati, mohon maaf, Pak Wapres, hampir kelupaan. Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden RI.”

Di titik itulah saya akhirnya sadar pada lelucon garing di tongkrongan, yang biasanya menyasar orang-orang introvert, “Diem aja nih, Buos, kayak Pak Ma’ruf Amin.”

Iklan

Dan ternyata asosiasi “pendiam” kini bagi netizen memang tidak lagi merujuk secara langsung pada batu, patung, atau manekin di swalayan, tetapi bergeser pada sosok Pak Wapres kita semua, Pak Ma’ruf Amin.

Duh, duh emang pada kurang ajar sekali netizen kita ini ya, Pak? Meski begitu, ya mohon untuk dimaklumi aja sih kalau rada kurang ajar begitu.

Lah gimana? Jangankan kita yang tidak punya hubungan langsung dengan Pak Ma’ruf Amin. Pak Jokowi, rekan seperjuangan yang kerja bareng, saja pernah hampir luput pada kehadiran Pak Ma’ruf Amin di Istana Negara.

Apalagi intensitas Pak Ma’ruf Amin kan memang sangat minim menghiasi perbincangan kita di lini masa, media massa, sampai di warung kopi. Ini kan jadi aneh banget untuk ukuran orang terpenting nomor dua di Indonesia setelah Pak Jokowi.

Saya menduga, mungkin ini karena nama Pak Ma’ruf Amin sangat tidak ghibah-able. Jauh lah kalau dibandingkan dengan nama-nama beken kayak Pak Luhut Binsar Panjaitan atau Pak Mahfud MD misalnya.

Ibarat suara mesin, kedua nama tadi itu kayak suara motor knalpot blombongan yang berisik sehingga mampu menghiasi segala lini kehidupan masyarakat. Sedangkan Pak Ma’ruf Amin? Ya mungkin mirip suara mesin Isuzu Panther. Mesin tetep nyala, nggak kedengaran aja.

Bahkan kalaupun ada informasi atau berita soal Pak Ma’ruf Amin yang muncul ke permukaan, selalu yang hadir justru berita-berita kurang sedap alias sedikit kontroversial. Sedikit, sedikit doang kok tapi.

Kayak waktu Pak Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa doa kiai dan doa qunut merupakan jawaban Covid-19 mau menyingkir dari Indonesia, uniknya pernyataan itu disampaikan sebelum ada kasus pertama di Indonesia. Atau ketika beliau meminta India mencontoh kehidupan toleransi di Indonesia, saat di mana kasus intoleransi di Indonesia pada periode itu kebetulan lagi sering-seringnya.

Selain perkara-perkara itu tadi, harus diakui, tak ada lagi ihwal yang betul-betul menarik dari Pak Ma’ruf Amin.

Saya sih berbaik sangka, mungkin memang begitulah karakteristik beliau. Sosok misterius yang gemar bekerja di balik layar. Tidak ingin menarik perhatian, menyembunyikan kebaikan, bahkan sampai tidak mau kelihatan kalau sedang bekerja keras mengurusi negara.

Malah, kalau boleh jujur, justru ketika Pak Ma’ruf Amin muncul ke publik, kita sebagai rakyat harus hati-hati dan khawatir. Jangan-jangan ada masalah serius ini kok Pak Wapres sampai harus ikut turun langsung muncul ke publik?

Dan kekhawatiran itu ternyata terbukti.

Pasalnya, saya baru saja dipertemukan dengan sekumpulan akun yang tengah menggelar perdebatan sengit di Facebook yang tiba-tiba pada berseloroh cukup agresif ke Pak Wapres.

“Masak anak-anak disuruh nonton paha,” tulis salah satu di antara mereka. “Wakil Presiden kok nggak punya kebanggaan sama karya bangsa,” yang lain menimpali.

Bahkan sosok Ahmad Dhani juga kepancing mengomentari Pak Ma’ruf Amin.

“Jadi Pak Wapres kita memang tidak paham benar soal industri musik. Harusnya sebelum kasih statement, diskusi dulu sama saya sebagai orang yang sangat paham industri musik,” kata Mas Ahmad Dhani agak nyebelin.

Awalnya saya duga, komentar-komentar keras ini berasal dari ibu-ibu yang menolak goyangan lincah Lisa Blackpink tampil di televisi, atau Pak Wapres dikomentari Ahmad Dhani karena ada isu politik tertentu yang berkaitan dengan industri musik.

Saya mengambil ancang-ancang, bencana apa lagi gerangan yang akan menimpa Indonesia nih? Kok pada galak betul sama Pak Ma’ruf Amin?

Ternyata, pendapat itu mencuat karena Pak Ma’ruf memberikan pidato atas peringatan 100 tahun kedatangan orang Korea di Indonesia.

Dalam pernyataan resminya beliau mengatakan bahwa, “Saat ini anak muda di berbagai pelosok Indonesia juga mulai mengenal artis K-pop dan gemar menonton drama Korea. Maraknya budaya K-pop diharapkan juga dapat menginspirasi munculnya kreativitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri.”

Jika pada umumnya kata-kata itu akan ditafsirkan sebagai basa-basi biasa dalam jalinan bilateral, dalam hal ini Korea Selatan dengan Indonesia, namun karena Pak Ma’ruf Amin yang bicara tiba-tiba sambutan ini jadi ramai dan kontroversial.

Lazim kiranya kita mengatakan, “Hei, Bung, kami sangat memuja setandan pisang yang rasanya lezat ini,” saat berhadapan dengan orang-orang Honduras. Atau memuji rasa kurma Arab, ketika ketemu orang Arab. Jadi ketika memuji K-pop untuk seremoni yang ditujukan ke masyarakat Korea Selatan, mulut manis basa-basi itu juga seharusnya biasa saja.

Akan tetapi, itu tak bisa kalau kamu seorang seperti Pak Ma’ruf Amin. Seorang yang terbiasa berada di balik layar, kiai berpengaruh, dan pada saat bersamaan juga menjadi Wakil Presiden Indonesia. Segala tutur kata akan dikomparasi, sebagai seorang ulama plus sebagai umara’ (pemimpin). Tidak ada garis pemisah di situ.

Soalnya, meski ucapan itu lumrah sebagai seorang yang mewakili kepala negara, Pak Ma’ruf Amin kan tetap saja seorang kiai. Dua identitas ini jelas mengganggu dan sepertinya malah mempersulit beliau menjalankan tugas-tugas kenegaraan. Wabilkhusus kalau ngomongin soal K-pop yang kental dengan aroma joget-jogetnya itu.

Ketika bicara sebagai Wakil Presiden Indonesia, setiap pernyataan Pak Ma’ruf bakal dikaitkan dengan statusnya sebagai ulama dan kiai. Sebaliknya, ketika bicara atas nama kiai, setiap pernyataannya akan jadi bahan baku untuk ghibah politik.

Apalagi kalau urusannya K-pop beginian, makin gayeng lah pasti. Mau hubungan antar-negara baik dengan basa-basi, atau mau jagain citra ulama dengan pernyataan yang hati-hati?

Meski begitu, menyandang nama dari kata ma’ruf yang berarti “baik” itu, hal semacam ini tentu bukan masalah besar bagi beliau. Sebab saya yakin beliau pasti bisa mengatasinya dengan ma’ruf.

Apalagi saya sih percaya dengan pepatah lama, bahwa Pak Ma’ruf Amin adalah emas.

Jadi ketika riak-riak ini muncul dan jadi masalah baru di antara masyarakat. Udah, cukup diemin aja. Minggu depan juga rakyat bakalan lupa.

Baik sama pernyataannya maupun sama orangnya.

BACA JUGA Jokowi Disebut Sudah Sadar dan Siuman dan tulisan Muhammad Nanda Fauzan lainnya.

Terakhir diperbarui pada 22 September 2020 oleh

Tags: ahmad dhanijokowiK-PopMa’ruf Aminpandemiwapres
Iklan
Muhammad Nanda Fauzan

Muhammad Nanda Fauzan

Mahasiswa Filsafat UIN BANTEN.

Artikel Terkait

Mohammad Hatta : Mudur dari Kursi Wapres Bukan Karena Kalah
Video

Sebab-Sebab Mohammad Hatta Mundur dari Kursi Wapres, Bukan Karena Kalah

28 Juni 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

Gaji Fresh Graduate Alumni UI, UGM. MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Malah Merasa Gagal: Kampus Sibuk Naikkan Ranking Dunia, tapi Melupakan Nasib Alumninya

2 Oktober 2025
Adoh Ratu Cedhak Watu jadi tema Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 di Gunungkidul MOJOK.CO

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025: Menyerap Etosa Budaya Gunungkidul dalam Adoh Ratu Cedhak Watu

4 Oktober 2025
Pilih kos murah di Malang karena gaji nggak UMR. MOJOK.CO

Cara Bertahan Hidup Anak Kos di Malang dengan Gaji Rp2 Juta setelah Orang Tua Tiada, Tersiksa tapi “Kudu Legawa”

8 Oktober 2025
Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali

Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali

6 Oktober 2025
olski mojok.co

Trio Indie Pop Olski Kembali Menyapa Lewat Single “Love Me Not” yang Fresh!

2 Oktober 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.