MOJOK.CO – Selamat ulang tahun, Jakarta. Terima kasih telah hadir sebagai ibu kota yang memberikan kehidupan dan juga inspirasi bertahan serta tetap bahagia di tengah kerasnya kehidupan.
Beberapa hari lalu, Mojok menayangkan esai yang sangat inspiratif tentang mati-matian hidup di Jogja. Bagaimanapun keadaannya, khususnya soal biaya hidup dan kecilnya upah, suasana kota mampu menarik kita yang pernah datang, apalagi tinggal secara emosional.Â
Ya, jika ada yang tidak sepakat dan sulit membayangkan bagaimana jadinya, lihatlah warga Jakarta yang kebetulan kotanya berulang tahun hari ini mampu mempertahankan kebahagiaan di tengah hidup yang terlihat seperti kesedihan.
Lihatlah berita beberapa hari terakhir. Setelah selama beberapa tahun PBB rumah di Jakarta digratiskan untuk NJOP di bawah Rp1miliar, kini batas tersebut diperluas menjadi Rp2miliar untuk membantu pemilihan pandemi Covid-19. Rumah yang lebih mahal juga akan diberikan diskon PBB plus diberlakukan faktor pengurang sebesar 60 meter persegi untuk bumi dan 36 meter persegi untuk bangunan.Â
Ya, kita tahu bahwa banyak properti masa kini memiliki harga pasar di atas NJOP, tetapi pastinya selisihnya juga nggak jauh-jauh amat. Ditambah luasnya, waduh, rumah petak di Jakarta dan apartemen studio dengan luas unit yang hanya cukup untuk memuat kasur, kamar mandi, plus dapur itu banyak!
Katakanlah suatu rumah seharga Rp2miliar yang NJOP-nya sama dengan harga pasarnya. Sekalipun bisa dicicil sampai jangka waktu maksimal di 30 tahun, bunganya nol persen, dan tanpa DP pula, cicilannya bisa dipastikan di atas Rp5,5 juta. Di luar batasan kredit yang bisa diberikan oleh bank berdasarkan penghasilan, kita tentu tahu bahwa masih banyak biaya hidup yang masih harus dipenuhi. Membeli rumah atau bahkan apartemen di pinggiran kota dengan harga yang lebih terjangkau juga bukan solusi bagus karena jarak tempuh dan ongkos yang lumayan tinggi sekalipun menumpangi transportasi publik.
Bagaimana dengan pendapatannya? Sekalipun lulus perguruan tinggi, pendapatan belum tentu lebih besar dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta dan UMP ini pun masih kalah dari UMR Bekasi serta Karawang. Pendapatan yang besar ini pun tidak jarang disertai dengan kerja keras yang luar biasa bernama hustle culture. Mulai dari workload yang lebih banyak, jam kerja yang lebih panjang, bahkan hari libur pun tetap kerja.
Pada kenyataannya, masyarakat Jakarta tetap terlihat hidup cukup bahagia. Tingkat konsumsi tidak sampai pada level yang terlalu rendah di mana masyarakat beramai-ramai berusaha hidup sehemat mungkin sampai tergolong ekstrem dan tetap banyak masyarakat memilih bertahan di tengah kerasnya Jakarta. Di luar prestise hidup di ibu kota dan ketersediaan pekerjaan, ada beberapa hal yang perlu dipelajari.
Pertama, menerima nasib dan ikhlas. Mensyukuri keadaan yang ada dan menjalaninya dengan penuh semangat, optimisme, serta tetap berserah membuat warga ibu kota bertahan. Agar tabungan yang minim bisa menghidupi hari tua, tidak jarang direncanakan untuk hidup di daerah atau pinggiran setelah pensiun tiba.
Kedua, menjalani hidup ala work hard play hard. Bagi yang punya uang, bekerja ekstra keras di hari kerja sampai sampingan pun oke dan siap juga menggelontorkan waktu serta uang untuk menikmati hidupnya di waktu senggang. Pusat perbelanjaan dan kafe diserbu dengan kebosanan yang tidak kunjung datang karena pengusaha selalu kreatif untuk menghadirkan konsep baru yang menarik.
Bagi yang tidak punya uang? Bersyukurlah atas kolaborasi pengembang dan pemerintah, hari bahagia tetap bisa dinikmati. Adanya proyek extension dari Pantai Indah Kapuk dan juga Bay Walk Mall memungkinkan masyarakat menikmati sepoi-sepoi angin laut dengan nyaman tanpa harus membayar tiket masuk, meskipun ya pantainya tidak menyediakan hamparan pasir yang bisa dimainkan anak-anak dengan ember dan sekop. Rute KRL dan Trans Jakarta bisa menjangkau dua destinasi ini dan juga tempat wisata lainnya dengan biaya yang terjangkau, jika padat ya harus siap untuk berdiri.
Masalahnya, kan tidak semua destinasi di Jakarta memiliki tempat makan yang memang murah atau paling tidak tersedia cashback dari pengelola e–money? Solusinya jelas, makan dulu ya dari rumah dan bawa air minum dalam tumbler.
Oh iya, satu hal yang terlewatkan. Hidup di Jakarta juga menarik untuk keluarga dengan anak yang hendak berkuliah. Universitas Indonesia (UI), PTN di Depok yang tidak jauh dari Jakarta Selatan itu menawarkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang relatif terjangkau untuk fakultas-fakultas prestisius jika dibandingkan terhadap kampus Bandung dan kampus di markas Mojok. Ya, ketiganya adalah langganan penghuni perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Selamat ulang tahun, Jakarta. Terima kasih telah hadir sebagai ibu kota yang memberikan kehidupan bagi banyak warganya dan juga inspirasi bagaimana bertahan serta tetap bahagia di tengah kerasnya kehidupan.Â
Bagi kalian yang berada di luar Jakarta dan ingin ke Jakarta, pikirkan matang-matang dan siapa tahu kan di daerah kalian sekarang nanti juga bisa meraih hidup sejahtera? Semoga kesejahteraan dan kebahagiaan menghampiri kita di mana saja kita berada.
BACA JUGA Jakarta Memang Keras, dan Itu Membuat Saya Tak Berani Bekerja di Sana dan kisah menarik lainnya di rubrik ESAI.
Penulis: Christian Evan Chandra
Editor: Yamadipati Seno