Saleh di Kala Susah, Kufur di Kala Jaya - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Saleh di Kala Susah, Kufur di Kala Jaya

Edi AH Iyubenu oleh Edi AH Iyubenu
28 Agustus 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kita mengibuli hati sendiri pakai rasionalisasi canggih untuk membenarkan tindakan kita. Lalu jadi kufur di kala jaya dan cuma saleh di kala susah.

Perjuangan mencari rezeki adalah keniscayaan. Soal motivasinya, bisa seluas samudra. Entah dalam niat menafkahi anak istri, orang tua, atau adik-adik. Entah agar bisa dermawan terkemuka dengan banyak menafkahkan harta dalam pembangunan masjid, musala, dan menyantuni kaum duafa. Entah pula yang berupa hasrat purba agar hidup tak lagi kelaparan, tak lagi ada kecemasan soal besok mau makan apa. Entah pula untuk menggapai kemegahan dan kemewahan hidup dengan imaji bahwa keberlempihan harta adalah sumber utama kebahagiaan hidup.

Umumnya kita memulanya dari hal-hal kecil, setahap demi setahap, lelah dengan sangat lelah, berdarah demi berdarah, dengan pengharapan usaha, bisnis, kita akan terus maju, bisa terus merangkak, tumbuh, membesar.

Karena dirintis dari bisnis remah-remah, wajarlah bila memulainya dengan kesusahan-kesusahan yang luar biasa. Sebutlah misal sampeyan tergiur dengan bisnis penerbitan buku yang semarak jamur di Jogja. Niat kenceng. Wawasan perbukuan dirasa cukup karena selama ini update selalu tentang buku-buku baru di sosial media walau hanya satu dua kali membeli dengan sistem keep-dulu-ya-keep-dulu-ya. Penulis pula. Otomatis bisalah menyunting. Tapi modal tak ada, lemak tak punya, apalagi tamvan—jelas tiada. Hanya punya sejumlah kawan yang berkabar dengan katanya-katanya perihal seksinya bisnis buku secara peradaban dan perduitan.

Lalu dieksekusilah bisnis penerbitan buku indie tersebut dengan berpeluh darah yang luar biasa. Weladalah, ternyata jualan buku itu susah banget ya? Tak semadu katanya-katanya yang penuh racun komodo itu.

Dikarenakan sampeyan pernah nyantri di pesantren desa dulu, adalah itu denyar iman di hati. Sampeyan lalu menyokong perjuangan berat dan lelah bisnis buku itu dengan lelaku kepatuhan syariat yang bagus. Sampeyan meyakini bahwa kepatuhan kepada-Nya akan membukakan jalan bagi mulusnya kemajuan bisnis kecil ini. Sampeyan meyakini bahwa kesalehan yang berjalan seiring dengan ikhtiar luar biasa akan membuahkan karunia-Nya di suatu masa. Kini hanya perlu istikamah, bersabar, istikamah, bersabar.

Baca Juga:

Uneg-uneg untuk Masjid yang Tutup di Luar Jadwal Salat MOJOK.CO

Uneg-uneg untuk Masjid yang Tutup di Luar Jadwal Salat

29 Januari 2023
tempat wudu di tempat umum

Mengapa Masih Banyak Tempat Umum yang Menyediakan Tempat Wudu Terbuka Bagi Perempuan?

8 Januari 2023

Waktu pun mengalir hingga sangat lama dan jauh. Tak semua usaha lantas bisa maju pesat. Namun sebagiannya jelas mengalami kemajuan. Bahkan ada yang tak terbayangkan majunya (si pelaku sendiri tak pernah membayangkan akan menjadi pebisnis moncer seperti yang terjadi padanya sendiri). Berkah Ilahi, penerbit indie sampeyan itu termasuk yang bergerak moncer.

Otomatis, berubahlah warna hidup kita dari yang susah dan melarat menjadi keren dan bahkan mewah. Megah. Tamvan mulai hinggap. Dari dulu jalan kaki berubah punya motor, bahkan mobil, bahkan tak lagi satu. Dari dulu ngekos dengan rekor telat bayar melulu, lalu beralih ke rumah nyewa, kini jadi rumah milik. Bukan hanya satu pula. Dari dikerjakan sendirian hingga kini punya berjubel karyawan. Dari dulunya muterin uang jutaan kini milyaran.

Sampeyan telah berubah jadi taipan!

Hidup jadi penuh kesibukan, dan terus makin sibuk. Life style juga jelas berubah. Banyak meeting, banyak keliling luar kota, banyak jumpa relasi, dan sebagainya. Bila lima tahun lalu ngopi seharga lima ribu perak yummy saja di lidah, kini kalau bukan Arabica Excelso terasa kebas di lidah—kata sampeyan. Dulu lahap betul makan indomie goreng di Warmindo, kini mual-mual kalau bukan spaghetti dan steak—kata sampeyan lagi.

Pergaulan sampeyan benar-benar telah masuk ke jenjang The-Have-Iyig-of-Jogja!

Di antara gemebyar omset yang tak terbayangkan itu, masihkah sampeyan sempat ngaji Al-Quran dengan istikamah setiap hari, setiap usai salat? Masihkah sampeyan rutin khatam Al-Quran setiap sepuluh hari?

Masihkah hapalan sampeyan pada surat Al-Mulk, Al-Waqi’ah, Ar-Rahman, dan Yasin menempel kuat di ingatan sebagai tanda bahwa sampeyan masih istikamah membacanya dalam pelbagai kesempatan?

Masihkah sampeyan sempat salat jamaah di masjid? Masihkan sampeyan sempat menjaga salat lima waktu pada awal waktunya? Atau, minimnya, masihkah sampeyan menjaga dengan ketat jangan sampai kelewatan menjalankan salat lima waktu?

Masihkah sampeyan istikamah salat duha dan tahajud?

Masihkah sampeyan punya waktu untuk menengok orang tua di pelosok kampung nun jauh sana? Atau, sekadar meneleponnya setiap tiga hari sekali untuk menanyakan bagaimana kabarnya, bagaimana kondisi keluhan sakitnya yang telah menahun? Masihkah sampeyan menyediakan waktu untuk secara berkala nyekar ke kuburan simbah, abah, para leluhur? Masihkah sampeyan berkenan untuk menekur kepala di hadapan kubur para waliyullah untuk menafkuri diri, iman, dan segala nikmat Allah yang telah dihamparkan luar biasa itu?

Masihkah sampeyan menundukkan mata dari kerlingan lawan jenis yang wangi, seksi, dan penuh godaan yang duduk di seberang meja?

Masihkah sampeyan entengan membuka bibir tersenyum lebar kepada orang-orang fakir yang minta pertolongan?

Masihkah sampeyan istikamah membaca Dalaiul Khairat atau Syiir Tanpo Waton?

Masihkah, masihkah, masihkah sampeyan bergetar hati dengan hebat tatkala memiliki kesempatan luas untuk terseret kilau kemaksiatan berahi dan duniawi dengan menegaskan pada hati: “Inni akhafu in ‘ashaitu rabbi adaban yaumin adhim, aku takut jika aku sampai bermaksiat pada Tuhanku maka aku akan ditimpa oleh olehNya di hari pembalasan yang agung….”?

Sayangnya, enggak lagi!

Faktanya, sungguh jauh lebih banyak dari kita, ya termasuk sampeyan, yang dulu saleh kepada-Nya di kala melarat, susah, dan miskin, lalu menjelma pongah, zalim, angkuh, sok, dan kufur di kala derajat rezeki melesat. Kebanyakan kita yang tahu tumbuh jadi manusia dari sekedar setitik sperma berubah jadi penantang Allah yang paling nyata tatkala harta mulai menggunung, seperti dikabarkan Yasin ayat 77.

Nyatanya, kita lebih banyak tak sempatnya untuk tetap merawat dengan istikamah amaliah-amaliah salehah kita di kala melarat dulu justru di saat apa-apa yang kita impikan dengan kerja keras dan kita doakan dengan air mata berlinang dalam hening sujud tahajud telah dikabulkan-Nya!

Nyatanya, iman kita kepada-Nya makin goyah akibat memudarnya keyakinan yang mestinya tak boleh rompal secuil pun dari batin kita bahwa seluruh karunia yang kita dapatkan hari ini adalah milik Allah dan diberikan-Nya kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya semata.

Nyatanya, kita makin kokoh meyakini hal sebaliknya, bahwa kejayaan dan kegemilangan serta kekondangan yang kita genggam hari ini adalah berkat kerja keras kita, kegigihan kita, kehebatan pikiran-pikiran stretegis kita, taktik-taktik bisnis kita, dan kemampuan kita membina relasi bagus dengan banyak orang hebat.

Nyatanya, kita malah menjadi fakir waktu dan kesempatan untuk sekadar pulang ke rumah sebelum magrib, lalu bersama anak-anak dan istri bareng ke masjid untuk salat berjamaah.

Nyatanya, kita tak lagi mampu untuk bangun sebelum azan subuh dikarenakan kita sibuk jumpa relasi, meeting, hingga jauh malam dan dini hari, sehingga lengket sekali kelopak mata untuk dikuak menunaikan salat subuh berjamaah di masjid yang kata Sang Rasul Saw fadhilahnya melampaui seluruh dunia dan isinya.

Nyatanya, kita tak lagi murah senyum pada tetangga, kerabat, apalagi kaum duafa yang mencari kita dan butuh bantuan kita.

Lalu….

Kita mulai membangun alasan-alasan rasional untuk membenarkan kafasikan dan kemungkaran yang kita lakukan hari ini, padahal itu semua kita sendiri ngerti tak lebih dari sekadar sarapan kedustaan-kedustaan belaka.

Kita bilang time is money hanya untuk mengibuli hati kita sendiri perihal betapa tak bahagianya kita dengan sulit bisa kumpul bersama anak-anak untuk pergi ke masjid bersama—atau jalan-jalan bersama kemudian.

Kita terus rangkaian narasi-narasi penuh kemunafikan pada diri kita sendiri, dan akibatnya kita tak lagi bisa bahagia di antara kekayaan yang dulunya kita kejar dengan hebat yang kita tabalkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup.

Kita bahkan telah sanggup untuk mengakali kebenaran kalam Allah. Kita kadali itu surat An-Nahl ayat 112: “Dan Allah telah menberikan sebuah perumpamaan dengan sebuah negeri yang dulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi lalu (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka Allah mendatangkan pada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang telah mereka perbuat.”

Hingga….

Suatu hari kita dihancurkan-Nya, beserta seluruh julangan harta yang kita tumpuk dengan bakhil selama puluhan tahun ini. Sampeyan pikir tak ada jalan mudah bagi Allah untuk menjadikannya?

Mudah sekali.

Pada suatu malam, pabrik kesayangan sampeyan, sumber kekufuran sampeyan, mengalami korslet listrik, lalu terbakarlah semuanya.

Aset sampeyan ludes semua. Stok barang dagangan sampeyan amblas jadi debu-debu. Tersisalah kemudian utang-utang dari para rekanan dan supplier, yang tak cukup sampeyan lunasi dengan cara menjual seluruh aset yang masih ada, termasuk rumah tinggal sampeyan.

Sampeyan pikir tak ada cara lain bagi Allah untuk mengajarkan ketakutan pada hidup sampeyan sebagai hukuman di dunia pada kemaksiatan sampeyan di ruang karaoke, spa, kamar hotel yang selama ini bikin sampeyan kelojotan-kelojotan di perut para ciwik bayaran?

Suatu hari, sampeyan terbangun dan berjalan ke kamar mandi dengan tengkuk berat, bersiap untuk suatu meeting dengan calon relasi kelas super kakap. Sampeyan yakin kemitraan dengannya akan melonjakkan omset sampeyan seratus persen.

Sampeyan terpeselet di kamar mandi. Iya, sampeyan kepeleset tumpahan sabun cair di lantai, yang sampeyan pernah bilang takkan pernah lagi pakai sabun batangan karena bikin kulit iritasi dan tulang linu-linu.

Sadar-sadar, tangan sampeyan, ya, tangan yang jari-jemarinya selama ini sampeyan pakai grepe-grepein payudara dan bokong para ciwik tak lagi bisa digerakkan.

Bibir sampeyan yang selama ini membual melulu sama Allah, sama hati sampeyan sendiri, mendadak terasa kebas, lalu mati rasa. Untuk sekedar menelan ludah pun, mulut sampeyan sangat kesulitan, sehingga berlelehanlah air menjijikkan itu di bibir, dagu, dan leher sampeyan.

Sampeyan lalu menangis….

Sampeyan menangis, membisikkan nama-Nya di relung hati terdalam, di antara puing-puing kehancuran.

Sayang seribu sayang, kebanyakan kita hanya saleh di kala susah dan kufur di kala jaya.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2018 oleh

Tags: AllahAn-NahlDalaiul KhairatduhaindiekufurpenerbitanrasulullahsalatsalehSyiir Tanpo Watontahajud
Edi AH Iyubenu

Edi AH Iyubenu

Yang punya Kafe Basabasi.

Artikel Terkait

Uneg-uneg untuk Masjid yang Tutup di Luar Jadwal Salat MOJOK.CO
Uneg-uneg

Uneg-uneg untuk Masjid yang Tutup di Luar Jadwal Salat

29 Januari 2023
tempat wudu di tempat umum
Uneg-uneg

Mengapa Masih Banyak Tempat Umum yang Menyediakan Tempat Wudu Terbuka Bagi Perempuan?

8 Januari 2023
Synchronize vs Pestapora, tentang Invisible Curator di Antara Indie Kopi Senja dan Dangdut Koplo MOJOK.CO
Esai

Synchronize vs Pestapora: Invisible Curator di Antara Indie Kopi Senja dan Dangdut Koplo

13 Oktober 2022
Habib Luthfi yang Saya Kenal: Habib yang Menangis ketika Membicarakan Waliyullah dan Rasulullah MOJOK.CO
Esai

Habib Luthfi yang Saya Kenal: Habib yang Menangis ketika Membicarakan Waliyullah dan Rasulullah

4 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Survei Alvara: Pendukung PKS yang Memilih Prabowo-Sandiaga Hanya 53,3 Persen

Survei Alvara: Pendukung PKS yang Memilih Prabowo-Sandiaga Hanya 53,3 Persen

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023

Saleh di Kala Susah, Kufur di Kala Jaya

28 Agustus 2018
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

kuliah politik di masjid

Jadwal Kuliah Umum Masjid Kampus UGM Selama Ramadan, Intens Bahas Politik

25 Maret 2023
rekomendasi 5 drakor politik

Rekomendasi 5 Drakor Bertema Politik, Cocok Buat Maraton Nunggu Buka Puasa!

25 Maret 2023
ciuman saat puasa mojok.co

Hukum Mencium Pasangan saat Puasa, Bikin Batal?

25 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
Ketum PP, Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan komentar terkait larangan bukber pejabat di UMY, Jumat (24/03/2023). MOJOK.CO

Kata Ketua PP Muhammadiyah tentang Larangan Bukber Pejabat dan ASN

25 Maret 2023
Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In