MOJOK.CO – Setelah melakukan riset, rokok legal identik dengan klub Liga Italia. Sementara itu, rokok ilegal lebih dekat dengan klub Liga Inggris.
Beberapa waktu yang lalu, saya iseng membuka aplikasi Flickr. Kemudian, saya mengetik kata kunci Rokok Indonesia. Ada ribuan merek rokok terpajang di sana. Dari deretan merk ternama hingga terunik. Yang bikin unik adalah merek rokok dengan nama klub bola. Ada Lazio, Torino, dan Como. Ketiganya berasal dari Serie A atau Liga Italia.
Kemudian, saya iseng mencari klub-klub Liga Italia lainnya seperti AS Roma, Juventus, hingga Inter Milan di situs tersebut. Ternyata tak ada. Sebenarnya ada, sih, jika kamu menggunakan kata “Inter” saja. Sebab, akan muncul produk dari Gudang Garam.
Saya, dan karena itu, menarik kesimpulan sementara. Tampaknya hanya klub Liga Italia yang kebetulan menjadi nama merek rokok oleh orang-orang Indonesia. Dan kebetulan pula, rokok-rokok tersebut merupakan rokok legal.
Hmm, masa tidak ada klub bola lainnya, selain Serie A gitu. Apakah jangan-jangan sebenarnya ada, tetapi bukan rokok legal?
Untuk mengurangi rasa penasaran, saya mengetikkan kata “rokok ilegal” di Google. Hasilnya mengejutkan.
Ternyata ada merek rokok dengan nama klub bola berasal dari Liga Inggris. Barangkali Anda pernah mendengar atau mengetahui peredaran merek rokok Manchester dan Newcastle.
Pertanyaannya, mengapa rokok legal identik dengan nama klub-klub Liga Italia, sedangkan rokok ilegal identik dengan nama klub-klub Liga Inggris?
Liga Inggris a.k.a rokok ilegal lebih baik daripada Liga Italia a.k.a rokok legal?
Dua hari yang lalu, lewat aplikasi Thread, saya bertanya kepada netizen. Kenapa Generasi Z jarang ada yang menyukai Liga Italia? Ada puluhan netizen yang menyambut pertanyaan saya. Lalu, saya menarik beberapa kesimpulan sementara.
Tidak ada produk bintang
Serie A tidak lagi mendapat perhatian dari generasi Z. Ketiadaan pemain-pemain bintang menjadi penyebabnya. Nama-nama seperti Lautaro Martinez, Dusan Vlahovic, atau Romelu Lukaku ternyata tidak mampu mencuri minat generasi Z.
Padahal di Liga Italia terdapat pemain Indonesia. Namanya Jay Idzes yang bermain di Venezia. Sangat dielu-elukan netizen Indonesia. Cek Instagram (IG) Venezia. Jika ada aktivitas Jay Idzes yang terpasang di konten IG Venezia, dipastikan menuai like dan atensi yang banyak.
Belum lagi saudara kandung Eliano Reijnders yang bermain di AC Milan, yaitu Tijani Reijnders. Serupa seperti Idzes, netizen Indonesia pasti menyerbu kolom komentar baik IG AC Milan atau akun pribadinya.
Sayangnya, kehadiran kedua pemain itu di Serie A tidak membuat generasi Z berpaling ke kompetisi yang paling dicintai oleh generasi milenial.
Hal yang sama dirasakan oleh produsen rokok Lazio, Torino, dan Como. Mereka rokok legal, tapi bukan produk berbintang lima. Untuk mendapatkannya, juga rumit. Hanya bisa di warung tertentu seperti Tobeko di Jogja.
Berbanding terbalik dengan Manchester dan Newcastle. Jelas produk berbintang. Buktinya sangat mudah ditemukan dan didapatkan di marketplace.
Teman-teman saya yang generasi Z, dan yang pernah mencicipinya, lebih menganggap Manchester dan Newcastle adalah produk mewah. Bungkus lebih menarik. Nggak ada gambar seram kayak di bungkus rokok legal.
Bukankah itu suatu kemewahan dan kenikmatan bagi perokok? Jika pemain-pemainnya, jangan ditanya. Bak bumi dan langit. Manchester kok dibandingkan dengan Como yang baru saja naik ke Liga Italia.
Kualitas rasa rokok legal boleh menang. Namun, sayangnya, branding dan harga yang baik jelas rokok ilegal lebih terjangkau.
Distribusi permainan lamban
Suka tidak suka, distribusi dan permainan yang ilegal lebih luar biasa daripada rokok legal. Senyap tapi langsung ke target pasar. Berbeda dengan rokok legal. Ketiga merek rokok dengan nama klub Liga Italia itu justru jarang terpantau. Apa penyebabnya?
Hal tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, distribusinya lamban. Kedua, produksinya terbatas. Jika distribusi, sepertinya mudah terjawab. Pernahkah kamu melihat ketiga rokok tersebut (Lazio, Torino, dan Como) di marketplace?
Soal produksi barangkali memang terbatas. Nggak bisa lebih dari dua miliar batang. Akhirnya berkorelasi dengan pendapatan mereka. Seret.
Eh, kok, ternyata ketiga merek tersebut memiliki korelasi dengan ketiga klub, khususnya dari pendapatan tahun 2022/2023.
Lazio: 451,05 Miliar
Torino: 1.002,92 Miliar
Como: 64,31 Miliar
Jika ketiganya dijumlahkan, hanya berbeda tipis dengan Newcastle. Namun, jangan disamakan dengan pendapatan Manchester United atau/dan Manchester City.
Manchester United: 12,5 Triliun –
Manchester City: 13,04 Triliun
Newcastle: 1,324 Milyar
Sepertinya, penjualan rokok Manchester dan Newcastle juga lebih laris daripada ketiga klub Liga Italia tersebut. Hihihihi.
Tidak ada siaran langsung di tv lokal
Harus diakui bahwa tidak ada siaran Serie A di TV lokal. Akhirnya, harus menggunakan aplikasi berbayar, yaitu Vidio. Itu pun siaran tersebut baru hadir pada pekan ketujuh.
Berbeda dengan netizen yang hendak menonton Liga Inggris. Salah satu TV swasta masih rajin menyiarkan pertandingannya. Bahkan, bagi yang ingin menonton pertandingan-pertandingan lainnya klub Liga Inggris bisa di Vidio dan beIN Sports.
Lalu, bagaimana jika ingin menonton Liga Italia, tapi bukan yang berbayar? Mau tidak mau, pakai aplikasi atau situs web ilegal yang bertebaran di media sosial. Entah itu Twitter atau Telegram.
Unik, ya. Menonton klub Manchester atau Newcastle bisa dijangkau dengan lebih mudah melalui aplikasi (legal) atau TV lokal. Sedangkan nonton Lazio atau Torino, harus melalui aplikasi ilegal (kalau yang malas berbayar).
Eh, begitu pula soal rokok. Lebih mudah terjangkau yang ilegal daripada legal. Jadi, apakah mengganti nama klub Serie A ke Liga Inggris, untuk rokok legal, akan lebih efektif?
Misal Liverpool atau Arsenal gitu. Atau Oxford United.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 7 Merek Rokok Ilegal Ternama yang Jangan Pernah Kamu Beli dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.