Poligami, Proyek Terakhir Sukarno Setelah Nasakom - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Poligami, Proyek Terakhir Sukarno Setelah Nasakom

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
20 Juni 2017
0
A A
esai poligami sukarno mojok

esai poligami sukarno mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Setiap 21 Juni diperingati sebagai haul Sukarno. Jasa-jasa besar Pak Karno dikenang. Proyek-proyek gagasan besar dan nasional yang dihelatnya dibaca ulang. Terutama dari 1945 hingga 1965. Di periode itu, ada proyek yang selesai, ada juga yang mangkrak.

Pancasila dan UUD 1945 dianggap selesai dengan melewati kerikil tajam. Ada pun Nasakom jelas proyek gagasan persatuan yang mangkrak bersamaan dengan hilangnya kekuasaan di tangan. Antara tahun 1966 hingga 1970 boleh dibilang proyek besar Sukarno sudah tak berjalan satu pun. Conefo macet. Ganefo mati suri. Pemberantasan buta huruf kembali ke titik nadir.

Bukannya Sukarno tak mampu menyelesaikannya, tetapi pendulum politik tak lagi ada di genggamannya. Dari seluruh tunakuasa itu, ada proyek besar yang betul-betul ingin diselesaikan Sukarno sebelum ajal menjemputnya. Itulah perdamaian dalam keluarga; persatuan dalam keluarga.

Nasakom sebagai pengejawantahan dari tafsir persatuan (politik) nasional boleh nyungsep, tapi tidak dengan persatuan keluarga. Terutama dalam rangka merukunkan istri-istrinya.

Untuk perkara poligami, Ustadz Arifin Ilham mungkin tersenyum-semringah saja seperti fotonya yang diapit dua istri cantik yang viral. Namun, tidak dengan AA Gym Pak Karno.

Baca Juga:

Pameran 7 Mobil Dinas Kepala Negara, Buick yang Dipakai Sukarno Jadi Primadona

Langit Indonesia Disesaki Mistis dan Takhayul: Kita Hanya Bisa Men-donga-k dan Ngeker

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

Sebagaimana rumitnya menjaga persatuan nasional, begitu pula Pak Karno mengalami kesulitan luar biasa dalam menjaga kerukunan antar istrinya. Serupa rangkaian peristiwa berdarah dan ledakan pembangkangan yang mengancam persatuan, pembangkangan para istri juga tampak mengikuti keluarga Pak Karno.

Tatkala Ibu Fatmawati hadir dalam romansa hidup Pak Karno, Ibu Inggit menyatakan makar dan melepaskan diri. Tatkala Ibu Hartini atau Ibu Tien berdiam dalam jiwa Pak Karno, Ibu Fat mengambil sikap keras bak karang dan memilih menjauh dari kehidupan istana. Lalu, tatkala Ibu Dewi atau Naoko Nemoto dari negeri Sakura merampas seluruh daya curahan hati Pak Karno, Ibu Tien dari Salatiga yang pintar menyembunyikan perasaan itu memulai front perang dingin yang tak berkesudahan.

Dalam soal keluarga ini, olok-olok Bung Hatta di tahun 30-an memang masih berlaku. Yang dilakukan Pak Karno menggabungkan Nasakom beberapa istri dalam satu naungan poligami itu bukan persatuan, tapi persatean.

Pak Karno barangkali memiliki daya pikat atas perempuan, tapi selalu gagal menyatukannya dalam satu bahtera kolektif.

Hubungan kasus Ibu Inggit dan Ibu Fat, Pak Karno jelas-jelas tak punya kuasa apa pun merujukannya. Pilihan Ibu Inggit serupa pilihan Timor Timur yang memilih merdeka dari Indonesia ketimbang makan hati. Sementara itu, hubungan Ibu Fat dan Ibu Tien juga sulit didamaikan. Apalagi, Ibu Fat membuat pernyataan terbuka meninggalkan segala kemewahan istana dan menanggalkan status first lady menuju pertapaannya dengan memboyong apa yang bisa dibawa. Hubungan itu menggantung, walaupun Ibu Fat masih dalam kerangka NKRI. Saya tak berani menyebut Ibu Fat seperti GAM yang butuh bencana akbar untuk sampai rekonsiliasi. Hebatnya, penolakan Ibu Fat dengan hati beku itu atas kehadiran Ibu Tien di istana pada 1954 itu sampai-sampai kekuasaan Sukarno yang tingginya nyaris absolut tak mampu menghangatkannya.

Saat kekuasaannya nyungsep dan tanda-tanda malaikat pembawa arwah mulai terasa di rumah penahanannya, Pak Karno belum menyerah untuk menyelesaikan proyek persatuan nasionalnya, paling tidak dalam lingkup keluarganya sendiri. Wabilkhusus lagi menengahi perang dingin antara Ibu Tien dan Ibu Dewi yang sudah terjadi sejak 1962.

Bagaimanapun, Pak Karno yang seorang The Great Lover merasakan betul aura janda lima anak sang clairvoyant femme fatale yang bersemayam dalam diri Ibu Tien. Walau janda, Ibu Tien memiliki pesona setara dengan gadis belia yang bisa mengimbangi Pak Karno.

Wajar kemudian pada 24 Mei 1965, Pak Karno menulis wasiat: “Kalau saja meninggal dunia, maka saja menghendaki, agar kelak isteri saja Hartini dikubur berdampingan dengan saja. Tempat kuburan bersama itu telah saja tentukan, jaitu di Kebun Raja Bogor dekat bekas kolam permandian jang membukit”.

Demikian pula Naoko Nemoto si gadis berkulit beludru dan membuai itu. Saking cintanya kepada si cantik Naoko, Pak Karno membikin testamen 6 Juni 1962: “Kalau aku mati, kuburlah aku dibawah pohon jang rindang. Aku mempunjai isteri yang aku tjintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburkanlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku”.

Perang dingin kedua juwita itu membuat Ibu Dewi bukan hanya memilih tinggal jauh dari istana, tapi lebih memilih tinggal di negara lain.

Namun, di luar Ibu Fat, kedua isterinya itu, yakni Ibu Tien dan Ibu Dewi, dalam benak Pak Karno, masih potensial maju ke meja perundingan tingkat tinggi.

Tersebutlah, pada 16 November 1968 atau 586 hari sebelum maut merenggut, Pak Karno dari rumah tahanan militer mengirimkan kawat 10 poin kepada Ibu Ratna di Portugal sebagai awal dimulainya perundingan tingkat tinggi. Begini bunyi memo yang ditulis tangan dalam bahasa Inggris dan disimpan rapi Haji Masagung dan diterbitkan menjadi buku Wasiat Bung Karno (1998):

Isteriku yang tercinta,

Apakah kau telah terima semua suratku?

Aku telah terima surat-suratmu, juga yang bersama foto dari Toledo, Portugal.

Sekarang aku menulis sepucuk surat yang serius; bacalah perlahan-lahan dan teliti.

  1. a) Aku telah membicarakan soal kita dengan Hartini, dan kami telah sepakat mengenai hal-hal berikut. Kami sepakat, bahwa kau kembali ke Jakarta permulaan tahun depan (tanggal dan bulannya akan ditentukan kelak), jika kau menyetujui syarat-syarat berikut:

1) Aku akan memperlakukan kau dan Hartini sebagai sesama, tidak ada yang didahulukan. Sama, sama, sama.

2) Hartini akan tinggal di Jakarta di sekitar Cikini.

3) Aku akan datang secara teratur padanya dan padamu, sehari di rumahnya, sehari di rumahmu. Atau dua hari di rumahnya, dua hari di rumahmu. Atau: tiga hari di rumahnya, tiga hari di rumahmu.

4) Kau boleh mengadakan resepsi sendiri, dia boleh mengadakan resepsinya.

5) Kalau aku mengadakan resepsi, aku mengundang kau dan dia bergiliran. Bahkan, aku tidak keberatan mengundang kalian berdua untuk resepsi apa pun yang aku adakan, terutama (tergantung pada keadaan) untuk resepsi yang lebih besar.

6) Dia dan kau harus bersahabat, maksudku jangan cekcok, jangan saling memaki-maki.

7) Dalam soal keuangan sama, satu sen pun tidak berbeda.

8) Untuk sementara dia tinggal di rumah sewaan, nanti dia membangun rumah di Cikini, tidak lebih besar dari Wisma Yasa.

9) Anak-anak harus sama, dengan hak-hak yang sama. Jadi tidak ada perbedaan antara Kartika dengan umpamanya Taufan dan Bayu. Semua anakku adalah anakku, tanpa perbedaan antara mereka.

10) Harta bendamu adalah harta bendamu, miliknya adalah miliknya.

Demikian syarat-syaratnya: agama Islam juga menghendaki demikian. Aku harap kau setuju.

  1. b) Soal-soal lain kita bicarakan di Jakarta. Aku harap kau bilang ya. Lalu aku akan tulis kau kelak kapan kau harus kembali.

Mari kita lupakan masa lalu, dan membangun hidup baru.

Dan, pada 21 Juni, di hari mangkatnya Pak Karno, Ibu Tien dan Ibu Dewi tampak selalu berdekatan, bercipika-cipiki satu dengan lainnya. Mereka pun satu mobil mengantar Pak Karno ke Bandara Halim Perdanakusuma. Ibu Inggit juga datang hampir tengah malam pada 21 Juni.

Hanya Ibu Fat yang tak tampak dan mengirim karangan bunga duka bertuliskan: “Tjintamu selalu menjiwai rakjat. Tjinta Fat”.

Di haul Bung Karno, mari panjatkan doa untuk usahanya yang gigih terwujudnya persatuan nasional; untuk bangsa, untuk keluarga, dengan satu motto: mari kita lupakan masa lalu. Mantap.

Tags: CikiniFatmawatiHartiniInggit GanarsihIstana BogorNaoko NemotoNasakomPak KarnopoligamiRatna Sari DewiSukarnoWisma Yasa
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Buick, mobil dinas pertama Presiden Sukarno dipamerkan dalam pameran mobil kepresidenan dii Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (13:8:2022) (ANTARA:Fathur Rochman)

Pameran 7 Mobil Dinas Kepala Negara, Buick yang Dipakai Sukarno Jadi Primadona

13 Agustus 2022
Langit Indonesia Disesaki Kisah Mistis dan Takhayul MOJOK.CO

Langit Indonesia Disesaki Mistis dan Takhayul: Kita Hanya Bisa Men-donga-k dan Ngeker

31 Juli 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Sukarno Tanggapi Mohammad Hatta: Saya Bukan Imperialis

Sukarno Tanggapi Mohammad Hatta: Saya Bukan Seorang Imperialis

10 April 2022
dibawah bendera revolusi banyak bicara banyak bekerja

Sekali Lagi: Bukan Jangan Banyak Bicara, Bekerjalah! Tetapi Banyak Bicara, Banyak Bekerja!

3 April 2022
Kalau Sukarno Tak Jadi Mandor Romusha Kita Mungkin Tak Merdeka MOJOK.CO

Kalau Sukarno Tak Jadi Mandor Romusha Kita Mungkin Tak Merdeka

8 Januari 2022
Pos Selanjutnya
Kaos Bola Kucing Balompat - Mojok

Kaos Bola yang Gambar Kucing Balompat

Komentar post

Terpopuler Sepekan

esai poligami sukarno mojok

Poligami, Proyek Terakhir Sukarno Setelah Nasakom

20 Juni 2017
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
kadisdikpora diy mojok.co

Rekomendasi Satgas Selesai, Kepsek dan Tiga Guru SMAN 1 Banguntapan Disanksi Ringan 

18 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang MOJOK.CO

Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang (Bagian 1)

18 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022

Terbaru

pelajar dan mahasiswa mojok.co

Terancam Tak Ikut Pemilu 2024, KPU RI Minta Pemda DIY Identifikasi Pelajar dan Mahasiswa

19 Agustus 2022
Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

19 Agustus 2022
Kominfo masih dalami kebocoran data 17 pelanggan PLN.

Lebih dari 17 Juta Data PLN Diduga Bocor, Kominfo Masih Mendalami 

19 Agustus 2022
kebocoran data

21.000 Perusahaan di Indonesia Diduga Mengalami Kebocoran Data, Dijual 50 Ribu Dollar AS

19 Agustus 2022
Investasi jangka pendek, pakar sarankan hal ini.

Anak Muda Suka Investasi Jangka Pendek, Pakar Sarankan Konsistensi

19 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In