Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sederet Alasan Mengapa Peterpan Lebih Memengaruhi Selera Pendengar Musik Indonesia Dibanding Band Papan Atas Lain, Salah Satunya Sheila on 7

Aditya Rizki oleh Aditya Rizki
23 Juni 2025
A A
Peterpan Punya Kasta Lebih Tinggi Dibanding Sheila on 7 MOJOK.CO

Ilustrasi Peterpan Punya Kasta Lebih Tinggi Dibanding Sheila on 7. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Taman Langit menjadi inspirasi

Begitu Peterpan merilis album pertama Taman Langit, banyak pengamat musik mengapresiasi materi album yang punya genre indie/alternatif tersebut. Lagu-lagunya easy listening, ikonik, juga mudah dimainkan siapa saja. Termasuk di setiap pentas musik dan ajang kompetisi band, ada saja yang mencoba memainkan lagu-lagu dari album tersebut.

Dari lagu “Mimpi yang Sempurna” yang jadi lagu wajib pengamen jalanan, ketukan drum “Yang Terdalam” yang ikonik, sampai intro petikan gitar “Semua Tentang Kita” yang sampai sekarang masih dipakai buat nyetem gitar. Peterpan sah jadi salah satu band papan atas Indonesia.

Di tengah Peterpan yang sedang menjadi media darling, muncul band-band pendatang baru yang seolah-olah mencoba “meniru” gaya Peterpan. Entah dari teknik bernyanyi, bagian nada-nada lagunya, maupun dari penampilan sang vokalis Ariel, yang saat itu dikenal lewat rambut gondrong belah tengah, berkaos oblong tanpa lengan, dengan tas pinggang di celana.

Sebut saja gerombolan band seperti Kangen Band, ST12, Hijau Daun, Bagindas, Armada, Repvblik, Merpati, dan semacamnya. Band-band tersebut menyanyikan lagu-lagu pop dengan memberi sentuhan cengkok melayu. 

Uniknya, setelan mereka di atas panggung mirip dengan gaya Ariel Peterpan. Mereka tentu juga ikut menjadi populer, tetapi justru dengan melahirkan genre baru bernama: pop melayu.

Ada sebagian kelompok pendengar musik yang menganggap gerbong band-band pop melayu ini semakin membosankan. Musiknya yang begitu-begitu saja dan tampak seragam, sementara liriknya terdengar cengeng dan mendayu-dayu. Sampai di bagian ini, band-band tersebut pada akhirnya punya jalan yang berbeda dengan Peterpan di tahun-tahun berikutnya.

Album baru yang ditunggu-tunggu penggemar

Kesuksesan album kedua bertajuk Bintang di Surga (2004), membuat Peterpan semakin dikenal. Majalah musik Rolling Stone Indonesia pernah menempatkan album BDS di urutan ke-116 dalam daftar “150 Album Terbaik Indonesia sepanjang masa” pada 2007.

Situsweb PopHariIni menempatkan album ini di peringkat ke-5 daftar “20 Album Terbaik Label Arus Utama 2000-2020” setelah album Bintang Lima (Dewa, 2020), Sesuatu yang Tertunda (Padi, 2001), Kisah Klasik untuk Masa Depan (Sheila on 7, 2000), dan Ningrat (Jamrud, 2000).

Beberapa waktu yang lalu, sebuah akun dari medsos X, Indonesian Pop Base (@IndoPopBase) menempatkan album ini di urutan ke-4 dalam daftar “100 Best Indonesian Albums”. 

Banyak yang pro dan kontra. Beberapa mempertanyakan kenapa posisi Peterpan lebih tinggi dari Dewa 19, Sheila on 7, atau Padi, misalnya.

Buat saya, jawabannya sederhana. Sebagian besar nafas lagu di album tersebut begitu membekas di ingatan pendengar. Bahkan sampai beberapa tahun ke depan. 

Selain itu, lirik lagunya tidak secara lugas bicara tentang hubungan percintaan. Penggunaan kata-kata metafora pada liriknya seringkali pas, tidak berlebihan.

Tak cuma orang dewasa yang bisa menikmati, tetapi kalangan remaja juga bisa bebas menginterpretasikan lagu tersebut dengan caranya sendiri. Bandingkan dengan lagu-lagu band papan atas lain yang di banyak lagunya cenderung menggunakan lirik yang lebih lugas, bahkan sampai terdengar lebih slenge’an.

Peterpan menciptakan fenomena baru

Setahun setelah album BDS rilis, Peterpan menggarap satu album tematik penuh, khusus untuk soundtrack film Alexandria (2006). Album ini termasuk sukses karena berhasil mengangkat film yang disutradarai oleh Ody C. Harahap. 

Iklan

Konser “Menunggu Pagi” yang menandai rilisnya album ini pernah digelar di Bandung. Ada 6 stasiun televisi menyiarkannya secara serentak pada pukul 11 malam.

Tak sampai di situ, salah satu TV nasional waktu itu juga pernah menayangkan dokumentasi proses pembuatan album ketiga Peterpan dalam beberapa episode. Ariel cs tampak sedang dikarantina ketika membuat lagu untuk album Hari yang Cerah, yang kemudian rilis pada 2007. 

Mungkin kalau dilakukan sekarang tayangan seperti itu bakal terasa overrated. Tapi, di zaman itu, kalau bisa menaikkan rating stasiun televisi, nggak ada salahnya juga, kan?

Momen yang paling diingat sebelum album itu rilis adalah fakta bahwa albumnya ternyata sudah bocor di internet. Entah siapa yang pertama kali membocorkan waktu itu. 

Yang jelas, sudah banyak yang membagikan link download album ini di berbagai forum internet. Tak lama kemudian, nyaris hampir di setiap warnet sudah muncul versi bajakan album tersebut.

Beberapa hal di atas menjadi gambaran bahwa karya-karya Peterpan memang banyak ditunggu penggemar. Peterpan menciptakan fenomena baru dan secara kasta bisa bersanding dengan band-band papan atas yang lain.

Band yang memecahkan rekor

Kalau Peterpan dihitung berdasarkan prestasi dan penghargaan karya musik, mungkin sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Namun, kalau soal penghargaan MURI, tidak banyak band atau musisi yang bisa meraihnya. 

Saya coba cek apakah band sekelas Sheila on 7, Dewa 19, atau Slank pernah memecahkan rekor MURI tahun 2004. Ternyata belum pernah.

Peterpan pernah masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran pernah melakukan konser maraton di 6 kota berbeda di Indonesia dalam waktu sehari pada 2004. Delapan tahun kemudian, mereka kembali masuk MURI karena menyelenggarakan konser “2 Benua 5 Negara” dalam sehari meski sudah dengan nama NOAH.

Lagu-lagu Peterpan yang liriknya berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan cengkok melayu, ternyata juga disukai pendengar musik dari negara tetangga, Malaysia. Konser Peterpan di Malaysia pernah mendatangkan 30 ribu penonton. 

Padahal saat itu hubungan Indonesia-Malaysia sedang memanas. Khususnya oleh isu-isu pengakuan budaya dan rivalitas olahraga, terutama sepakbola dan bulutangkis. Namun, soal hiburan musik, ternyata keduanya akur karena punya selera yang sama.

Konser monumental Peterpan

Konser Peterpan yang monumental juga pernah terjadi di 2005 saat mereka melawat ke Timor Leste. Sejarah mencatat, konser yang digelar di Stadium Municipal Dili itu bisa mendatangkan hingga 60 ribu penonton. 

Jumlah penduduk Timor Leste tahun itu kurang lebih ada sejuta penduduk. Berarti, konser tersebut ditonton oleh 5% penduduk Timor Leste.

Kedatangan Ariel cs juga sempat diterima oleh presiden Timor Leste, Xanana Gusmao. Ikatan empati masyarakat Indonesia dan Timor Leste terjalin kembali melalui lagu-lagu Peterpan. Seolah-olah sudah lupa sejenak atas semua tragedi yang pernah terjadi antara 2 negara di masa lalu.

Laris manis di era album fisik

Peterpan melejit di masa transisi pendengar musik yang sebelumnya terbiasa mendengarkan musik lewat radio, tayangan televisi, dan kaset/CD. Zaman lalu bergeser mendengarkan musik lewat internet dan aneka platform digital.

Di tahun 2004, lagu bajakan ada di mana-mana karena internet mulai menjamur dalam bentuk warung internet (warnet). Sementara tarif bandwidth internet rumahan masih sangat mahal dan belum cukup kuat untuk memutar lagu dari aplikasi streaming.

Peterpan sebenarnya beruntung karena masih bisa merasakan kejayaan album fisik dalam bentuk kaset dan CD. Album fisik Bintang di Surga masih terjual hingga lebih dari 3 juta kopi. Ini menjadikan Peterpan sebagai salah satu band yang album fisiknya paling banyak dibeli di Indonesia.

Tak lama kemudian, industri musik Indonesia berangsur mengalami masa yang lesu. Penjualan album fisik kian menurun. Beberapa label musik dan toko rilisan fisik di berbagai kota mulai tumbang satu per satu. Berlanjut dengan masa-masa gerai ayam goreng jualan paket bundling makanan bonus CD.

Zaman RBT

Inovasi Ring Back Tone (RBT) cukup menyelamatkan kondisi tersebut, meskipun periodenya tidak bertahan lama. Pengguna yang mengaktifkan RBT harus membayar biaya aktivasi dari ribuan hingga belasan ribu per lagu. Dari satu lagu yang dirilis dalam bentuk RBT, musisi dan label bisa mendapatkan keuntungan hingga miliaran rupiah.

Peterpan ikut mengadopsi sistem RBT ini untuk setiap lagu yang dirilis dengan bayaran yang tinggi. Sistem ini diikuti oleh band-band lain yang merasa lagunya sudah populer di pasaran. 

Biasanya, brand seluler ini juga akan bekerja sama dengan para musisi untuk membuat program dan sponsorship yang lain. Misalnya dengan bundling kartu perdana bonus RBT yang lagunya belum rilis atau bundling kartu perdana bonus tiket konser.

Di zaman itu, saya masih ingat bisa menonton konser Peterpan yang tiketnya diperoleh dengan cara membeli kartu perdana. Kebetulan, Peterpan sedang tur album dengan konser yang diadakan di banyak kota di Indonesia, termasuk salah satunya di kota kecil tempat saya tinggal. Mungkin kalau tidak ada kerja sama dengan brand seluler dan kesuksesan RBT, rasanya hampir mustahil Peterpan mau manggung di sana.

Puncak kejayaan RBT ini ada di antara tahun 2006-2011. Inovasi RBT menjadi salah satu keran pemasukan yang bisa diandalkan musisi selain bergantung pada hasil penjualan album fisik. Sayangnya, era kejayaan RBT harus tergantikan oleh era smartphone dan aplikasi streaming musik.

Wajah baru Peterpan

Semasa Ariel menghabiskan waktu dalam bui, belantika musik Indonesia sedang ramai dengan munculnya grup vokal laki-laki (boyband) dan perempuan (girlband). Mereka terinspirasi budaya K-Pop dari Korea Selatan. 

Grup vokal populer seperti SM*SH, Coboy Junior, Cherrybelle, dan JKT48 menjadi hype di kalangan anak muda. Tidak peduli pria maupun wanita. Pada saat yang sama, popularitas band pop melayu mulai meredup.

Singkat cerita, Peterpan sedang ancang-ancang mengubah jenama. Ariel bebas pada 2012 dengan sambutan yang luar biasa. Semua stasiun televisi dan media ikut meliput. Setidaknya para “Sahabat Peterpan” dan pendengar musik Indonesia banyak yang menantikan momen-momen itu karena 2 hal.

Pertama, pengumuman soal nama baru Peterpan yang bakal menjadi identitas baru band dengan 4 personel. Sebelumnya ada 6 personel. 

Nama baru ini harus bisa mewakili logo band berbentuk bulu merah yang sudah diperkenalkan beberapa tahun sebelumnya, mudah diingat, serta menandai warna baru Peterpan. Per tanggal 1 Agustus 2012, akhirnya nama NOAH yang dipilih dan diumumkan ke publik.

Kedua, banyak penggemar yang menantikan wajah baru Peterpan dengan 4 personel dan materi di album baru. Sementara personel lain berusaha tetap berkarya dengan merilis album instrumental Suara Lainnya. Ariel juga terus menciptakan beberapa lagu baru di penjara lewat gitar kopong.

Candaan “Ariel bebas, boyband tewas”

Salah satu lagu yang tercipta dari bui dan menjadi lagu pertama yang dikenalkan berjudul “Dara”. Bahkan Ariel juga turut mengajak penghuni penjara tersebut untuk menyanyikan bagian lagu “Raja Negeriku”. Publik penasaran bakal seperti apa penampilan NOAH dengan lagu-lagu di album barunya yang berjudul Seperti Seharusnya.

Pengamat musik nasional, Bens Leo, pernah berkelakar dalam sebuah wawancara. Dia bilang, “Akhir tahun ini (2012), musik Indonesia terselamatkan dengan munculnya NOAH. Karena tahun-tahun sebelumnya kan didominasi oleh boyband dan girlband. Mereka akan menjadi lokomotif industri panggung.”

Suka tidak suka, setelah Ariel bebas dan mulai manggung lagi, popularitas boyband dan girlband mulai meredup. Candaan “Ariel bebas, boyband tewas” jadi ada benarnya. Yang dulu Ariel Peterpan, berubah sebutannya jadi Ariel NOAH. Sulit membayangkan nasib Peterpan dan NOAH tanpa kehadiran sang front man.

Sebagai vokalis yang punya persona kharismatik, Ariel punya tempat tersendiri di mata publik. Dia sebanding dengan front man sekaliber Ahmad Dhani di Dewa 19, Duta di Sheila on 7, hingga Kaka di Slank. Meski nama Peterpan tinggal kenangan, selama ada si gacoan Ariel di NOAH, band ini rasanya belum akan berhenti melahirkan fenomena.

Penulis: Aditya Rizki

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Bintang di Surga Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2025 oleh

Tags: Ariel bebasariel noahariel peterpanbintang di surgaboyband tewasdewa 19duta sheila on 7Mimpi yang Sempurnanoahpeterpansheila on 7slank
Aditya Rizki

Aditya Rizki

Webmaster Mojok. #YNWA

Artikel Terkait

Studio Alamanda: Mesin Penghasil Band Legendaris dari Jogja MOJOK.CO
Esai

Legenda Studio Alamanda Jogja: Ketika Sheila on 7 dan Endank Soekamti Jadi Pemuda Kampung Biasa

22 Oktober 2025
Sheila on 7 Legenda yang Sederhana, Bikin Fans Merasa Dekat MOJOK.CO
Esai

Sheila on 7 Menjadi Legenda Bukan Hanya karena Musik, tapi Juga Fashion Mereka yang Sederhana dan Membuat Fans Merasa Dekat

16 Juli 2025
Hal-hal riang di bawah panggung JVWF Music Fest 2025 di Jogja yang hadirkan HIVI! hingga Sheila on 7 MOJOK.CO
Kilas

Sheila On 7, HIVI!, dan Suasana Riang di Bawah Panggung JVWF Music Fest 2025

14 Juli 2025
JVWF 2025 Music Fest Hadirkan Sheila On 7, Catat Tanggal Main dan Rangkaian Acaranya.MOJOK.CO
Hiburan

JVWF Music Fest 2025 Hadirkan Sheila On 7, Catat Tanggal Main dan Rangkaian Acaranya

5 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.