MOJOK.CO – Ketika Commuterline Jabodetabek mengalami gangguan, yang mana itu sering, admin media sosial Commuterline mengatasinya dengan cara yang tak terduga: membagikan puisi. Apakah dia Citilink versi darat?
Hidup di wilayah penyangga membuat warga Bogor, Depok, Tangerang, sampai Bekasi harus putar akal menuju tempat kerja yang sebagian besar berada di Jakarta. Dari beberapa pilihan moda transportasi umum, mulai dari yang legal seperti bis kota sampai angkutan semi-ilegal seperti omprengan, Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline adalah primadona warga megapolitan. Sepanjang tahun 2017 saja, ada 315,8 juta penumpang KRL yang jalurnya membentang dari Jakarta, Bogor, Depok, ujung Tangerang sampai tetangga galaksi Bimasakti nun jauh sana di Bekasi.
KRL punya beberapa keunggulan. Selain mudah menjangkau pusat aktivitas dengan keberadaan stasiun-stasiun yang relatif dekat dengan wilayah perkantoran, juga biaya yang lebih murah dan waktu tempuh yang lebih cepat. Dua hal yang disebut terakhir ini perlu diberi keterangan dengan huruf kapital dan garis bawah: KALAU TIDAK ADA GANGGUAN.
Sampai bulan Oktober 2017 saja dari data Tirto.id, ada 156 kasus gangguan. Rinciannya mulai dari gangguan wesel, operasional kereta, sinyal, listrik aliran atas, sampai gangguan lain seperti banjir atau kebakaran di pemukiman warga. Saking seringnya gangguan, para pengguna KRL yang beken dikenal dengan sebutan roker (rombongan kereta) atau anker (anak kereta), termasuk saya yang sudah delapan tahun berkereta, sampai paham hari-hari weton gangguan perjalanan: Senin pagi, Jumat sore, dan hari apa pun setelah turun hujan deras.
Lalu apa yang dilakukan oleh PT Kereta Commuterline Indonesia (PT KCI)? Tentu saja meresponsnya. Informasi gangguan juga keluhan disampaikan lewat saluran komunikasi di media sosial, yakni Twitter, Instagram (@krlcommuterline), Facebook (Informasi Commuter Line), serta YouTube (Commuter Channel). Ada pula yang membalas surel korporat ([email protected]) dan menjawab keluhan-keluhan via telepon.
Tim medsos bekerja dengan menghimpun komentar penumpang lewat bantuan sistem Genesys. Sesudahnya, mereka membalas. Mungkin karena saking seringnya frekuensi keluhan dan gangguan, para karyawan sampai hafal di luar kepala bagaimana merespons semua keluhan Tidak heran jawabannya seperti hasil pelajaran dikte di bangku sekolah dasar. Saya sampai paham template jawaban yang selalu terdiri dari kata kunci: mohon maaf, unit terkait, dan ditindaklanjuti. Tinggal diganti saja sesuai item keluhan dan gangguan yang masuk.
Bisa jadi karena saking bosannya mengetik tanggapan yang begitu-begitu saja, admin-admin ini kemudian memakai kekuatan kata-kata untuk mengayom-ayomi penumpang yang keburu ngamuk berdesakan penuh cucuran peluh dan berada dalam bayang-bayang pemotongan gaji karena kereta yang ditumpanginya tak kunjung sampai di tujuan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kekuatan kata-kata memang seperti menyihir kita akan penyelesaian berbagai masalah. Mulai dari urusan percintaan, Cinta yang sudah siap kawin akhirnya kembali klepek-klepek hanya karena puisi si Habib Rangga, sampai janji-janji di kancah perpolitikan. Cukup dengan otak-atik dan gonta-ganti kata, permasalahan akut yang menumpuk bertahun-tahun bisa selesai dalam sekejap. Penggusuran misalnya, bisa diselesaikan dengan penggeseran. Atau rumah susun yang menyimpan permasalahan baru, cukup diganti dengan rumah lapis.
Begitu juga dengan PT KCI. Alih-alih membenahi infrastruktur kereta yang sudah makin uzur (seluruh rangkaian kereta yang digunakan PT KCI adalah bekas pakai dari Jepang) atau melakukan pengecekan sarana secara intensif untuk meminimalisir gangguan, PT KCI malah terlihat bersemangat menyusun sajak demi sajak untuk memenuhi timeline pengikutnya.
Seperti ini salah satunya: “Sambut pagi dengan penuh senyum semangat, siapkan hati dan jiwa untuk semua hal. Percaya akan potensi diri tuk meraih kesuksesan. Selamat beraktivitas #RekanCommuters.” Inti dari penggalan puisi tersebut bukan saja kita harus bangun pagi untuk bergegas mencari rezeki, tapi juga jaga-jaga kalau kereta gangguan lagi dan kembali kena potong gaji.
Juga saat malam tiba, admin-admin PT KCI memberikan wejangan pengantar tidur seperti ini: “Dalam gelapnya malam tataplah masa depan yang indah dengan berdoa penuh rasa syukur atas segala nikmat yg tlah Tuhan berikan atas hari ini. Selamat beristirahat #RekanCommuters”. Pesan moralnya adalah bersyukurlah masih bisa pulang kerja dengan biaya murah meriah meski badan remuk berdesakan gara-gara perjalanan kereta kembali kena gangguan.
Direktur PT Kereta Api Indonesia terdahulu, Ignasius Jonan, terbukti sukes melakukan transformasi di tubuh BUMN ini. Salah satunya dengan mengirim staf-staf terbaiknya melihat langsung pengelolaan perkeretaapian di negara maju. Sepertinya, PT KCI sebagai anak usaha mesti mencontoh juga orang tuanya dengan mengirimkan staf-stafnya untuk belajar langsung kepada achli-achli. Tentu bukan untuk mendapatkan ilmu bagaimana mengatasi persoalan gangguan yang ruwetnya seperti sinyal keluar masuk Stasiun Manggarai, tapi membuat puisi-puisi yang lebih menggugah lagi dari penyair-penyair kelas dunia.
Setidaknya menemukan pilihan puitis untuk kata gangguan.