MOJOK.CO – Paling tidak, Pakde Donald Trump yang positif corona ini tetap berani nongol di berbagai media dengan muka temboknya. Nggak kucing-kucingan.
Alih-alih berduka cita dan menghaturkan doa-doa yang positif, warga dunia malah bersorak gembira mendengar kabar Presiden Negara Adidaya Mamarika Serikat, Donald Trump, dinyatakan positif corona .
Kurang ajar memang orang-orang ini. Bukannya sedih tapi justru malah gembira sama bencana orang lain. Tidak tahu apa mereka bahwa Pakde Donald yang positif corona adalah petunjuk bahwa blio ini merupakan presiden yang baik, terutama untuk Indonesia?
Jangan selalu suuzan dong sama Pakde Donald Trump, Sahabat.
Blio ini walau seringkali bikin statement memancing keributan dan kebijakan-kebijakannya bikin geleng-geleng kepala, sebenarnya dari lubuk hatinya yang paling dalam adalah orang yang sangat peduli terhadap kondisi masyarakatnya. Wabilkhusus kalau urusannya adalah virus corona.
Paling tidak di tengah-tengah kondisi carut marut Mamarika, Pakde Donald Trump ini tetap selalu nongol di berbagai media dengan muka temboknya. Beda dengan beberapa pejabat di negeri +62 yang masih punya rasa malu berlebih jadi agak gimana-gitu kalau kepergok wartawan. Bahkan sampai ada yang mainan petak umpet segala.
Oke baiklah, Pakde Donald Trump memang penuh kontroversi di masa lalu. Pada suatu kesempatan Pakde Donald pernah mengaku kalau blio perlu meremehkan virus corona karena tidak mau bikin panik warganya.
Maka dari itu dengan entengnya Pakde Donald pernah bilang kalau Covid-19 akan melemah pada bulan April 2020. Katanya, “Ketika memasuki bulan April, dalam cuaca yang lebih hangat, (cuaca) yang memiliki efek sangat negatif pada virus itu, dan berbagai jenis virus itu.”
Bukan sebuah pernyataan yang salah sebenarnya. Pakde kan bilang hanya melemah, bukan hilang. Apalagi ketika akhirnya blio malah kena Covid-19 sendiri pada bulan September-Oktober hal itu justru menunjukkan kalau pernyataan Pakde Donald sesuai fakta.
Lah iya dong, kan Pakde Donald Trump bilang melemah di musim panas, saat ini kan sudah memasuki musim dingin di Mamarika Serikat. Artinya kalau melemah di musim panas, di musim dingin bakal menguat dong?
Nah, dengan kondisi yang makin kuat dari Covid-19 itu, wajar kalau sekelas Presiden Mamarika akhirnya bisa terinfeksi segala.
Artinya harus dipahami, bahwa di balik kelakuan absurdnya, Pakde Donald Trump ini memang hatinya sweet banget. Blio rela dicerca demi menjadi pusat perhatian agar warganya tidak punya tempat lain untuk marah selain kepada dirinya.
Beda banget dengan di Indonesia, yang membagi pusat kemarahan di berbagai posisi. Ada yang ke Menteri Kesehatan, ada yang ke Presiden, ada yang ke Menteri Pendidikan, ada juga yang ke LBP. Btw, LBP itu bukan inisial, tapi kode untuk jabatan tertinggi di Indonesia ya.
Dari kebiasaan menjadi pusat kemarahan warganya, wajar kalau akhirnya Pakde Donald Trump ini sering ketahuan tidak memakai masker saat berada di luar ruangan. Hal yang semata-mata dilakukan agar publik tenang. Tidak panik.
Bahkan mungkin kalau Ya’juz Ma’juz turun di Mamarika, bisa jadi Pakde Donald Trump mungkin juga tetap tenang, santai kayak di pantai. Bukannya panik karena mau kiamat, tapi sama Pakde Donald si Ya’juz Ma’juz malah diajak koalisi jadi sekutu sekalian.
Hal semacam ini sesuai dengan pernyataan Kayleigh McEnany, Sekretaris Pers Gedung Putih, “Penting untuk mengekspresikan kepercayaan diri, penting untuk mengekspresikan ketenangan,” katanya.
Situasi ini sama persis dengan cara di Indonesia. Agar warganya tidak terkesan panik dan ribut karena Covid-19, pemerintahnya juga suka memberi kebijakan yang intinya membangkitkan kepercayaan diri.
Misalnya, Covid-19 nggak bisa masuk ke Indonesia karena proses perizinannya berbelit-belit. Atau—bahkan—yang terbaru adalah bagaimana pemerintah dengan pede mampus tetap menyelenggarakan pilkada serentak.
Okelah. Indonesia memang boleh belum semaju Mamarika, tapi kalau soal absurd yaaah bolehlah kalau kita ini setara dengan negara adidaya.
Oleh karena itu, ketika tersiar kabar bahwa Donald Trump dan istrinya Melania Trump terkonfirmasi positif corona. Respons masyarakat dunia saya rasa sungguh konyol.
Bukannya berterima kasih kepada Pakde Donald Trump karena sudah positif corona, kok ini malah sibuk memikirkan konspirasi wahyudi yang dikait-kaitkan dengan serial The Simpson. Apalagi sampai ngapok-ngapokin Pakde Donald Trump. Dih, jahat.
Selain soal informasi Covid-19 melemah karena cuaca panas, Pakde Donald Trump juga pernah bilang kalau, “Ini akan menghilang. Suatu hari nanti, ini seperti keajaiban.”
Sebuah pernyataan yang sangat religius. Semua ini memang akan menghilang, Mate. Karena hanya Tuhan yang abadi. Corona itu fana, akhirat yang abadi. Sebuah pilihan sikap yang sangat mengejutkan dari negeri sekuler macam Mamarika Serikat. Tak bisa dipercaya, sekelas Pakde Donald Trump jadi religius begitu positif corona.
Ini belum dengan pernyataan Pakde Donald yang sebelum positif corona sempat bilang kalau infeksi Covid-19 itu tidak berbahaya. Hal ini seolah menunjukkan bahwa Pakde sedang menguji pernyataannya sendiri.
Ya iya dong, kalau sedari awal menganggap berbahaya, mana mungkin Presiden Mamarika ini mau “dengan sengaja” terinfeksi ini dengan mengabaikan beberapa protokol kesehatan?
Peristiwa yang terjadi pada Pakde Donald Trump, dengan kondisi di Mamarika yang tetap ngotot menyelenggarakan Pilpres 2020, menjadi bukti bahwa stabilitas ekonomi dan politik adalah segalanya.
Ini juga menunjukkan kebaikan seorang Pakde Donald Trump yang positif corona. Demi bisa menggenjot ekonomi masyarakat Mamarika dan tidak bikin gonjang-ganjing politik makin ruwet, pemerintah di sana tetap ngotot menggelar acara debat Pilpres 2020. Berhadap-hadapan lagi, tanpa pakai Zoom atau Google Meet.
Hal ini tentu jadi contoh yang baik bagi Pemerintah Indonesia. Ketika Presiden Mamarika, positif corona, dengan keadaan negaranya yang memaksa hajatan Pilpres 2020, Indonesia sebagai negara yang sama absurd-nya, juga tetap ngotot menyelenggarakan pilkada serentak.
Bahkan Pakde Donald Trump rela mewakafkan dirinya agar peristiwa ini bisa menjadi pelajaran bagi negara seperti Indonesia. Hanya saja pelajaran ini bisa berarti dua hal bagi Pemerintah Indonesia.
Pertama, bahwa dengan sikap meremehkan, menyepelekan, dan sampai akhirnya tetap nekat gelar proses kampanye pemilihan presiden, segalanya justru makin memburuk. Ekonomi anjlok, kesehatan sama anjloknya pula. Bahkan Mamarika ini jumlah positifnya jauh lebih tinggi ketimbang Cina.
Artinya Pakde Donald Trump menjadikan dirinya contoh buruk, “Ini lho, jangan tiru saya. Ini akhirnya saya malah positif corona beneran.” Sebuah pesan untuk negara seperti Indonesia.
Atau malah kedua, pemerintah kita mungkin punya cara lain dalam menekan virus corona selama pilkada, dengan mempertimbangkan pernyataan-pernyataan Pakde Donald Trump di masa lalu.
Tadi dikatakan oleh Pakde Donald Trump, kalau virus ini bisa lemah karena situasi panas. Kebetulan, dengan penyelenggaraan pilkada ini, masyarakat Indonesia mulai panas hatinya, mendidih dadanya, dan puyeng otaknya punya pemerintah pedulinya sama putaran duit di tingkat elit doang.
Nah, dalam keadaan “panas” dari kemarahan masyarakat tersebut, wajar kalau pemerintah kita patut optimis corona akan melemah. Bahkan para elit daerah terang-terangan bikin konser dangdut. Bahagia warganya, corona kampanyenya.
Dan jangan lupakan jargon terselubung para calon di pilkada yang bisa jadi bakal jadi calon-calon pemimpin daerah yang bakal dikenang sepanjang masa: “Make Corona Great Again!”
Hm. Tareeek siiis….
SEMONGKOOO!!11!!1
BACA JUGA Donald Trump adalah Kemaluan Terbesar bagi Kebanyakan Warga Amerika atau tulisan Muhammad Farid Hermawan lainnya.