MOJOK.CO – Saya coba temui Pak John Riekkinen, salah satu admin grup Bapak-bapak Bagian Pengantar dengan tebak-tebakan mindblowing-nya itu.
Dengan penuh percaya diri, saya mengunggah tangkapan layar ke status wasap, disertai harapan seluruh kerbat dan handai taulan merasakan satu sensasi serupa; tertawa terbahak-bahak. Tetapi Hanum, sepupu saya yang kini remaja, justru mengomentari dengan begitu keji dan bikin hati saya remuk.
“Da, selera humormu makin payah,” katanya.
“Turut prihatin.”
Tangkapan layar itu saya ambil dari unggahan Pak Yoga, salah satu anggota Grup “Menjadi Bapak-bapak Bagian Pengantar”, yang kira-kira begini bunyi guyonnya;
Pasien yang menderita gejala rindu dilarikan ke mana, Pak?
Ke ruang i see you. Xixixi.
Jujur, saya kira itu lelucon yang bisa mengocok perut, tapi ternyata malah lelucon yang bikin sakit perut kayak habis kena kamehameha. Sad :”(
Di hadapan Hanum, atau remaja-remaja lain, barangkali lelucon sejenis tak relevan. Itu wajar, tebak-tebakan ala bapak-bapak memang kadung dianggap garing, renyah, basi, bahkan tak layak konsumsi karena kelewatan masa berlakunya.
Meski begitu, tebak-tebakan macam ini bisa menjadi esoteris asal digunakan di ruang-ruang tertentu. Grup wasap bapak-bapak pos ronda, misalnya.
Saya, sebagai orang yang hampir menjadi bapak-bapak, berusaha bercakap-cakap dengan Pak John Riekkinen, salah satu admin grup Bapak-bapak Bagian Pengantar yang menjadi eksosistem hibrid bagi penyuka lawakan jenis ini.
Pertama untuk mempelajari kiat sukses menjadi renyah ala tebak-tebakan bapak-bapak yang kaffah, saya juga penasaran melacak jejak dan tingkah para bapak-bapak ini.
“Garing dalam konteks lelucon itu sebenarnya kata lain dari ‘ringan’. Lelucon ringan yang sangat lemah dalam delivery jokes-nya, sehingga hampir seluruh kalangan akan mudah menerima,” kata bapak-bapak necis yang satu ini.
“Saya cukup yakin yang menulis di Urban Dictionary juga bukan bapak-bapak. Kalau bilang itu lelucon bodoh, tentu itu bodoh, tapi apakah itu lucu? Tentu! Dalam berbagai bentuk jokes lainnya, penerima bisa adu mulut tentang apakah sebuah lelucon itu lucu atau tidak. Tapi dalam joke bapak-bapak, semua bisa setuju itu joke bapak-bapak.”
Ia terlihat penuh semangat memang. Akhir-akhir ini, grup Bapak-bapak Bagian Pengantar yang ia kelola telah menjadi spot light. Geliat interaksi bapak-bapak di dalamnya mudah kita temukan bertebaran lintas media sosial. Di Twitter, ada utas khusus kompilasi tingkah mereka. Di Instagram, akun-akun humor turut menyebarkan tangkapan layar.
Satu pekan terakhir, angka permintaan bergabung bahkan menyentuh kisaran sepuluh ribu lebih, sementara setiap harinya mereka hanya menerima member maksimal 70 biji. Ada seleksi ketat untuk menjadi anggota, yang kira-kira tingkat persaingannya sama seperti mendaftar ke PTN idaman.
Saat tulisan ini dibuat, jumlah resmi anggota grup Bapak-bapak Bagian Pengantar adalah lima puluh ribu—dan saya yakin angka itu akan terus melonjak naik—ditambah satu bapak-bapak famous tiada banding, Raffi Ahmad.
Iya, betulan. Akun resmi bapaknya Dedek Rafatar ini betulan gabung, konon blio memang punya ketertarikan terhadap konten berbau shitpost di medsos.
Haibat, ya. Jika sepuluh pemuda bisa mengguncang dunia, sementara seratus orang tua bisa mencabut Semeru dari akarnya, keajaiban macam apa yang mampu digerakkan oleh lima puluh ribu Bapak-bapak gabut di grup Facebook+Pak Raffi Ahmad? Silakan Anda bayangkan sendiri, Pak.
Setiap harinya, Admin harus mengurasi sekitar tiga ratus unggahan yang dikirim para bapak-bapak. Memilih dan memilah konten yang “Bapak Bangedsss”, dan siap menerima aduan atas segala hal yang menyalahi aturan. Kerjanya hampir mirip seperti redaktur Mojok—atau media lain—yang sering kebanjiran naskah. Cuma, mereka enggan berpatok pada indikator tertentu.
“Kita secara kasar tidak punya guideline bagaimana konten yang ‘benar’ dan ‘salah’, tapi, ya ada feeling bapak-bapak bermain di situ. Hehe.”
Di sinilah point krusial yang sekaligus menjadi identitas mereka; merakyat dan tak elitis.
Para pria paruh baya diijinkan curhat dan berbagai pandangan, juga bebas melempar lelucon—dengan teknik apa pun. Meski, ya itu, tak semua orang bisa menerima dan tertawa riang, bahkan sebagian kecil golongan hanya menunjukkan mimik muka melongo sembari berujar “apaan sih, norak!” saat membacanya.
Misalnya, curhatan dari Pak Rezki.
Kipas angin di rumah Pak Tatang aneh, Pak, dari tadi nengok kanan-kiri tapi ga nyebrang-nyebrang… Xixixi…
Atau pertanyaan yang bisa menambah wawasan kita terhadap semesta dari Pak Wahyu.
Pak saya mau tanya, Astronot kalau meninggal di bulan itu tetap dikebumikan atau diganti dikebulankan, xixixi…
Hingga misteri yang coba disodorkan oleh Pak Ahmad Fauzi
Kuliah online apa benar suka ribut dengan kuliah pangkalan, Pak?
Atau, tebak-tebakanan dari Pak Nuril.
Burung-burung apa yang kaya? Jawabannya burung Beli Bis. Xixix ngakak abiez
Dan Pak Angga.
Kota, kota apa yang dipenuhi bapak-bapak? Jawabannya kota Purwo-daddy xixi…
Salah satu ciri khas lain, jika boleh dikatakan demikian, dari bapak-bapak ini adalah penggunaan ekspresi “Xixii… Ngakak abiezzz” pada komentar yang bener-bener sukses bikin nggak jadi ngakak.
Pada mulanya, memang ia digunakan untuk itu. Sebagai jurus cemooh untuk konten yang kurang bapak banget. Tetapi pada akhirnya, ia malah bertransformasi menjadi nilai jual, bahkan sejenis apresiasi. Segala yang mengocok perut layak diberi “xixi ngakak abiezzz”.
Selain itu penggunaan ejaan “alay” ala pengguna internet Indonesia di jaman lawas juga bertebaran di sini. Suatu pemandangan yang boleh jadi bikin jengah para redaktur dan polisi bahasa. Barangkali, itulah alasan mengapa Bapak Ivan Lanin belum tertarik bergabung.
Untuk fenomena itu, Pak John punya penjelasan apik.
“Saya pikir beberapa hal yang disalah pahami oleh kebanyakan anggota grup dengan istilah ‘xixixi ngakak abiesz’. Penulisan huruf besar kecil seperti sosial media tahun 2010-an, itu muncul karena jarang yang betul-betul tahu cara bicara yang kebapakan seperti apa. Admin sering menghapus komentar dan post yang mengandung badword dan terkesan mem-bully pembuat joke (yang mana jelas tidak kebapakan), sedemikian hingga muncul kalimat-kalimat baru seperti “ngakak abis” yang memang tidak melanggar aturan grup dan tetiba saja menjadi inside expression dari grup.”
Saya terkagum-kagum pada tingkah mereka. Grup Bapak-bapak Bagian Pengantar ini, menjadi alternatif hiburan saat panggung-panggung komedi arus utama, terlebih televisi, di ambil alih media mainstream yang takluk pada rating dan modal. Menjadi Bapak-bapak Bagian Pengantar, adalah habitat di mana bapak-bapak melebur menjadi satu. Saling menghibur, saling mengisi kekosongan.
Btw, setelah berbincang-bincang dengan Pak Admin dan menekuni sejumlah lelucon bapak-bapak, akhirnya saya memberanikan diri untuk mempraktikkan teknik serupa.
+ Ikan, ikan apa yang saleh?
- Nggak tahu.
+ Ikan bawal.
- Kok bisa ikan bawal?
+ Eh, ujan gerimis aje… Ikan bawal diyasinin… ~
Xixixi ngakak abiezzz.
BACA JUGA 15 Tebak-tebakan yang Katanya Paling Bikin Emosi atau tulisan M. Nanda Fauzan lainnya.