Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mendukung Ibu Menyebarkan Hoax

Arif Utama oleh Arif Utama
21 Februari 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ibu lagi keranjingan media sosial setahun belakangan ini. Ia lagi senang-senangnya bermain Facebook. Banyak teman-teman lama yang sudah entah ke mana malah ketemu lagi di Facebook. Terakhir, karena sudah berhasil bikin satu angkatan ketemu, ia menginisiasi untuk mengadakan reuni. Akhirnya manis: ibu berhasil mengumpulkan teman-temannya dan sebagai oleh-oleh, ibu membuat grup WhatsApp. Agar kekinian dan bisa share-share-an, katanya.

Bersamaan dengan itu pula ibu jadi punya kebiasaan baru lain, suka mengepos hoax di media sosial. Terkadang ia yang menginisasi, terkadang ia hanya mencomot dari grup sebelah. Anda mungkin mulai sebal dan ingin mengatakan bahwa ibu saya akan mengirimkan hoax-hoax berbau politis yang sering kali kita temukan di media sosial. Atau mengira saya akan berdakwah perihal hoax yang belum tentu keabsahan datanya.

Alih-alih menceramahi Anda, saya malah menyarankan Anda untuk rajin mengirim hoax seperti ibu saya. Hoax yang ia harap akan membuat orang-orang terkecoh membacanya dan kemudian bahagia.

Hoax mengecoh? Itu biasa. Tetapi bikin bahagia? Nggak salah, nih? Coba simak dulu hoax yang Ibu sebar.

“Bagi penikmat kopi, jangan membuat kopi dengan air panas se-kali karena akan menghilangkan rasa dan aromanya. Cukup dengan air panas secangkir …. Kalo se-kali, minumnya sambil berenang kali yaa …. Hahaha.” (Rada garing sih)

Atau yang ini, disebar via WhatsApp.

“Rahasia selembar daun pisang bisa untuk menjaga stamina badan …. Caranya, ambil selembar daun pisang, lalu di atasnya tuang beberapa sendok nasi, sepotong rendang + gulai nangka + sambal, jangan lupa kerupuk kulit, jangan lupa baca bismillah. Siap disantap …. Dijamin badan kembali segar.”

Atau ini, disebar lewat grup WhatsApp juga.

“Diskon 75% tiket pesawat …. Traveloka sedang memberikan tiket diskon 75% untuk seluruh penerbangan di seluruh maskapai. Promo ini berlaku sampai kapan pun. Hanya saja … tanpa sayap.” (Kalau kamu nggak ketawa, saya juga. Sedih juga sih humornya kayak begini.)

Biasanya, kalau Ibu sudah mengirim macam ini, orang-orang pada umumnya akan merespons dengan mengirimkan like atau disebar lagi di Facebook atau WhatsApp masing-masing. Mereka pada akhirnya berusaha menyebarkan kebahagiaan dan energi positif ibu sehingga menjadi viral. Setidaknya pada lingkaran sosialnya saja. Tak jarang, berbagai grup mereka diisi dengan guyonan-guyonan hoax sejenis untuk memancing tawa.

Akan tetapi, juga tidak sedikit misalnya teman-teman Ibu yang mendadak serius. Entah ini pertanda bahwa pemerintah telah berhasil melakukan kampanye anti-hoax atau bagaimana, yang jelas orang-orang seperti ini jelas sering membikin guyonan-guyonan Ibu terhenti seketika. Orang-orang yang pantes dikasih sindiran: you must be fun at parties.

Tak jarang, kata Ibu, ada orang yang merespons “Ini sumbernya dari mana?” saat pesan Ibu baru sepersekian detik dikirim. Atau malah mewanti-wanti agar hati-hati mencari data di internet seakan Ibu hendak menjadi jurnalis di usianya yang sudah senja. Namun, Ibu masa bodoh. Dibilangin seperti itu, ia terus saja mengirimkan pesan.

Kata Ibu, hobinya menyebar hoax mucul karena keresahan. Ibu melihat banyak sekali pesan-pesan penuh kebencian di media sosialnya. Mulai dari pesan anti-Tiongkok, anti-asing, anti-komunis, anti-apitalis, anti-apa-apa-lagi-gitu, yang tak ada habis-habisnya dan bikin pusing kepala. Ia gusar. Di usia tuanya, ia cuma ingin bahagia. Menonton drama India atau makan apa pun yang ia inginkan. Dan itulah yang kemudian ia lakukan: melawan kebohongan yang membawa pesan kebencian dengan kebohongan yang membawa kebahagiaan. Yah, walau kadang masih kriuk.

Untuk orang-orang yang mengomentarinya bahkan sebelum membaca, Ibu cuma menertawakannya. Apalagi kalau mereka kemudian sadar sedang ditipu setelah membaca.

Iklan

Kata Ibu, orang-orang macam itu harusnya banyak-banyak piknik. Atau kalau ingin serius, ya dilihat dong konteksnya. Tak semua hal di internet harus diseriusi. Tapi, kata Ibu juga, situasi ini bisa dimengerti. Karena ya gitu, orang-orang sering membaca kabar serius sehingga harus diajarkan untuk jadi lebih selow.

Terakhir, saat saya sedang menulis tulisan ini, Ibu mengirim gambar ini ke grup WhatsApp-nya.

Saat Ibu kirim gambar itu ke grupnya, tetap saja tak sedikit yang malah menanyakan asal-usul dan validitas informasi ini. Dengan mudahnya Ibu katakan: “Yaelaaah, becandaan doang diseriusin ….” Dan pada akhirnya semua orang ngeh soal keterangan tanggal yang tak masuk akal di gambar itu.

Sayangnya, hal ini tak cukup membuat pihak Pertamina tertawa. Mereka cukup repot sehingga perlu mengirim rilis untuk menyatakan bahwa informasi tersebut palsu. Tampaknya, pilkada dan segala macam serbuan hoax memang bikin Indonesia #DaruratPiknik.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: featuredhoaxmedia sosial
Arif Utama

Arif Utama

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
pemilih pemula mojok.co
Kotak Suara

Survei CSIS: Pemilih Pemula Manfaatkan Medsos sebagai Sumber Informasi

6 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.