MOJOK.CO – Sebelum diundang di podcast, Lord Rangga pernah ancam akan mengusir Deddy Corbuzier dari muka bumi. (((dari muka bumi))).
Lord Rangga telah purnatugas sebagai Sekretaris Jenderal The Heeren Zeventien, sebuah kedudukan mentereng yang bisa membangkitkan produksi liur seluruh penggila jabatan di muka bumi.
Status pensiun ini juga menjelaskan bahwa seluruh kecakapan berdiplomasi Lord Rangga bukan lagi demi kepentingan Sunda Empire lagi, melainkan untuk Prince Rangga Foundation, sebuah yayasan yang—saya duga nirlaba—hanya eksis di kepalanya sendiri.
Atribusi Lord Rangga sangat penting untuk diperjelas di muka, sebab blio sudah terlalu sering disalahpahami oleh semua orang—bahkan kadang-kadang, oleh dirinya sendiri.
Misalnya, banyak orang menganggap seluruh ocehannya tentang kesundaan layak dijejalkan ke tong sampah hanya karena Lord Rangga lahir di Brebes, bukan di Sunda. Padahal fakta itu tak membuktikan apa-apa, selain bahwa di matanya blio mendalami identitas kebangsaan, bahwa ia sangat cinta sama Sunda NKRI.
Sebagaimana Anda tahu, di Indonesia hal semacam itu lumrah belaka. Malahan, akan menjadi rancu apabila seseorang mengemban tugas sesuai kapasitas. Megawati bisa menjadi Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), meski kita tak akan pernah mampu melacak rekam jejak dan kontribusinya di dunia akademis.
Ketua Umum PSSI disesaki—dari periode ke periode—oleh purnawirawan, seolah-olah tak ada lagi orang yang kompeten mengurus sepakbola selain dari orang-orang militer. KPK diketuai oleh anggota polisi yang bermasalah sama kode etik, anggota dari lembaga yang berkali-kali mau diperiksa KPK tapi nggak jadi-jadi. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Nah, ketika Lord Rangga pertama kali muncul, saya juga terjebak dalam kesalahpahaman yang sangat memalukan tersebut sebelum blio akhirnya sempat datang ke Podcast Deddy Corbuzier.
Dulu, saya menduga Lord Rangga adalah prototipe dari orang-orang yang senang menggembor-gemborkan kejayaan dan kekayaan Bangsa, dengan cara yang begitu bombastis, semata untuk kepentingan pribadi. Ternyata saya salah.
Saya kerap menyaksikan Lord Rangga dengan ingatan pada nubuat dari Ben Anderson, dalam kuliah umumnya di Jakarta bertajuk “Nationalism Today and in the Future”.
Bahwa kita patut waspada kepada siapa pun yang membuat negara menjadi sesuatu yang sakral dan senantiasa dipuja, juga waspadalah kepada siapa saja yang selalu membanggakan kejayaan nenek moyang yang begitu agung. Milikmu akan segera dicurinya.
Tetapi saya tak pernah merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri saya tiap kali menonton tingkah laku Lord Rangga, terutama yang di Podcast Deddy Corbuzier.
Alih-alih tertawa, saya justru memperoleh banyak pelajaran penting, utamanya dalam urusan kepercayaan diri. Soalnya Lord Rangga adalah orang paling teguh dalam urusan memegang prinsip gasss-aja-dulu-salah-betul-urusan-belakang.
Memang tak ada yang abadi di dunia ini, selain cara kita memandang Lord Rangga yang selalu dominan dengan kesalahpahaman. Bahkan ketika blio tampil di Podcast Deddy Corbuzier kesalahpahaman ini masih terjadi.
Jelas sekali dalam tayangan berdurasi hampir satu jam itu Lord Rangga tetap tampil begitu memukau sebagaimana biasa.
Blio berhasil menyihir mental seorang master mentalis sekelas Deddy Corbuzier, dan sukses menghibur dua komika mentereng sekaliber Coki dan Tretan Muslim, hanya dengan membongkar sedikit khazanah pengetahuan yang mengendap di otak gigantiknya.
Namun sayang sekali, banyak orang yang mengira tayangan tersebut hanya semacam uji tahan tawa, dan kehadiran Coki dan Tretan Muslim bertujuan membuat suasana semakin semarak.
Soal uji tahan tawa, jelas tak ada yang mampu lepas dari jerat kekocakan Lord Rangga. Segala ucapannya adalah lelucon, dan gerak-geriknya dominan humor. Maka tes semacam itu sudah ketahuan hasilnya.
Dengan kecerdasan yang mustahil tertandingi, ia bisa membuat kita terbahak-bahak bahkan sejak premis. Tak perlu pusing memikirkan punch line yang solid, sebab Lord Rangga hanya perlu mengotak-atik akronim.
Bahwa US adalah Uncle Sam dan bukan United State, bahwa “SAM” dalam Uncle Sam ini adalah Sultan Abdul Mufakir, dan tentu saja kepanjangan ABCD yang melegenda itu.
Perihal kehadiran Coki-Muslim, yang sejatinya di luar kebiasaan #CloseTheDoor, berfungsi sebagai peredam kekisruhan, sekaligus kawan seandainya—dalam keadaan yang tak terkendali—Deddy tertimpa sial sehingga ada yang bisa dijadikan bemper.
Sebab, sebagaimana kita tahu, awal tahun 2021 Lord Rangga pernah mengancam akan mengusir Deddy dari muka bumi seandainya dia terus menyepelekan Sunda Empire. Itu bukan ancaman sederhana, dan pasti membuat bulu kuduk siapa pun berdiri.
Berikut kalimat ancaman dari Lord Rangga sebelum ketemu di Podcast #CloseTheDoor.
“Itu siapa Deddy Corbuzier? Nggak sopan tolong ingatkan,” ucap Rangga Sasana saat itu.
“Sunda Empire ini memiliki sopan santun yang sangat luhur. Jadi tidak boleh sembarangan. Kami Sunda Empire ini pemilik bumi. Dia (Deddy Corbuzier) numpang di mana? Kalau tidak suka Sunda Empire, ya pergi dari bumi, atau dia mati,” lanjut Rangga Sasana.
Bener-bener ancaman yang serius. Bahkan Deddy sampai posting di akun IG-nya saking takutnya.
View this post on Instagram
Jadi, saya kira orang-orang seharusnya mulai sadar bahwa episode #CloseTheDoor itu, selain untuk menjajal sekuat apa Tretan Muslim dan Coki mampu menahan tawa, juga bertujuan untuk menjalin rekonsiliasi antara penguasa yang merasa terhina dengan minoritas yang kelepasan bicara.
Ini semua agar Deddy tetap dibolehin untuk hidup dan numpang cari nafkah di muka bumi, tanah miliknya Sunda Empire. Masalahnya, kita semua tahu, rekonsiliasi ini pun menghasilkan views YouTube berjuta-juta. Bahkan sampai tulisan ini dibikin, masih nambah terus itu penontonnya di YouTube.
Sudah lah cuma numpang, minoritas, mualaf, bisa damai sama penguasa dunia, dapat cuan lagi. Asli, pinter banget cari peluangnya. Orang mana sih si Deddy ini?
BACA JUGA Kiat Sukses Bikin Kerajaan Layaknya Keraton Agung Sejagat atau Sunda Empire dan tulisan Nanda Fauzan lainnya.