MOJOK – Siapa bilang Presiden Jokowi tidak bisa dikalahkan? Lihat dulu lima tips cara mengalahkan suara pemilih Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tahun depan.
Kata Amien Rais, elektabilitas Presiden Joko Widodo saat ini sudah going down. Namun, melihat kenyataan di lapangan sepertinya tidak seperti yang disampaikan beliau—yang belum sempat dimasukkan ke daftar 200 mubalig rekomendasi Kemenag.
Meskipun banyak lawan-lawan Jokowi yang yakin bahwa tagar #2019GantiPresiden sudah merasuk ke mana-mana, namun sepertinya hal itu masih belum cukup meyakinkan untuk bisa mengganti Presiden tahun depan.
Apalagi menjelang tahun terakhir jabatan Jokowi, beberapa program-program pemerintah muncul di mana-mana. Bahkan peserta Aksi Kamisan, yang sedari awal Jokowi menjabat tidak mendapat respons, baru-baru ini direspons. Jokowi mau menemui para peserta aksi di depan Istana Kepresidenan—diminta untuk ketemu ke dalam lebih tepatnya. Sebuah strategi-strategi pecitraan semakin tak bisa dibendung. Dan ini—harus diakui—begitu sempurna.
Hanya saja, jika dibilang mengalahkan Jokowi pada Pilpres 2019 adalah langkah mustahil, sepertinya Anda keliru juga. Asalkan menggunakan strategi yang tepat dan tidak melakukan blunder fatal seperti yang dilakukan Loris Karius pada Final Liga Champion, nasib Jokowi bisa sama seperti Liverpool.
Bukan bermaksud untuk mendahului takdir, tetapi bukankah Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu mau berusaha mengubah keadaannya sendiri? Dan inilah lima tips untuk para pegiat tagar #2019GantiPresiden yang perlu dilakukan agar Jokowi benar-benar dilengserkan Tuhan seperti kata Pak Amien Rais.
1. Berhenti sebar hoax atau berita palsu yang menyerang pemerintah sekarang.
Dalam politik, semua cara bisa dihalalkan. Seperti sabda SpongeBob Squerepants, “Semuanya adil dalam cinta dan perang,” tak terkecuali dalam politik.
Seperti halnya hoax dan berita palsu yang menyerang pemerintah. Jangan terlalu naif untuk percaya bahwa hal-hal semacam itu benar-benar diproduksi oleh lawan Jokowi, kita tak pernah tahu kalau jangan-jangan hoax semacam itu dibikin sendiri oleh pendukung pemerintah.
Nah, ketika pihak oposisi kena jebakan lalu menyebarluaskannya, maka tak berselang lama berita tersebut segera dibuat klarifikasi dan menunjukkan bahwa kabar itu fitnah. Telak. Tanpa perlu menyebut siapa dalang pembuat tuduhan fitnah itu, kelompok oposisi jelas kena. Pihak tagar #2019GantiPresiden pun tak bisa dipungkiri kena getahnya pula.
Keberadaan hoax yang berisi fitnah terhadap Jokowi justru bisa jadi formula yang ampuh untuk memunculkan simpati pada pemerintah. Strategi-strategi mencari simpati semacam ini cukup sukses sebelumnya dan hanya gagal pada Pilkada DKI Jakarta kemarin karena mulut Ahok yang kepleset.
Bagaimana cara mendeteksi bahwa berita itu hoax? Bagaimana membedakannya dengan berita yang benar-benar menunjukkan kebrobokan pemerintah sekarang? Bagaimana cara menanggulanginya?
Jawabannya cukup gampang.
Cukup tiga kata: kerja, kerja, dan kerja.
Karena dengan bekerja, Anda tidak akan sempat untuk mengurusi hal-hal seperti itu. Dengan bekerja Anda bisa menafkahi istri, anak Anda, membanggakan mertua. Tidak perlu pusing-pusing mikirin politik.
Sebabnya ya karena sudah ada yang mikirin politik. Kalau Anda ikut mikir, lalu apa kerja Fadli Zon dan Fahri Hamzah? Anda enggak mau kan dianggap tukang serobot kerjaan orang?
Sudah Anda ikut mikir, ikut pusing, tidak dibayar pula. Jadi berhentilah sebar-sebar informasi yang tak jelas kebenarannya. Jika Anda belum punya pekerjaan, segera siapkan lamaran pekerjaan. Kirim ke email saya, karena saya lagi butuh tukang kuras radiator motor Vario tetangga saya.
2. Apresiasi keberhasilan pemerintah dan kurangi kritik.
Tidak bisa dipungkiri, pemerintah sekarang memiliki beberapa prestasi di berbagai bidang. Meski banyak pula janji-janji yang belum dikerjakan dan patut untuk terus ditagih. Meski begitu, mengapresiasi dan mengakui keberhasilan pemerintah sekarang akan membuat pihak oposisi justru bakal mendapat sentimen positif dari pihak pendukung Presiden.
Oh, ternyata bukan karena benci doang ya? Oalah, jadi yang pengen ganti Presiden itu memang orang yang sedang memikirkan masa depan bangsa ya?
Selain itu, sudahi untuk melakukan kritik kepada pemerintah. Karena dengan tidak adanya kritik, pemerintah bisa saja jadi ujub, takabur, sombong, bahkan sampai terlena. Nah, ketika situasi sudah sebegitu nyaman bagi pemangku jabatan, Anda bisa mengajukan beberapa solusi yang tidak pernah bisa dilakukan oleh pemerintah sekarang.
Meski begitu simpan dulu kritik-kritik Anda. Sebab kalau buru-buru disampaikan, pemerintah bakalan bisa langsung berbenah, memperbaiki diri, dan hal ini jelas tidak baik bagi pihak oposisi. Maka dari itu, berhentilah mengkritik, gantilah dengan pujian-pujian setinggi langit. Lalu pada 2019 nanti, hempaskan kembali ke tanah.
Kasih mereka jawaban dengan telak, bahwa ternyata Anda yang selama ini dicari-cari rakyat Indonesia untuk menggantikan posisi Jokowi.
3. Jangan cuma asal ganti Presiden.
Disadari atau tidak, Jokowi menang pada Pilpres 2014 lalu bisa jadi bukan karena banyak yang benar-benar suka dengan Jokowi, tetapi ada juga pihak-pihak yang asal tidak mau dipimpin oleh Prabowo Subianto saja. Karena adanya pilihan selain Prabowo cuma Jokowi, ya sudah Jokowi ya enggak apa-apa deh.
Ini premis yang sama seperti orang-orang yang mengampanyekan tagar #2019GantiPresiden. Tagar yang menunjukkan satu hal, mau presidennya siapa terserah, yang penting bukan Jokowi. Titik.
Sekarang begini, jika pemilih Jokowi dulu beberapa berpikiran asal bukan Prabowo, maka coba pikirkan dengan jernih. Apakah 53.15% pemilih Jokowi pada 2014 kemarin memilih Jokowi atas dasar karena Jokowi semuanya? Apa iya Anda yakin tidak ada yang berpikir memilih Jokowi karena asal bukan Prabowo?
Nah, seandainya pada 2019 nanti ada capres baru yang melawan Jokowi, bukankah ada peluang berapa persen dari pemilih Jokowi itu berpindah memilih ke pihak oposisi?
Jadi usul saya cukup konkret. Buat Pak Prabowo, coba berhenti untuk mencalonan diri jadi Presiden tahun depan. Biar orang-orang yang asal-bukan-Anda-presidennya bisa dimaksimalkan untuk jadi suara melengserkan Jokowi. Seperti halnya Megawati yang mengirim petugas partai untuk jadi presiden. Ya biar seimbang juga pertandingannya, petugas partai biar lawan petugas partai sajalah.
Coba proyeksikan orang yang lebih Anda percaya saja. Segera daftarkan pada bulan Agustus 2018 nama pilihan capres beserta cawapresnya. Oh iya, ingat, ketika sudah didaftarkan, nama capres tidak bisa mengundurkan diri. Jadi pastikan nama yang dipilih tidak punya agenda nikahan atau sunatan sampai dengan masa pemilihan berakhir.
Oleh karena itu, jika melihat hitung-hitungan saya, satu-satunya calon selain Pak Prabowo yang bisa maju adalah… ya betul, My lord Fadli Zon dengan segala keajaibannya.
4. Sampaikan rencana program dengan kreatif.
Setelah calon presiden yang akan jadi lawan Jokowi sudah didaftarkan, mulailah konsentrasi untuk menyusun program-program yang konkret. Jangan malah sibuk mengomentari program kerja lawan. Pekerjaan sia-sia. Toh, Anda tidak dibayar untuk “memperbaiki” kesalahan lawan.
Buat bahan kampanye yang informatif, kekinian, dan cerdas tapi tidak norak atau lebay. Libatkan generasi-generasi muda yang kreatif untuk desain grafis, membuat video, animator, komikus, dan ahli-ahli di bidangnya untuk mengedukasi masyarakat bahwa kelak pemerintah yang baru akan melakukan ini, membuat itu, mengupayakan ini, dan mengerjakan itu.
Cara-cara kampanye di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur belakangan ini, mungkin bisa ditiru. Dengan cara-cara humor, masyarakat Jawa Timur malah terhibur dengan adu program dari dua kandidat. Masa-masa kampanye jadi adem dan nyaman. Masing-masing saling serang tapi tidak saling merendahkan.
Usul saya, pihak oposisi perlu menyewa sutradara iklan yang kreatif seperti kreator iklan Ramayana yang lucunya naudzubillah itu. Tujuannya ya untuk bikin video kampanye yang asik punya. Tentu saja sebagai pemberi tips, saya siap jadi makelar. Tenang, sama saya bisa dinego kok.
5. Terakhir, pastikan Anda datang ke TPS.
Ya, terakhir. Langkah nomor satu hingga empat akan sia-sia jika Anda tidak terdaftar dalam DPT atau—yang lebih parah—tidak datang saat hari-H pencoblosan.
Saya punya teman, dia benci sekali dengan Jokowi, belakang bahkan berharap Jokowi segera diganti. Waktu saya tanya apakah 2014 kemarin dia milih Prabowo? Dia jawab tidak. Dulu golput katanya. Saya masih khusnudzon, mungkin dulu waktu hari pencoblosan dia ketiduran.
Lalu ketika saya tanya apa nanti di 2019 dia akan memilih siapapun yang akan jadi lawan Jokowi? Dia kembali menjawab, tidak, dia akan tetap golput karena malas buat berangkat ke TPS.
Ya sudah, saya cuma bisa mendoakan semoga pilihan teman saya ini menang.