Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

SJW versus Standar Kecantikan ala Micelle Halim? Ya Ikut SJW Lah!

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
11 Juli 2021
A A
Zara, Posting Video Pribadi Emang Hak Kamu, tapi Hak Itu Nggak Bebas Konsekuensi perempuan edgy kalis mardiasih mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Standar kecantikan harus diakui keberagamannya. Jangan seperti Micelle Halim yang tiba-tiba nyebut “buriq” untuk sesuatu yang bukan seleranya.

Seorang (((influencer))) bernama Micelle Halim yang menyebut dirinya sebagai “Menteri Kecantikan” di profil Instagramnya secara terbuka berkeberatan dengan keputusan brand lingerie tersohor Victoria’s Secret (VS) untuk mengampanyekan Victoria Collective.

Gara-gara Victoria Collective, brand VS kini bekerja sama dengan model plus-size, model kulit berwarna bukan putih, model bertubuh curvy alias semok, dengan beragam bentuk tubuh, wajah dan rambut.

Dalam story IG-nya, Mbak Micelle Halim seperti risih betul melihat laman VS kini penuh dengan tubuh yang nggak kurus tinggi menjulang, bahkan Mbak Micelle bertanya, “kenapa zaman sekarang semuanya makin buriq?” untuk seorang model perempuan berkulit gelap dengan kepala hampir plontos tanpa rambut juga batang hidung tak tinggi.

Sebelum menganalisis sebetulnya ada apa dengan pola pikir Mbak Micelle sampai sebegitu terganggunya dengan beragam bentuk tubuh dan penampilan perempuan, kita bahas dulu perihal kebijakan baru brand VS: Victoria’s Collective.

Pada akun Instagram, Victoria’s Secret menyebut Victoria Collective sebagai “the future of our company”. Wajah depan dari Victoria’s Collective antara lain Adut Akech (refugee, pegiat kesehatan mental), Amanda De Cadenet (jurnalis, fotografer, dan founder girl gaze dan aktivis kesetaraan, Eileen Gu (World Champion free skier, aktivis sport perempuan dan remaja perempuan, model), Megan Rapinoe (aktivis LGBTQIA, pay equity crusader dan atlit), Paloma Elsesser (body advocate, aktivis dan model), Priyanka Chopra Jonas (aktor, produser dan pengusaha), dan Valentina Sampaio (aktivis LGBTQIA+, aktor dan model).

Dari wajah depan kolektif ini juga tujuan yang disebutkan, kita pahami saja bahwa Victoria’s Secret ingin mengubah identitas brand menjadi inklusif dan merayakan keberagaman tubuh dan seksualitas perempuan.

Wait. Apakah itu artinya sebelumnya VS ekslusif dan diskriminatif? The reality was…. Ya.

Membangun Victoria’s Collective pasti bukan keputusan mudah. Ribuan customer VS bertanya apakah itu artinya “no wings, no angels, no show?” dan menganggap VS mengorbankan identitas yang telah mereka bangun sepanjang tiga decade.

Sekarang, mari kita bahas Victoria’s Secret Fashion Show yang melahirkan para VS’s Angels.

Sejak tahun 1995, VS memasarkan produknya kepada jaringan kelas atas lewat pameran peragaan busana yang megah ini. Model-model yang terkenal dengan tubuh tinggi dan perut rata inilah yang disebut sebagai angels. Mereka berjalan di panggung mengenakan lingerie terbaik produksi VS tahun itu dengan beragam desain sayap di punggungnya.

VS Angels dipasarkan kepada dunia lewat jargon “hard work” untuk meyakinkan banyak orang kalau para perempuan dengan perut rata dan super tipis itu berhasil memperoleh bentuk tubuh semacam itu adalah karena kerja keras. Mereka mempopulerkan hashtags #trainlikeanangel.

Namun, beberapa tahun terakhir, kritik untuk VS Fashion Show terus berdatangan. Dunia semakin sadar bahwa bentuk perut rata dan tipis ala Angels itu tidak masuk akal untuk jutaan perempuan di dunia ini, meskipun para perempuan berupaya mati-matian untuk mendapatkan bentuk tubuh itu.

Ideal bukan selalu rata dan tipis. Bentuk tubuh manusia banyak dipengaruhi oleh faktor biologis seperti gen dan kondisi kesehatan yang khusus juga latar belakang etnis. Seseorang dengan tubuh curvy itu bukannya nggak pernah olahraga atau nggak makan sehat, tapi memang ideal tubuhnya segitu.

Iklan

Obsesi untuk berperut rata dan tipis ala Angels mengakibatkan munculnya tren diet ekstrem hingga penyakit eating disorders bagi jutaan perempuan. Belakangan, muncul testimoni dari para model Amerika yang mengungkap kenyataan menyedihkan dibalik industri kecantikan.

Punya tubuh ideal tuh modalnya bukan sekadar “train”, tapi pagelaran busana itu sesungguhnya adalah panggung dari orang-orang anoreksia bahkan dehidrasi, yang bahkan tak boleh kemasukan makanan atau cairan berhari-hari sebelum show ketika target tubuh idealnya belum tercapai.

Sesungguhnya, apa itu beauty standard atau standar kecantikan? Apa pula itu standar body image atau tubuh ideal? Apakah standar body goals itu benar-benar ada atau akal-akalan pabrik beha aja?

Kenyataannya, tahun 2019, Ed Razek, sosok dibalik VS Fashion Show ternyata dilaporkan puluhan model untuk kasus pelecehan seksual. Orang inilah yang menetapkan standar tubuh kurus dan tipis para Angels.

Dia juga yang menolak model-model perempuan yang menurutnya nggak sekurus dan setipis yang sesuai standar dia. Dan dia juga yang melecehkan para Angels baik secara verbal, psikis, maupun fisik karena power yang dia punya dalam industri fesyen kenamaan ini. Dia menolak model plus-size dan transgender karena menurutnya publik tidak akan tertarik karena akan merusak fantasi.

Ketika kamu berpendapat bahwa punya preferensi pribadi atas standar kecantikan itu nggak salah, terlebih dahulu harus dicek: dari mana asalnya preferensi itu?

Preferensi selalu muncul berdasarkan isi kepala seseorang. Preferensi Ed Razek adalah preferensi dari kepala yang memuja eurosentris, rasis, ableis, dan misoginis. Bagi Razek, cantik itu hanya putih, kurus dan tipis. Singkatnya: diskriminatif.

Sikap diskriminatif pada umumnya berasal dari kurangnya pengetahuan akan keberagaman alias karena kamu living in bubble, makanya kamu nggak pernah tahu dunia lain di luar duniamu. Semua orang, termasuk saya dan kamu pasti berlatih buat nggak diskriminatif karena pada dasarnya we’re all living in a bubble. Jawa tinggal sama orang Jawa. Sumatra tinggal sama orang Sumatra. Papua tinggal sama orang Papua.

Kondisi itu yang bikin para penjajah kulit putih ratusan tahun lalu heran ketika menemukan ada manusia yang bentuknya berbeda dari mereka di belahan dunia yang lain, lalu mereka panggil anak pribumi Jawa sebagai “Minke” atau monyet.

Ini tahun 2021, yet, Mbak Micelle heran sama perempuan kulit hitam yang cantik jelita dan menyebutnya sebagai burik.

Mbak Micelle Halim sang Menteri kecantikan juga khawatir kampanye self love dan self acceptance akan membuat orang malas merawat diri.

Tapi, kembali pada pertanyaan: merawat diri menjadi seperti siapa dan mengapa harus menjadi seperti itu?

Kampanye self love dan self acceptance sudah sangat tepat dan benar. Seseorang terlebih dahulu mesti mencintai dan menerima dirinya sendiri, sehingga keputusan-keputusan terbaik yang ia ambil untuk dirinya adalah berdasarkan kesadaran.

Jika Mbak Micelle melakukan aneka rupa operasi untuk merawat diri, pastikan hal tersebut benar-benar berasal dari kesadaran penerimaan diri, bukan karena mengajar standar kecantikan industri masyarakat kulit putih. Kenyataannya, preferensi Mbak Micelle adalah para VS Angels bentukan Ed Razek, dan selain itu, ia risih dan menyebut mereka sebagai burik.

Simply saying, preferensi Mbak Micelle Halim berasal dari isi kepala yang diskriminatif dan menindas. Mbak Micelle berhak mempertahankan preferensi pribadinya, tapi di hadapan dunia yang sedang berjalan ke arah yang lebih setara, inklusif dan memberi kesempatan yang sama buat semua orang, preferensi kuno yang diyakini oleh Mbak Micelle harus berkompetisi dengan nilai-nilai masyarakat yang lebih baru.

Kini, perempuan waras berlomba-lomba belajar merombak kesadaran setelah diakalin ratusan tahun sama budaya “apa yg laki-laki mau”, termasuk soal kecantikan.

Pengetahuan perempuan sedang saling support untuk merebut panggung dan merebut tafsir, dari standar kecantikan menurut mata laki-laki kepada standar kecantikan menurut apa yang perempuan mau dan apa yg baik buat perempuan sesuai pengalaman perempuan.

SJW perempuan yang jadi leader di VS Collective jelas lebih punya masa depan daripada laki-laki sexual harasser dengan fantasi misoginisnya yang nggak masuk akal.

Aduh, rasanya pengen banget ngasih kartu.. “Please, educate yourself!” ke Mbak Menteri Kecantikan itu deh.


Kamu bisa baca kolom Kelas-Kalis lainnya di sini. Rutin diisi oleh Kalis Mardiasih, tayang saban hari Minggu.

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2021 oleh

Tags: jawamenteri kencantikanMicelle HalimPapuaSJWVictoria’s Secret
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

Artikel Terkait

Cerita Kebiasaan Orang Jawa yang Bikin Kaget Calon Pendeta MOJOK.CO
Esai

Cerita Calon Pendeta yang Kaget Diminta Mendoakan Motor Baru: Antara Heran dan Berusaha Memahami Kebiasaan Orang Jawa

21 November 2025
Bahasa Jawa harus dipelajari Gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Cara Menjadi Jawa Seutuhnya dengan Mengilhami Bahasa, Tanpa Mencampurnya Jadi “Jawindo” dan Bahasa Slang ala Gen Z

24 Oktober 2025
Aksara jawa. MOJOK.CO
Ragam

Aksara Jawa Bukan Sekadar Mantra Berbau Klenik, Bisa Menyelamatkan Hidup jika Dipahami Secara Sains

23 Oktober 2025
Rugi Buka SPBU di Papua? DPR Bisanya Cuma Omong Kosong MOJOK.CO
Esai

Rugi Buka SPBU di Papua? Kalau DPR Menantang, Korporasi Bisa Menantang Balik karena DPR Cuma Bisa Melempar Retorika

3 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.