Wisata Akidah Bersama al-Ghazali: Kenapa Akidah Penting? - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Wisata Akidah Bersama al-Ghazali: Kenapa Akidah Penting?

Ulil Abshar Abdalla oleh Ulil Abshar Abdalla
24 April 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Saya akan ajak para pembaca Mojok selama bulan puasa ini untuk melakukan “wisata akidah” melalui jalan pemikiran al-Ghazali.

Dalam tulisan serial ini, saya akan merumuskan pandangan saya tentang sebuah tema yang saya pandang penting: bagaimana menjadi muslim pada era yang sudah “hyper-modern” sekarang.

Istilah “zaman digital” di sini saya pakai sebagai semacam “penanda waktu” untuk sebuah era yang sudah mengalami perubahan yang drastis di segala bidang. Perubahan-perubahan ini jelas akan mempengaruhi cara kita beragama—bahkan cara kita hidup secara lebih luas.

Sebuah kebetulan bahwa serial ini saya kerjakan di tengah-tengah keharusan untuk swa-isolasi karena pandemi corona. Meskipun “kebetulan” di sini kurang tepat dalam cara pandang seorang beriman (karena dalam pandangan “imaniah”, tak ada hal yang bersifat “random,” acak, kebetulan; semuanya ada karena suatu “tujuan”!), tetapi istilah ini tetap saya pakai dalam pengertiannya yang lazim: yaitu koinsidensi—yakni, sesuatu terjadi bersamaan dengan sesuatu yang lain.

Pandemi corona saat ini “memaksakan” kepada semua orang, termasuk orang-orang beragama, untuk melakukan “re-kalibrasi”, mengatur ulang cara hidup mereka secara drastis.

Dalam kehidupan keagamaan, hal ini sangat terlihat: kita dipaksa oleh keadaan untuk mengubah cara-cara lama dalam beragama. Semula, kita beragama dengan cara menjalani “sosialitas”, berkumpul dengan orang-orang lain dalam sebuah jama’ah; dan sekarang tiba-tiba kita harus beribadah secara individual, di rumah masing-masing. Pandemi corona telah “mengganggu” ritme penting dalam beragama: dari jamaah ke infirad, dari sosialitas ke individualitas.

Baca Juga:

awal bulan puasa mojok.co

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
puasa 2023 mojok.co

Kapan Sih Puasa 2023? Ini Perkiraan dan Cara Penentuan Harinya

22 Desember 2022

Konteks modern di mana kita hidup sekarang juga “memaksakan” keadaan tertentu yang membuat kita harus meninjau-ulang sejumlah pemahaman keagamaan. Tanpa kemampuan meninjau-ulang, saya khawatir agama Islam akan kehilangan daya tarik bagi generasi sekarang. Apa yang saya lakukan dalam serial tulisan ini adalah usaha saya untuk memahami ulang “teologi Islam” dalam terang perubahan-perubahan yang sedang berlangsung.

Saya memang sengaja membatasi diri pada tema kecil tetapi penting ini: yaitu teologi. Apa yang saya maksud dengan teologi di sini adalah cara kita memahami dan berhubungan dengan Tuhan.

Saya berpandangan bahwa cara kita berhubungan dengan Tuhan, sangat mempengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan manusia lain, alam sekitar, dan bagaimana kita mengelola kehidupan secara umum. Dalam tradisi Islam, teologi biasa disebut “aqidah”.

Dalam bahasa Jawa, “aqidah” secara harafiah bermakna “bundelan”: sesuatu yang diikat dengan kiat, rapi, sehingga tak mudah cerai-berai. Dalam pandangan seorang beriman, kehidupan yang sehat harus didasarkan pada “bundelan” semacam ini, pada ikatan yang kuat, agar kita tidak “disorientasi”. Dalam filosofi Jawa, seseorang harus memiliki pandangan yang jelas tentang “sangkan-paran”, dari mana kita datang, dan ke mana kita hendak pergi – where we come from, and where to go.

Tanpa pandangan yang jelas perihal perkara yang amat penting ini, kita akan berjalan seperti “drifter”—orang bingung. Itulah kenapa aqidah, bundelan, amat penting.

Dalam serial ini, saya akan “membaca-kembali” aqidah Islam sebagaimana dirumuskan oleh Imam al-Ghazali (w. 1111), mujaddid/pembaharu yang mengubah “dunia Sunni” itu, dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din. Pada juz pertama kitab Ihya’, al-Ghazali menulis sebuah bab yang panjang dengan judul, “Kitab Qawa‘id al-‘Aqa’id”. Dalam bab ini, al-Ghazali mencoba merumuskan akidah Islam sesuai dengan doktrin Asy’ariyyah—doktrin yang, selain Maturidiyyah, paling banyak diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia saat ini.

Saya akan mengajak para pembaca Mojok selama bulan puasa ini untuk melakukan “wisata akidah” dengan mengikuti pembahasan al-Ghazali dalam bab tersebut. Tentu saja, saya tidak mengikuti secara “letterlijk,” harafiah, apa yang ditulis oleh al-Ghazali. Saya akan mencoba melakukan “kontekstualisasi” semampu saya atas ajaran-ajaran teologis yang ditulis oleh al-Ghazali.

Panduan utama saya dalam menuliskan gagasan-gagasan ini adalah hal berikut: seradikal apapun zaman berubah, pastilah ada yang tetap sama dan tidak berubah kapan pun. Tidak mungkin segala hal berubah secara total: pasti ada yang sama dari zaman dulu hingga sekarang. Apa yang “tetap” itu, dan apa yang “berubah,” akan tampak dalam tulisan-tulisan berikut. Hidup yang sehat tercapai jika kita bisa menentukan titik keseimbangan antara yang “tetap” dan “berubah”. Mencong sedikit, pasti akan terjadi kekacauan, kegalauan.

Selamat menjalankan ibadah puasa, dan selamat melakukan “wisata akidah” bersama Imam Ghazali!


Sepanjang Ramadan, MOJOK.CO akan menampilkan kolom khusus “Wisata Akidah Bersama al-Ghazali” yang diampu oleh Ulil Abshar Abdalla. Tayang setiap pukul 16.00 WIB.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2020 oleh

Tags: coronaGhazalipandemiRamadanUlil Abshar AbdallaWisata Akidah
Ulil Abshar Abdalla

Ulil Abshar Abdalla

Cendikiawan muslim.

Artikel Terkait

awal bulan puasa mojok.co
Kilas

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
puasa 2023 mojok.co
Kilas

Kapan Sih Puasa 2023? Ini Perkiraan dan Cara Penentuan Harinya

22 Desember 2022
Subvarian XBB Sudah Terdeteksi di Indonesia Mojok.co
Kesehatan

Subvarian Omicron XBB yang Bikin Singapura Kewalahan Sudah Ditemukan di Indonesia

25 Oktober 2022
bakteri superbug mojok.co
Kesehatan

Superbug, Penyakit Kebal Antibiotik yang Menyerang India

17 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
cinta kandas, kelas sosial, sarjana, pengangguran, FTV, putus cinta, diputusin karena miskin mojok.co

Putus Cinta karena Perbedaan Kelas Sosial? Tenang, Kalian nggak Sendirian

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Nggak Enaknya Jadi Anak Orang Kaya, Kesuksesannya Selalu Dianggap Sebagai Andil Orangtuanya

Wisata Akidah Bersama al-Ghazali: Kenapa Akidah Penting?

24 April 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

jumat curhat mojok.co

Polda dan Polres Gelar ‘Jumat Curhat’ untuk Wadah Uneg-uneg Warga

1 Februari 2023
remaja ktd sumedang

Siswi di Sumedang yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan Boleh Kembali Sekolah

1 Februari 2023
500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

1 Februari 2023
kemiskinan di diy mojok.co

Pakar UGM Mempertanyakan Garis Kemiskinan di DIY

1 Februari 2023
wali kota semarang

Wali Kota Perempuan Pertama Kota Semarang Langsung Dapat PR dari Megawati

1 Februari 2023
awal bulan puasa mojok.co

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
bacaleg pks

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In