MOJOK.CO – Mas Is punya kebiasaan qodho salat subuh karena telat bangun. Kang Bakar yang sering melihat kebiasaan itu segera melaporkan ke Gus Mut.
Kang Bakar tak habis pikir dengan Mas Is, tetangganya yang menurutnya punya kebiasaan menganggu. Kebiasaan yang mengkhawatirkan menurut Kang Bakar. Maka, ketika tahu Mas Is sedang main catur di teras rumah Gus Mut, Kang Bakar datang melabrak.
“Gus, Mas Is ini mbok dibilangin,” kata Kang Bakar begitu datang langsung main tunjuk-tunjuk sambil duduk di sebelah Gus Mut.
Mas Is kaget dengan kedatangan Kang Bakar, “Ngapain to Kang Bakar ini, datang-datang langsung main tunjuk-tunjuk aja,” kata Mas Is sedikit tak terima.
“Dibilangin apa maksudnya ini, Kang Bakar?” tanya Gus Mut tak mengerti.
“Ini lho, Gus. Mas Is ini orang Islam kok salat subuh sering telat. Kadang malah jadi ‘dubuh’, duha sekaligus subuh. Kadang malah jadi qobliyah duhur tapi ada qunutnya,” kata Kang Bakar.
Gus Mut sempat terkekeh mendengar istilah-istilah Kang Bakar untuk menggambarkan salat subuh yang telat, meski begitu di sisi lain Mas Is langsung mbesengut. Lagi asyik main catur, tapi dosa-dosanya diumbar begitu saja.
“Kok Kang Bakar begitu? Langsung umbar aib orang seenaknya?” tanya Mas Is nggak terima.
“Lah kamu ini aku bilangin nggak pernah mau, ya aku bilangin langsung aja ke Gus Mut. Siapa tahu kalau yang bilangin Gus Mut kamu mau berubah,” kata Kang Bakar.
Gus Mut cuma terkekeh mendengar perdebatan antara dua tetangganya ini.
“Yang penting kan masih inget salat subuh, Kang. Perkara telat-telat dikit kan nggak apa-apa,” kata Mas Is.
“Telat-telat dikit, Ndiasmu,” kata Kang Bakar.
Gus Mut masih memerhatikan omelan kedua tetangganya ini.
“Itu lho, Gus. Mas Is ini kalau nggak dibilangin bahaya ini lama-lama bisa jadi kebiasaan. Pertama salat subuh, lalu nanti salat duhurnya telat. Kalau nggak ada yang ngingetin bahaya, Gus. Kok ya nggak malu salat subuh kok qodho’ terus-terusan,” kata Kang Bakar.
Suasana jadi makin tidak enak. Mas Is merasa sebal dengan Kang Bakar yang main labrak begitu saja. Tapi Mas Is juga tak berani membantah, sebab memang dirinya suka telat subuhan.
“Tapi salat subuh telat itu ada riwayatnya lho, Kang,” kata Gus Mut tiba-tiba.
“Mampus, nah lho. Itu Gus Mut bilang ada riwayatnya, kamu mau ngomong apa, Kang?” kata Mas Is merasa di atas angin.
Kang Bakar terkejut, melihat ke arah Gus Mut.
“Gus, sampeyan jangan main-main sama hukum. Masak iya, salat subuh telat ada dalilnya? Jangan mentang-mentang Mas Is akrab sama sampeyan, Gus Mut jadi belain dia lho,” kata Kang Bakar.
“Lho, aku serius ini. Kalau salat qodho’ nggak pernah ada riwayatnya, bagaimana mungkin ahli fikih bisa merumuskan tata cara salat qodho’? Bahkan secara spesifik, salat qodho’ ini memang untuk salat subuh. Nabi Muhammad sama Bilal malah yang melakukan salat qadha’,” kata Gus Mut.
“Ah, yang bener, Gus?” Kang Bakar masih tak percaya.
“Itu riwayat masyhur lho, Kang. Jadi waktu itu Nabi Muhammad lagi dalam perjalanan sama Bilal, lalu istirahat di gua. Karena lelah, Nabi mengantuk. Saat itu situasinya udah lewat dini hari. Bilal pun dengan percaya diri bilang ke Nabi bahwa dirinya menjamin bakal membangunkan kalau waktu salat subuh tiba,” kisah Gus Mut.
Mas Is dan Kang Bakar memerhatikan cerita Gus Mut.
“Lah kok ternyata Bilal ikut ketiduran. Sampai matahari udah terbit Nabi kemudian malah membangunkan Bilal, ‘Bilal, bagaimana dengan janjimu?’ kata Nabi. Bilal pun bangun dan hanya berucap, ‘apa yang Anda alami ya Rasulullah, ternyata dialami oleh saya juga,’,” kata Gus Mut.
Mas Is yang masih terheran-heran mendengar cerita Gus Mut malah bertanya, “Masak Nabi pernah kesiangan bangun to, Gus? Kok saya nggak percaya ya?”
“Kalau kalian nggak percaya, silakan periksa Kitab Mahalli, Kitab Fath Al-Wahhab, di Bab Kitabul Adzan. Di situ redaksinya adalah pertanyaan soal apakah disunnahkan azan untuk salat qodho’? Dan semua ulama mazhab Syafi’i sepakat itu sunah. Dalilnya ya karena waktu kejadian itu, Nabi meminta Bilal azan. Dari sana hikmahnya kita mengenal hukum fikih soal salat qadha’,” kata Gus Mut.
Mendengar cerita itu, Mas Is mulai merasa di atas angin dibandingkan Kang Bakar. Matanya melirik penuh arti ke Kang Bakar. Melihat Mas Is merasa mulai kemaki, Kang Bakar makin panas hatinya, meski begitu Kang Bakar cuma diam saja, kedudukannya malah jadi terbalik soalnya.
“Makanya itu, Kang Bakar. Jangan suka sembarangan nuduh-nuduh orang, saya ini ngikutin sunah Nabi ini namanya,” kata Mas Is sambil cekikikan.
Belum selesai Mas Is cekikikan, Gus Mut langsung mengingatkan.
“Ya tapi harus diingat, Mas Is. Jumlah qadha’-nya Nabi itu cuma sekali seumur-umur dan fungsinya sebagai peletak dasar buat jadi hukum umatnya yang kayak sampeyan itu. Kalau bener-bener pengen ikut cara Nabi, ya sekali aja kesiangan terus jadi salat subuh telat. Habis itu jangan diulangi,” kata Gus Mut.
“Nah lho,” kali ini gentian Kang Bakar yang di atas angin.
“Tapi, Mas Is. Ya nggak terus apapun yang pernah dilakukan Nabi itu jadi kesunatan yang harus diulang-ulangi. Dalam konteks tertentu malah jadi bahaya kalau riwayat ini jadi pembenaran kalau sampeyan males bangun buat subuhan, Mas Is. Sekali nggak apa-apa, mungkin khilaf, tapi kalau udah jadi kebiasaan mah itu udah bukan khilaf lagi,” kata Gus Mut.
Kali ini Mas Is tetep cekikikan, cuma motifnya sudah berbeda dengan cekikikan yang pertama.
*) Diolah dari penjelasan Gus Baha’.
BACA JUGA Kenapa Babi Haram? atau Kisah Gus Mut lainnya.