Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

Karena iman ada di kesunyian masing-masing.

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
24 Desember 2021
A A
Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kiai Kholil terlihat sedih ketika burung beo kesayangannya mati. Padahal burung itu sudah mahir mengucap kalimat tauhid.

Kabar burung beo milik Kiai Kholil yang mati diterkam kucing belakangan jadi omongan tetangga yang cukup seksi. Beberapa orang seperti Fanshuri dan Mas Is bahkan mengaku cukup heran, soalnya Kiai Kholil terkesan sedih sekali dengan matinya burung beo tersebut.

“Memang spesialnya burung beo abah sampean apa sih, Gus?” tanya Fanshuri ke Gus Mut usai salat asar berjamaah.

Gus Mut agak heran Fanshuri tanya begitu

“Nggak ada yang spesial, Fan. Biasa aja,” kata Gus Mut.

“Terus, kok Kiai Kholil kayak sedih banget gitu beberapa hari ini?” tanya Mas Is.

Gus Mut tersenyum sejenak.

“Jadi burung beo itu dilatih oleh Abah untuk mengucap kalimat tauhid…” belum Gus Mut selesaikan kalimatnya, Mas Is sudah memotong.

“Hooo, jadi karena itu Kiai Kholil sedih, karena itu burung beo sudah mahir mengucapkan kalimat tauhid?”

Fanshuri ikut melongo mendengar kesimpulan Mas Is, meski Gus Mut terkekeh.

“Bukan di situ poinnya, Mas Is,” kata Gus Mut.

“Hah? Lah terus? Hehe, ya maaf, Gus. Soalnya jarang aja denger burung beo dilatih kalimat tauhid. Unik aja gitu,” kata Mas Is.

“Jadi waktu burung beo itu diterkam kucing, bukan kalimat tauhid yang keluar tapi cuma teriakan panik dari si burung beo. Kicau burung terakhir itu lah yang kemudian bikin Abah agak sedih,” kata Gus Mut.

“Ma-maksudnya, Gus? Lah, bukannya seharusnya memang begitu? Namanya juga burung beo, nggak punya akal, ya wajar dong kalau lagi mau dimakan kucing berkicau sembarangan. Memangnya Kiai Kholil berharap apa?” tanya Fanshuri yang disambut tawa Gus Mut dan Mas Is.

Iklan

“Bukan mau berharap apa juga, Abah juga tahu matinya sesuatu yang bernyawa itu sudah ada suratannya, hanya saja Abah itu jadi ingat kalau matinya seorang hamba itu nggak ada yang tahu. Bisa aja kita ibadah setiap saat, ingat Tuhan setiap waktu, tapi ketika mati kita justru sedang melakukan maksiat,” kata Gus Mut.

“Hah? Gimana itu maksudnya?” tanya Mas Is.

“Ya Mas Is dan Fanshuri tahu lah. Burung beo yang diterkam kucing itu seolah jadi petunjuk buat Abah. Bahwa meski sudah mahir mengucap kalimat tauhid setiap saat, tapi nyatanya ketika akan menemui ajal, kalimat yang sudah ‘terlatih’ itu pun tak keluar juga. Itu bikin Abah jadi mawas diri aja,” kata Gus Mut.

“Oalah, begitu. Kirain karena burung beo-nya sudah mualaf,” kata Mas Is yang disambut tawa Fanshuri dan Gus Mut.

“Ya bukan karena itu dong, Mas Is. Kejadian itu kan jadi memicu kesadaran saja buat Abah. Bahwa ada berapa banyak sih dari kita yang Islam-nya cuma di mulut saja, tapi hatinya nggak. Fasih ngomong dalil di sana-sini, tapi hati kosong, penuh kemurkaan dan kebencian. Soalnya, Islam atau murtadnya seseorang itu kan ada di kesunyiannya masing-masing,” kata Gus Mut.

“Di kesunyian masing-masing?” tanya Mas Is.

“Ya, kalimat syahadat atau kalimat tauhid yang terucap di mulut itu kan sebenarnya hanya proklamir secara sosial saja. Agar orang lain tahu kalau kita seorang muslim, tapi jauh di dalam hati seorang hamba itu tak ada yang tahu. Makanya, seharusnya nggak ada itu istilah ‘mengislamkan’ seseorang atau ‘memurtadkan’ seseorang, karena seorang masuk atau keluar Islam itu datang murni dari orangnya sendiri, bukan status sematan dari lain,” kata Gus Mut.

“Iya sih, Gus, makanya tadi saya ketawa sama kesimpulannya Mas Is tadi. Nggak terus karena burung beo tadi bisa kalimat tauhid lantas jadi bisa dinamai mualaf juga dong. Kan karena dari burung beo yang terlatih, ya itu kalimat jadi kayak kalimat kosong aja jadinya,” kata Fanshuri.

Mas Is tertawa.

“Ya itu kan tadi aku cuma anu, Faaan,” kata Mas Is menepuk pundak Fanshuri.

Gus Mut ikut terkekeh, “Anu apaaa?”

BACA JUGA Penghafal Al-Quran Menutup Telinga saat Mendengar Musik Lebih Baik daripada Jadi Antivaksin atau kisah-kisah Gus Mut lainnya.

Penulis: Ahmad Khadafi

Editor: Ahmad Khadafi

Terakhir diperbarui pada 23 Desember 2021 oleh

Tags: burung beoimankalimat tauhidKhotbahmualaf
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol
Esai

Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

27 Desember 2021
Khotbah

Tak Rela Terima Sedekah karena Tak Mau Lihat Orang Lain Lebih Mulia

17 Desember 2021
Cara Bikin Uang Haram Jadi Uang Halal MOJOK.CO
Khotbah

Cara Bikin Uang Haram Jadi Uang Halal

3 Desember 2021
Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya
Khotbah

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

12 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.