MOJOK.CO – Kiai Kholil terlihat sedih ketika burung beo kesayangannya mati. Padahal burung itu sudah mahir mengucap kalimat tauhid.
Kabar burung beo milik Kiai Kholil yang mati diterkam kucing belakangan jadi omongan tetangga yang cukup seksi. Beberapa orang seperti Fanshuri dan Mas Is bahkan mengaku cukup heran, soalnya Kiai Kholil terkesan sedih sekali dengan matinya burung beo tersebut.
“Memang spesialnya burung beo abah sampean apa sih, Gus?” tanya Fanshuri ke Gus Mut usai salat asar berjamaah.
Gus Mut agak heran Fanshuri tanya begitu
“Nggak ada yang spesial, Fan. Biasa aja,” kata Gus Mut.
“Terus, kok Kiai Kholil kayak sedih banget gitu beberapa hari ini?” tanya Mas Is.
Gus Mut tersenyum sejenak.
“Jadi burung beo itu dilatih oleh Abah untuk mengucap kalimat tauhid…” belum Gus Mut selesaikan kalimatnya, Mas Is sudah memotong.
“Hooo, jadi karena itu Kiai Kholil sedih, karena itu burung beo sudah mahir mengucapkan kalimat tauhid?”
Fanshuri ikut melongo mendengar kesimpulan Mas Is, meski Gus Mut terkekeh.
“Bukan di situ poinnya, Mas Is,” kata Gus Mut.
“Hah? Lah terus? Hehe, ya maaf, Gus. Soalnya jarang aja denger burung beo dilatih kalimat tauhid. Unik aja gitu,” kata Mas Is.
“Jadi waktu burung beo itu diterkam kucing, bukan kalimat tauhid yang keluar tapi cuma teriakan panik dari si burung beo. Kicau burung terakhir itu lah yang kemudian bikin Abah agak sedih,” kata Gus Mut.
“Ma-maksudnya, Gus? Lah, bukannya seharusnya memang begitu? Namanya juga burung beo, nggak punya akal, ya wajar dong kalau lagi mau dimakan kucing berkicau sembarangan. Memangnya Kiai Kholil berharap apa?” tanya Fanshuri yang disambut tawa Gus Mut dan Mas Is.
“Bukan mau berharap apa juga, Abah juga tahu matinya sesuatu yang bernyawa itu sudah ada suratannya, hanya saja Abah itu jadi ingat kalau matinya seorang hamba itu nggak ada yang tahu. Bisa aja kita ibadah setiap saat, ingat Tuhan setiap waktu, tapi ketika mati kita justru sedang melakukan maksiat,” kata Gus Mut.
“Hah? Gimana itu maksudnya?” tanya Mas Is.
“Ya Mas Is dan Fanshuri tahu lah. Burung beo yang diterkam kucing itu seolah jadi petunjuk buat Abah. Bahwa meski sudah mahir mengucap kalimat tauhid setiap saat, tapi nyatanya ketika akan menemui ajal, kalimat yang sudah ‘terlatih’ itu pun tak keluar juga. Itu bikin Abah jadi mawas diri aja,” kata Gus Mut.
“Oalah, begitu. Kirain karena burung beo-nya sudah mualaf,” kata Mas Is yang disambut tawa Fanshuri dan Gus Mut.
“Ya bukan karena itu dong, Mas Is. Kejadian itu kan jadi memicu kesadaran saja buat Abah. Bahwa ada berapa banyak sih dari kita yang Islam-nya cuma di mulut saja, tapi hatinya nggak. Fasih ngomong dalil di sana-sini, tapi hati kosong, penuh kemurkaan dan kebencian. Soalnya, Islam atau murtadnya seseorang itu kan ada di kesunyiannya masing-masing,” kata Gus Mut.
“Di kesunyian masing-masing?” tanya Mas Is.
“Ya, kalimat syahadat atau kalimat tauhid yang terucap di mulut itu kan sebenarnya hanya proklamir secara sosial saja. Agar orang lain tahu kalau kita seorang muslim, tapi jauh di dalam hati seorang hamba itu tak ada yang tahu. Makanya, seharusnya nggak ada itu istilah ‘mengislamkan’ seseorang atau ‘memurtadkan’ seseorang, karena seorang masuk atau keluar Islam itu datang murni dari orangnya sendiri, bukan status sematan dari lain,” kata Gus Mut.
“Iya sih, Gus, makanya tadi saya ketawa sama kesimpulannya Mas Is tadi. Nggak terus karena burung beo tadi bisa kalimat tauhid lantas jadi bisa dinamai mualaf juga dong. Kan karena dari burung beo yang terlatih, ya itu kalimat jadi kayak kalimat kosong aja jadinya,” kata Fanshuri.
Mas Is tertawa.
“Ya itu kan tadi aku cuma anu, Faaan,” kata Mas Is menepuk pundak Fanshuri.
Gus Mut ikut terkekeh, “Anu apaaa?”
BACA JUGA Penghafal Al-Quran Menutup Telinga saat Mendengar Musik Lebih Baik daripada Jadi Antivaksin atau kisah-kisah Gus Mut lainnya.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Ahmad Khadafi