Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Cerita Abu Nawas Nipu Malaikat Mungkar-Nakir Pakai Kain Kafan Bekas Biar Dikira Jenazah Lama Itu Beneran Ya?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
18 Desember 2020
A A
Cerita Abu Nawas Nipu Malaikat Mungkar-Nakir Pakai Kain Kafan Bekas Biar Dikira Jenazah Lama Itu Beneran Ya?

Cerita Abu Nawas Nipu Malaikat Mungkar-Nakir Pakai Kain Kafan Bekas Biar Dikira Jenazah Lama Itu Beneran Ya?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Fanshuri penasaran dengan cerita Abu Nawas yang bisa menipu dua malaikat di alam kubur. Beneran gitu nggak sih kisahnya?

“Kadang-kadang saya itu tidak habis pikir, Gus, dengan beberapa cerita soal Abu Nawas,” kata Fanshuri sambil menjalankan bidak caturnya.

Gus Mut terdiam menantap Fanshuri.

“Kok tumben kamu bawa-bawa topik soal Abu Nawas, Fan?” tanya Gus Mut, kali ini gantian menjalankan bidak caturnya.

“Lah emang salah ya, Gus?” tanya Fanshuri.

“Bukan, bukannya salah. Biasanya kamu itu suka mengawali dengan topik-topik yang berat. Kok ini jadi ngomongin orang jadzab kayak Abu Nawas?” kata Gus Mut.

“Loh, Abu Nawas itu kayak filsuf lho, Gus. Ide dan cerita-ceritanya ajaib banget. Saking ajaibnya, bahkan sampai nggak masuk nalar,” kata Fanshuri.

“Iya, aku juga nggak menampik soal legendarisnya Abu Nawas, tapi itu lho kok kamu bilang ‘nggak habis pikir’ dengan dia itu kenapa?” tanya Gus Mut.

“Ya kan ada satu cerita yang masih terngiang-ngiang di kepala saya,” kata Fanshuri.

“Cerita yang mana memangnya?” tanya Gus Mut memastikan.

“Itu lho, Gus. Di antara banyak kisah, ada satu cerita yang menyebut kalau Abu Nawas itu meninggal dunia minta dipakaikan kain kafan bekas. Menurut cerita itu, ketika Malaikat Mungkar dan Nakir mau nanya ‘man robbuka’, Abu Nawas balesin, ‘Lah saya kan jenazah lama, kenapa ditanyain lagi?’… .“

Belum selesai Fanshuri cerita, Gus Mut tertawa duluan. Gus Mut tahu kisah itu, tapi entah kenapa kalau mendengar lagi dari mulut orang lain rasa geli itu muncul lagi.

“Kan? Gus Mut aja ketawa dengernya. Itu kadang saya bingung, kok bisa ada cerita di alam kubur. Kan nggak mungkin banget,” kata Fanshuri.

“Sebenarnya kisah-kisah Abu Nawas itu beberapa ada yang fiktif sih memang, Fan. Barangkali karena saking dikultuskannya, bahkan sampai nggak jelas, mana yang beneran mana yang nggak. Tapi soal cerita pakai kain kafan bekas itu, sebenarnya urutan kisahnya nggak gitu,” kata Gus Mut.

Iklan

“Memang sebenarnya ceritanya gimana yang itu, Gus?” tanya Fanshuri.

“Itu sebenarnya wasiat* dari Abu Nawas aja. Jadi dia berpesan, kalau meninggal nanti, dia minta dikafani pakai kafan bekas. Jadi cerita soal didatengi malaikat lalu Abu Nawas bales begitu adalah tafsir dari orang-orang setelahnya. Bukan betul-betul kejadian. Lagian, gimana coba kita verifikasi kebenarannya?” kata Gus Mut.

Fanshuri tertegun sebentar.

“Howalah, itu sebenarnya wasiat saja to? Kirain betul ceritanya begitu,” kata Fanshuri. “Ta, tapi kalau sampai muncul tafsir yang seolah-olah Abu Nawas bisa nipu malaikat itu, berarti kan itu tandanya reputasi Abu Nawas di masyarakat pada waktu itu luar biasa banget dong, Gus? Bahkan kisahnya sesudah mati aja sampai dimitoskan begitu dahsyatnya. Ha gimana, dimitoskan bisa nipu malaikat itu apa nggak wangun kelas makrifat?” tanya Fanshuri lagi.

“Itu sebenarnya bisa dipahami sebagai wujud besarnya reputasi Abu Nawas aja. Juga menunjukkan betapa dekatnya dia dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid, khalifah pada masa itu,” kata Gus Mut.

“Ma, maksudnya, Gus?” tanya Fanshuri.

“Ya di era itu kan, seorang khalifah, seorang raja itu tafsirnya luar biasa hebat. Di kebudayaan-kebudayaan lain, seorang raja itu bahkan dikultuskan setara dewa. Ada yang dianggap titisan dewa, ada yang dianggap dewanya langsung pula. Bahkan ada banyak kisah raja-raja itu dimanipulasi kematiannya. Secara fisik sudah mati, tapi secara mentalitas ke rakyatnya raja dibikin seolah-olah masih hidup. Hal-hal kayak gitu menunjukkan seberapa besar pengaruh seorang raja di mata masyarakatnya,” kata Gus Mut.

Fanshuri masih menyimak.

“Oleh karena itu, ketika muncul sosok seperti Abu Nawas. Yang rakyat jelata, tapi bisa begitu dekat dengan raja, atau dekat dengan khalifah, tentu saja itu mendobrak banyak pakem pada masa itu. Wajar kemudian kalau orang-orang jadi justru mengkultuskan sosok Abu Nawas. Lah gimana? Dia ini representasi orang biasa yang kepopulerannya bisa setara dengan khalifah lho. Saking populernya, bahkan kejayaan era Khalifah Harun Ar-Rasyid itu ditandai bukan dengan prestasi-prestasi kekhalifahan semata, tapi justru karena keberadaan Abu Nawas juga,” kata Gus Mut.

“Lah terus, hubungannya dengan munculnya cerita soal nipu-nipu malaikat tadi?” tanya Fanshuri.

“Ya kan, orang dulu itu sama raja sebegitu tunduknya. Jadi ketika mereka tahu kisah Abu Nawas bisa berkali-kali mengelabui Khalifah Harun Ar-Rasyid, mereka pikir kalau dengan sosok sehebat khalifah itu aja bisa ngerjain, tentu ngerjain malaikat pun Abu Nawas bisa. Dipikir bisa begitu. Nah, dari sanalah kemudian muncul cerita soal Abu Nawas sukses nipu malaikat yang kamu ceritakan tadi. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, ya mana mungkiiin terjadi, Faan, Fan,” kata Gus Mut.

Fanshuri melongo, lalu tertawa begitu kencang karena merasa lega.


*) Sedikit dinukil dari penjelasan Gus Baha’.

BACA JUGA Kisah Nu’aiman dan Betapa “Woles”-nya Kanjeng Nabi dan kisah-kisah Gus Mut lainnya.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2020 oleh

Tags: ceritaGus MutkhalifahKhotbah
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Kantin FBSB UNY, Saksi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa: Dulu Mirip Suzuran, Kini Isinya Mahasiswa Sopan
Kampus

Kantin FBSB UNY, Saksi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa: Dulu Mirip Suzuran, Kini Isinya Mahasiswa Sopan

5 Juni 2024
Kepada Siapa Aku Harus Bercerita Saat Sudah Jadi Orang Dewasa? UNEG-UNEG. MOJOK.CO
Kilas

Kepada Siapa Aku Harus Bercerita Saat Sudah Jadi Orang Dewasa?

28 Mei 2023
Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi
Khotbah

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

24 Desember 2021
Khotbah

Tak Rela Terima Sedekah karena Tak Mau Lihat Orang Lain Lebih Mulia

17 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.