MOJOK.CO – Tidak seperti zakat yang wajib sehingga memiliki syarat sah dan syarat wajib, sedekah tidak seperti itu. Ia adalah amal yang fleksibel.
Kebiasaan Pak Alfi yang sedekah jadi bahan pergunjingan warga. Ini bukan karena warga merasa Pak Alfi terlihat riya dengan sedekahnya, tapi lebih karena Pak Alfi konsisten memberi sedekah ke pelacur yang biasa mangkal di area prostitusi dan preman tukang palak.
Salah satu yang gundah dengan kebiasaan Pak Alfi ini adalah Mas Is. Sudah berminggu-minggu Mas Alfi memergoki Pak Alfi memberi sedekah ke orang-orang yang tidak seharusnya disedekahi ini. Merasa sudah tidak tahan lagi, Mas Is pun melaporkan masalah ini ke Gus Mut.
“Apa Gus Mut tidak mau menegur Pak Alfi, Gus? Udah parah banget lho dia itungannya itu,” kata Mas Is usai menceritakan gosip warga tersebut.
Gus Mut terkekeh sejenak.
“Gus, ini masalah serius. Ini bisa jadi preseden buruk buat kampung kita,” kata Mas Is.
“Memangnya kenapa sih, Is?” Gus Mut.
Mas Is terkejut luar biasa mendengar itu.
“Kok Gus Mut gitu? Kan ini bahaya, seorang pelacur kok dikasih sedekah, preman tukang palak juga. Ini kan ngawur,” kata Mas Is.
“Is, gini. Aku nanya ke kamu. Pelacur itu menjual dirinya karena apa?” tanya Gus Mut.
Mas Is agak gelagepan ditanya mendadak begitu oleh Gus Mut.
“Eee, ya karena butuh uang dong, Gus,” kata Mas Is.
Gus Mut melanjutkan.
“Lah kalau tukang palak itu, kenapa dia suka malak? Uang juga kan?” tanya Gus Mut.
Mas Is cuma mengangguk pelan.
“Kalau begitu, apa yang dilakukan Pak Alfi itu bisa jadi diniatkan begitu. Pak Alfi ingin membebaskan mereka dari kemaksiatannya, tapi karena Pak Alfi merasa kalau diceramahi di depan muka nggak bakal mempan ya Pak Alfi konsisten menyedekahi,” kata Gus Mut.
Mas Is bingung, sedikit kosong tatapannya, ada ketidaksetujuan.
“Ta, tapi, Gus. Sedekah kayak gitu kan nggak sah,” kata Mas Is.
“Kok nggak sah?” tanya Gus Mut.
“Ya kan penerima sedekah itu seharusnya orang-orang yang miskin tapi saleh, fakir tapi bukan pelaku maksiat begitu. Lah kalau mereka disantuni terus-terusan begitu, kan nggak ada jaminan mereka bakal kembali tobat,” kata Mas Is.
“Lebih nggak ada jaminan bisa tobat lagi kalau mereka nggak didekati oleh orang saleh yang bisa mereka terima dengan tangan terbuka, Is,” kata Gus Mut.
Mas Is cuma garuk-garuk kepala mendengarnya.
“Tapi kan secara fikih seharusnya tidak sah. Kan penerima sedekah begitu harus dari 8 golongan. Mereka ini bahkan tidak masuk salah satunya,” kata Mas Is.
Gus Mut tersenyum.
“Itu benar kalau harta yang kamu berikan dalam bentuk zakat, Is, tapi kalau sedekah ya nggak ada syarat-syarat itu,” kata Gus Mut.
Mas Is sedikit tersentak, seperti baru menyadari kekeliruannya menyamakan zakat dengan sedekah.
“Zakat itu kan wajib, Is, makanya ada syarat wajibnya ada syarat sahnya. Misalnya yang menerima ada kategorinya, yang berzakat pun ada syaratnya. Kalau tidak memenuhi unsur keduanya ya ibadah itu tidak sah. Beda dengan sedekah, yang merupakan amalan tanpa syarat, amalan fleksibel,” kata Gus Mut.
“Ma, maksudnya tanpa syarat, Gus?’ tanya Mas Is.
“Kalau ibadah yang disyariatkan itu kan butuh niat. Salat misalnya, kalau nggak ada niat ya nggak sah. Wudunya batal, ya tidak sah salatnya. Puasa juga, kalau nggak berniat ya puasanya tidak sah. Sedangkan sedekah beda, kamu tak berniat sekalipun, ya itu diiitung ladang amal juga. Inilah amal yang tidak mensyaratkan seseorang itu muslim, baik yang memberi maupun yang menerima,” jelas Gus Mut.
“Ma, maksudnya? Bahkan ketika yang sedekah bukan orang Islam sekalipun amalnya diterima?” tanya Mas Is.
“Insya Allah, karena ada riwayat sahih yang jadi pedoman beberapa ulama soal pendapat itu,” kata Gus Mut.
“Hah? Riwayat yang mana, Gus?”
“Riwayat dari Bukhari Muslim, riwayat soal perempuan pezina yang memberi minum seekor anjing yang kehausan. Oleh perempuan pezina itu, si anjing diberi minum yang diambilkan dari sepatunya. Si perempuan ini tidak beriman, hal ini digambarkan dengan kebiasaan berzinanya di masa lalu. Tak disangka-sangka pendosa itu malah diampuni dosa-dosanya ketika memberi sedekah—bahkan sedekahnya bukan ke sesama manusia, tapi ke seekor anjing,” jelas Gus Mut.
Mas Is menerawang jauh. Pikirannya melayang jauh. Lantas, pelan-pelan muncul perasaaan menyesal telah berburuk sangka terhadap sedekahnya Pak Alfi tadi.
“Jangan pernah meremehkan atau mencibir sedekah seseorang, Is. Sekalipun itu sedekah dari seorang muslim yang diberikan ke pezina, maupun ketika sedekah itu diamalkan oleh pezina. Sebab bukan tidak mungkin, sedekahnya seseorang yang kamu anggap hina itu justru jadi jalan pertaubatan baginya.”
*) Diolah dari penjelasan Gus Baha’.
BACA JUGA Merasa Sangat Kaya Raya sampai Kangen Jadi Miskin Lagi dan kisah-kisah Gus Mut lainnya.