Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kewajiban Orang Berilmu

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
1 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seseorang yang berilmu, atau sebut saja orang yang tahu, ia punya kewajiban menyelamatkan orang lain dengan pengetahuannya. Sedangkan orang bodoh lebih memilih berhenti pada dugaannya dan berharap semua berjalan normal tanpa ada kesakitan yang mengganggunya.

Suatu hari diceritakan seorang pengelana telah melakukan perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan. Ia berjalan tak berhenti hingga malam tiba menjelang. Saat melihat sebuah dataran agak terbuka yang ditumbuhi rumput dan pepohonan, laki-laki ini memutuskan untuk berhenti dan merebahkan tubuhnya.

Ia berpikir bahwa tempat ini sungguh cocok untuk istirahat. Sebab, tak jauh dari situ terdapat sebuah sungai jernih yang ia pikir bisa ia gunakan untuk mandi esok hari sebelum melanjutkan perjalanan. Ia membuat perapian, kemudian merebahkan tubuhnya di samping perapian tersebut hingga terlelap nyenyak.

Tidak begitu lama ada seorang penunggang kuda tak sengaja melintasi perapian tempat laki-laki pelancong tersebut tidur. Ia tergeragap dan segera menghentikan laju kudanya. Ia dengan mata kepalanya sendiri melihat seekor ular merayap masuk ke dalam kerongkongan laki-laki tersebut karena mulutnya yang terbuka saat tidur.

Melihat kejadian berbahanya ini, si penunggang kuda segera memukulkan cambuknya keras-keras kepada laki-laki yang tidur. Tentu si pelancong terbangun kaget. Tapi, belum reda kekagetannya, si penunggang kuda telah menyuruhnya dengan ancaman cambuk untuk segera berlari menuju sungai tak jauh dari tempat mereka.

“Cepat! Cepat! Lari ke sungai itu!” perintah si penunggang kuda disertai gelegar cambuk yang diayunkannya.

“Ayo! Cepat! Atau cambuk ini akan kuayunkan padamu! Cepat!” seru penunggang sekali lagi dengan ancaman yang lebih keras.

Si pelancong dengan setengah kesadaran yang belum teraih bingung atas apa yang terjadi. Ia benar-benar tak punya kesempatan menjawab. Penuh ketakutan, ia berlari menuju sungai. Si penunggang tak kalah cepat menyusulnya dengan gaya semula: terus menghantamkan cambuknya keras-keras ke tanah.

Setelah tiba di pinggir sungai, pemuda penunggang kuda itu memaksa laki-laki tersebut meminum air sungai sebanyak-banyaknya.

“Ayo, cepat! Minum! Minum yang banyak atau kau akan merasakan cambukku!” seru si pemuda mengancam. Si pelancong patuh dalam ketakutan. Ia meminum berteguk-teguk air dari aliran sungai tersebut.

“Ayo! Minum lagi! Lagi! Sebanyak-banyaknya!”

Si laki-laki untuk kesekian kalinya mematuhi dan meneguk kembali air sampai perutnya kembung.

Si penunggang kuda yang sedari tadi mengawasinya tiba-tiba menyahut buah apel yang banyak bergantungan di sampingnya lalu melemparkan beberapa si pelancong.

“Makan! Kamu harus memakannnya! Cepat!”

Iklan

Lagi-lagi pelancong itu memenuhi permintaan penunggang kuda tanpa bantahan. Setelah memakan beberapa buah apel yang dilemparkan si penunggang kuda, ia mulai mencari cara agar ia bisa melarikan diri.

Si penunggang kuda masih mencari-cari apel, namun buah yang terdekat tak ia temukan. Ia mengarahkan kudanya ke pohon lain. Saat melihat si penunggang kuda lengah, si pelancong itu bangkit dan berlari sekencang-kencangnya. Namun, si penunggang kuda dengan mudah mengejar dan segera menyusulnya. Si penunggang kuda melayangkan cambuknya lagi keras-keras, mendera tubuh laki-laki tersebut. Si lelaki yang merasa kesakitan berteriak, mengeluhkan sesuatu sambil menangis.

“Kenapa kau begitu tega terhadapku, penunggang kuda? Sungguh ini tindakan tak manusiawi,” keluh si laki-laki dengan tangis kecil memelas.

Gelegar suara cambuk berbunyi kembali. Terkaget-kaget dan berusaha untuk berlari, si laki-laki tiba-tiba terpeleset dan tersungkur di atas tanah berpasir. Mulutnya memuntahkan air, buah apel, dan seekor ular dari dalam perutnya. Ia lalu berusaha untuk duduk. Tubuhnya masih lemas, namun ia mulai tahu apa yang sedang terjadi padanya. Ia menyadari si penunggang kuda tadi ternyata sedang berusaha menolongnya. Menyadari hal itu ia pun berterima kasih.

“Terima kasih, penunggang kuda. Aku kini tahu apa yang tadi kamu perbuat. Namun, kenapa kau tak memberi tahuku saja apa yang terjadi sehingga kau tak perlu melakukan tindakan kasar-kasar tadi? Aku pasti mematuhinya. Kenapa harus dengan paksaan dan ancaman?”

Si penunggang kuda menjawab, “Teman, jika aku mengatakan apa yang terjadi padamu, pasti kamu tidak percaya dan menganggapku sedang meracau. Karena kau tak akan percaya, tubuhmu bisa saja menjadi lumpuh. Atau kalau tidak begitu, kau pasti akan pergi jauh-jauh dan kemudian melanjutkan tidurmu sehingga aku tak bisa apakah ular tersebut akan keluar dari tubuhmu atau tidak.”

“Dalam kasusmu ini,” tambah si penunggang kuda itu lagi, “peribahasa yang mengatakan tentang menyanggah orang berilmu lebih baik daripada mendukung orang bodoh ternyata tidak terlalu tepat. Seseorang yang berilmu, atau sebut saja orang yang tahu, ia punya kewajiban menyelamatkan orang lain dengan pengetahuannya. Sedangkan orang bodoh lebih memilih berhenti pada dugaannya dan berharap semua berjalan normal tanpa ada kesakitan yang mengganggunya.”

Si penunggang kuda yang misterius itu segera melecut kudanya dan kemudian menghilang dalam kegelapan malam.

Dinukil, disadur, dan dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.

Baca edisi sebelumnya: Badui Penemu Air Surga dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 1 Juni 2018 oleh

Tags: #hikayatcerita sufiorang berilmuorang bodoh
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Lebaran adalah Hari Kita Ikhlas dengan Keadaan Keluarga Kita

4 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Islam dan Kristen yang Terlihat Sama di Mata Orang Ambon

3 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Air adalah Salah Satu Alasan Islam Ada

2 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Ketika Drama Panggung Voltaire Menghina Nabi Muhammad

1 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.