Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Setelah Pandemi Ini, Masihkah Kita Merusak Alam Lagi?

Puthut EA oleh Puthut EA
27 Mei 2020
A A
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sudah beberapa hari ini kita dibombardir dengan apa yang disebut Kenormalan Baru (New Normal), tapi jika kita teliti lebih lanjut, semua hanya berupa petunjuk teknis.

Ketika pandemi corona sedang melanda negeri ini, ada satu pernyataan menarik dan sangat penting dari ketua Tim Dewan Pakar Gugus Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito. Ia menyatakan selama ini kita hanya berusaha menangani dan mengatasi akibat dari pandemi ini, tapi tanpa berusaha mengenali apa dan kenapa ada pandemi ini.

Pak Wiku menyatakan hal yang menurut saya sangat substantif. Dan hampir semua ahli di seluruh dunia sepakat bahwa pandemi corona ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan alam. Kalau mau diteruskan, penjelasannya sama dengan penjelasan Pak Wiku bahwa kita sudah terlalu jauh melakukan eksploitasi alam sehingga akibat salah satunya adalah munculnya pandemi corona ini.

Tapi diskursus tentang sebab dari pandemi ini sepertinya tidak diberi porsi yang cukup, bahkan ketika era normal baru sebagaimana yang digembar-gemborkan banyak pihak, mulai merebak.

Kita memang terbiasa tidak belajar tentang “sebab-akibat”. Kita tidak bisa membedakan antara “lapar” dan “makan”. Lapar itu sebab, makan itu akibat. Sekian cara kita coba kerahkan untuk menanggulangi corona, tentu saja itu tidak salah, tapi sebagaimana yang dinyatakan oleh Pak Wiku, kita justru lupa mengenali corona itu apa dan kenapa bisa terjadi.

Sementara, alam juga memberi sasmita bahwa dirinya cepat pulih. Alam begitu baik kepada kita. Bayangkan, lapisan ozon yang terbuka karena berbagai perilaku manusia, tiba-tiba hanya dalam waktu dua bulan, mulai menutup kembali. Betapa cepatnya alam memaafkan kita.

Masalahnya adalah apakah apa yang dinyatakan oleh Pak Wiku, termasuk disepakati oleh para sarjana dunia, menjadikan kita punya protokol dan cara pandang yang baru dalam berinteraksi dengan alam di mana kita tinggali ini? Jangan-jangan, apa yang kita lakukan kemudian malah makin rakus dan destruktif terhadap lingkungan. Jangan-jangan ini hanya diam sementara para manusia yang rakus dan pongah. Apakah semua itu sudah dipikirkan pemerintah? Apakah pemerintah akan segera mengatur dengan ketat setiap industri ekstraktif yang cenderung eksploitatif terhadap lingkungan, atau justru malah mendukungnya untuk mengejar pertumbuhan palsu ekonomi yang ternyata destruktif itu?

Sudah beberapa hari ini kita dibombardir dengan apa yang disebut Kenormalan Baru (New Normal), tapi jika kita teliti lebih lanjut, semua hanya berupa petunjuk teknis bagaimana melaksanakan normal baru itu, tanpa perubahan dan cara pandang baru. Kita diminta menjaga jarak, memakai masker, rajin mencuci tangan, dan sejenisnya. Namun, kita tidak diminta untuk merefleksikan dengan cara pandang baru bahwa jika kita serakah dan gegabah terhadap alam, alam akan memberi kita hukuman. Dan bisa jadi, hukuman ke depan, lebih keras dari corona. Lebih mematikan. Lebih membuat kita menderita baik secara fisik maupun psikis.

Apakah normal baru diiringi oleh kesadaran baru? Dan apakah kesadaran baru diikuti dengan tata aturan baru? Kenapa pemerintah tidak segera membuat semacam renungan nasional yang mengakui bahwa kita bangsa Indonesia, selama ini ikut serta bersama bangsa-bangsa lain, mengeksploitasi alam secara berlebihan, dan karena pandemi corona ini maka kita sebagai sebuah bangsa menyepakati akan menjadi salah satu pelopor untuk usaha bersama agar perusakan alam segera dihentikan. Setelah itu diikuti dengan sekian aturan baru yang lebih ketat, yang terutama berurusan dengan tambang, pertanian homogen skala luas, pemakaian bahan bakar fosil yang masif, dll.

Jangan-jangan tidak ada pelajaran yang bersifat lebih etis dan paradigmatik soal pandemi corona ini. Sehingga diamnya kita, lesunya kita, puyengnya kita, itu hanyalah jeda sementara, yang kelak akan membuat kerusakan yang lebih besar di bumi ini.

Kemudian ketika kita kelak akan mengalami semacam pandemi corona yang lebih mematikan, kita kembali menangis melolong, menyesal, dan terlihat begitu bodoh. Namun sayang, ketika hal itu terjadi lagi, kita semua sudah telat. Lalu alam akan meninggalkan kita dengan mengumpat: dasar manusia tak tahu diuntung!

BACA JUGA Penanganan Corona Masih Terlalu Maskulin dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2020 oleh

Tags: 'alamwabah corona
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

luhut ppkm level 3 mojok.co
Kilas

Luhut Panjaitan Ditunjuk untuk Mengawal Penanganan Pandemi di Provinsi-provinsi Rawan Corona

15 September 2020
Tugas Airlangga Hartarto Memang Mengkritik Anies Baswedan dan Menolak PSBB psbb mojok.co
Esai

Tugas Airlangga Hartarto Memang Mengkritik Anies Baswedan dan Menolak PSBB

12 September 2020
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Kepala Suku

Mungkin Sekarang Saatnya Jokowi Melakukan Reshuffle Kabinet

6 Agustus 2020
jacinda ardern selandia baru melawan wabah corona keberhasilan resep tips langkah mojok.co
Pojokan

4 Hal Penentu Keberhasilan (Sementara) Selandia Baru Melawan Virus Corona

1 Juni 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.