Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

“Sebetulnya Saya Ingin Presiden Baru, tapi…”

Puthut EA oleh Puthut EA
29 Mei 2018
A A
laut
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Berbicara tentang nama-nama alternatif presiden baru dengan segala pertimbangannya.

Sebagai seorang penulis, peneliti, dan kepala suku Mojok, mau tidak mau saya sering sekali bertemu dengan banyak orang, baik ketika melakukan wawancara, saat mengisi berbagai acara, maupun obrolan ringan saat bertemu orang-orang di berbagai perjalanan.

Saya cukup sering mengalami obrolan seperti ini. Untuk lebih mudahnya, saya buat tulisan ini seperti obrolan ringan antara dua orang.

“Pilpres nanti milih siapa, Pak?”

“Belum tahu, Mas Puthut. Bingung saya….”

“Dulu milih siapa?”

“Pak Jokowi.”

“Lha, Sampeyan puas tidak sama kinerja Pak Jokowi?”

“Ya, kadang puas, tapi juga kadang tidak.”

“Puasnya di mana?”

“Infrastruktur. Pak Jokowi hebat kalau soal itu. Lalu, kalau dia yang jadi Presiden, orang seperti saya ini merasa nyaman sebab tidak khawatir beliau korupsi. Orangnya bisa dipercaya kalau bersih. Juga rajin bekerja. Anak-anak dan keluarganya juga tidak ada yang masuk ke dunia politik. Anak-anak politikus, kebanyakan jadi politikus juga. Pak Jokowi kan tidak.”

“Lalu, apa yang membuat Anda masih ragu memilih Pak Jokowi lagi?”

“Anu, ekonomi kok rasanya berjalan kurang baik, ya. Harga-harga bahan makanan tinggi. Kemudian kesan saya, Pak Jokowi ini masih belum berani tegas sama parpol-parpol. Menteri-menteri dari parpol ini kan selain punya agenda sendiri juga gak begitu berprestasi. Terus soal lain misalnya, kalau ada apa-apa dalam hal politik, kurang lincah.”

“Misalnya gimana itu, Pak?”

Iklan

“Ya kayak meredam serangan politik, timnya kok kayaknya enggak antisipatif gitu…”

“Kalau dipersentasekan, kira-kira antara puas dan kurang puas, berapa persen?”

“Ya, fifty-fifty lah, Mas…”

“Terus kira-kira Sampeyan ada kemungkinan memilih Pak Prabowo?”

“Kalau itu sih enggak, Mas.”

“Boleh tahu alasan Anda?”

“Gini lho, Mas. Pak Prabowo ini mungkin orang hebat, tapi beliau kan tidak punya pengalaman memimpin suatu wilayah. Beliau punya pengalaman kan hanya di militer dan bisnis. Pak Jokowi saja yang punya pengalaman jadi walikota Solo yang berprestasi, lalu punya pengalaman memimpin Jakarta dengan gerak cepatnya, ya masih kayak gini jadi presiden. Apalagi Pak Prabowo?”

“Lha, kalau tidak diberi kesempatan, bagaimana kita tahu kalau dia bisa memimpin atau tidak?”

“Milih Presiden kok coba-coba, ya tidak baik itu, Mas….”

“Kalau Mas AHY?”

“Lha, apalagi itu. Ya enggaklah, Mas. Masih terlalu muda. Belum cukup pengalaman. Mungkin perlu membuktikan jadi menteri dulu. Jika berprestasi, tentu lebih mudah dilihat masyarakat sebagai alternatif….”

“Kalau Pak Anies Baswedan?”

“Nah, itu saya agak cocok, Mas. Tapi kan beliau harus bisa membuktikan dulu memimpin Jakarta. Kalau bagus, mengapa tidak? Mungkin tahun 2024 nanti, beliau bisa saya pilih jadi Presiden.”

“Kalau Pak Gatot Nurmantyo?”

“Kalau itu sama kayak Pak Prabowo. Pengalaman beliau hanya di militer. Masih mending Pak Prabowo, kan setidaknya beliau sukses dalam bisnis, juga sukses dalam memimpin partai Gerindra. Jelas Pak Prabowo jauh lebih bisa diandalkan daripada Pak Gatot. Kecuali misalnya nanti Pak Gatot jadi menteri dan berprestasi, mungkin bisa jadi alternatif.”

“Berarti Anda besok memilih Pak Jokowi?”

“Nah itu yang saya bingung. Saya sih penginnya ganti presiden yang lebih hebat dari Pak Jokowi….”

“Siapa yang lebih hebat?”

“Nah itu. Saya juga belum tahu. Yang jelas kalau Pak Jokowi jadi Presiden lagi, hidup kita ya bakal kayak gini-gini saja, kecuali…”

“Kecuali apa, Pak?”

“Kecuali yang jadi menteri itu misalnya kayak Bu Susi semua. Itu baru cocok. Bisa cepat maju kita. Tapi, menteri yang kayak Bu Susi di kabinetnya Pak Jokowi tidak sampai 5 orang. Mana bisa kita maju?”

Saya manggut-manggut. Mengerti apa yang ada di pikirannya.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2018 oleh

Tags: ahyganti presidengatot nurmantyojokowiprabowopresiden baru
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Omong Kosong Pemuja Hujan Musuh Honda Beat dan Vario MOJOK.CO

Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

27 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025

Video Terbaru

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

25 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.