Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Memeluk Kebosanan

Puthut EA oleh Puthut EA
14 April 2020
A A
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pada tanggal 10 Juni 1963, sebuah kejadian yang menggetarkan terjadi di Saigon, Vietnam Selatan. Saat itu wilayah tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disepakati para pemimpin dunia Barat, untuk memberi batas yang jelas dengan Vietnam Utara yang saat itu dipimpin oleh sosok kuat bernama Ho Chi Minh. Vietnam Utara dianggap akan segera menjadi negara komunis dan harus ada penandingnya di Vietnam Selatan sebagai calon negara kapitalis. Ditunjuklah Ngo Dinh Diem untuk memerintah Vietnam Selatan.

Paragraf di atas sengaja saya buat pendek untuk masuk ke sebuah peristiwa yang kemudian menggegerkan dunia, dan Mark Manson menulis cukup panjang di buku terbarunya yang telah diterbitkan di Indonesia dengan judul Segala-galanya Ambyar (Everything Is F*ucked). Buku ini memang tidak sebagus karya pertama Manson yang juga sudah diterbitkan dan sangat terkenal di Indonesia yakni Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a F*ck). Tapi Manson bagi saya tetap penulis yang jenuin, dengan gaya tutur yang terorganisir dengan baik. Soal buku keduanya tidak begitu laku di Indonesia, ya anggap itu nasib sajalah.

Balik cerita awal. Perang saudara kembali pecah di Vietnam, tapi bukan itu saja,  Ngo Dinh Diem pun bersikap brutal kepada para warga, termasuk para biksu. Gelombang protes pecah di mana-mana hingga tiba titimangsa 10 Juni 1963 itu. Seorang biksu duduk bermeditasi di sebuah perempatan jalan. Lalu kawannya menyiram bensin, dan sang petapa, dideskripsikan begitu tenang menyalakan korek lalu membakar dirinya. Quang Duc, nama biksu itu, dengan segera mendunia. Kisahnya memantik rasa marah semua orang di dunia pada Diem. Jutaan orang turun di jalanan di seluruh dunia mengecam Diem dan ribuan orang di Vietnam Selatan turun ke jalan dengan lebih berani lagi. Tidak lama kemudian  Ngo Dinh Diem dan keluarganya terbunuh.

Manson hanya menulis itu sebagai sebuah latar untuk masuk ke intisari dari apa yang ingin dia bahas, yakni kekuatan meditasi. Ketenangan Quac Duc dalam mengambil posisi lotus, lalu membakar dirinya, dan dia tidak menjerit atau meronta menghadapi api yang membakar dirinya. Sampai sekarang, peristiwa itu dianggap sebagai salah satu peristiwa yang bisa menunjukkan bagaimana kekuatan meditasi.

Saya pernah menyaksikan film dokumentasi tentang meditasi di National Geographic, yang diambil di berbagai negara. Di India dan di Tibet, orang melakukan meditasi selama bertahun-tahun bukanlah peristiwa aneh. Bertahun-tahun ya. Bukan berjam-jam atau berhari-hari. Saya tidak tahu kekuatan macam apa yang bisa membuat orang bisa setangguh itu, dalam posisi duduk yang sama, tidak makan dan tidak minum, tidak bergerak, dan dilakukan bertahun-tahun. Seandainya ada teman saya yang melakukannya selama sehari-semalam saja, sudah pasti akan membuat saya kagum.

Saya orang Jawa. Di Jawa, lelaku atau bentuk tirakat begitu banyak. Walaupun menurut saya tidak seekstrem meditasi yang dilakukan selama bertahun-tahun. Di Jawa ada berbagai macam cara orang bertapa, ada yang patigeni, ngalong, mutih, dll. Saya beragama Islam, di Islam pun ada ibadah semacam itu seperti berpuasa dan beri’tikaf. Puasa paling berat dilakukan adalah puasa Daud. Sehari puasa, sehari tidak. Ada juga berkhalwat dan beruzlah. Khalwat itu sendiri artinya menyendiri, sedangkan uzlah artinya mengasingkan diri dari keramaian. Itu semua dilakukan dalam kontek mendekatkan diri dengan Tuhan dan membersihkan hati.

Dalam banyak analisis, meditasi, tirakat, uzlah, khalwat, dan kegiatan serupa itu adalah latihan sikap mental agar bisa menaklukkan diri sendiri. Melewati serangkaian pertempuran terhadap diri sendiri, termasuk kebosanan. Dalam deskripsi Manson, meditasi adalah berlatih mengatasi kebosanan sampai bosan, sekaligus menerima kebosanan, memeluk kebosanan, hingga sampai pada tahap mencintai kebosanan.

Pandemi corona, yang membuat kita “uzlah” di rumah, menuai kebosanan. Ada yang seminggu sudah bosan. Sedangkan per hari ini, rata-rata orang sudah melakukan hampir sebulan di rumah. Sebagian sudah bosan, sebagian lain sudah sangat bosan. Masalahnya hampir sebagian besar orang di dunia sudah tidak akrab lagi dengan tradisi meditasi yang lama, tirakat yang keras, dan melakukan khalwat serta uzlah. Artinya, hampir semua orang di dunia yang melakukan swakarantina di rumah punya problem yang sama: bosan.

Masalah yang lebih pelik lagi, semua tidak tahu sampai kapan ini terjadi. Sampai kapan ini berakhir. Kapan prosesi mengurung diri ini selesai. Sampai kapan kita bisa tahan secara mental melakukan ini, tentu saja tanpa bermaksud menafikan implikasi ekonomi jika kita terus berada di rumah sekalipun ada istilah “work from home“.

Dan jika semua orang sudah sampai batas ketidaksanggupan mengatasi kebosanan, apa ekspresi yang akan mereka lakukan? Itu masih menjadi misteri. Tapi saya kira misteri ini tak lama lagi bakal kita ketahui. Mungkin proses menunggu hal itu bisa kita jadikan sebagai sikap meditasi. Kalau kata salah satu teman saya, kita seperti disuruh puasa, tanpa tahu kapan Lebaran akan tiba.

Selamat memeluk kebosanan.

BACA JUGA Hindari Corona, Tetaplah Hidup Walau Tidak Berguna dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: bertapabosanmark mansonmeditasi
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

mencari kedamaian hati dengan meditasi di vihara karangdjati
Sosok

Mencari Kedamaian Hati dan Healing dengan Meditasi di Vihara Karangdjati

10 Januari 2023
Totok Tejamano: Mindfulness yang Kaffah Ala Buddha
Video

Totok Tejamano: Mindfulness yang Kaffah Ala Buddha

9 Januari 2023
meditasi-menyendiri-mojok
Penjaskes

Meditasi: 10 Menit Nggak Ngapa-ngapain Demi Hidup yang Namaste

16 Maret 2019
American-Football-MOJOK.CO
Penjaskes

Jika Bosan dengan Barcelona atau Real Madrid, Ini Empat Alasan Beralih ke American Football

28 April 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
Omong Kosong Pemuja Hujan Musuh Honda Beat dan Vario MOJOK.CO

Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

27 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.