Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Benarkah Jokowi Ditinggal Sebagian Pemilihnya?

Puthut EA oleh Puthut EA
17 Juni 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jokowi berpeluang untuk kehilangan sebagian pemilihnya kalau mesin politiknya menyamakan dinamika politik Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta silam.

Beberapa hari sebelum Lebaran, saya diundang oleh sebuah lembaga untuk acara diskusi terbatas memindai perilaku calon pemilih pada Pemilu 2019 nanti. Undangan seperti ini sering sekali saya dapatkan, meski hampir sebagian besar saya tolak. Sebabnya sederhana, dari TOR yang dikirim saja kadang sudah kelihatan kepentingan politik pragmatis lembaga-lembaga yang mengundang ini mau mengarah ke mana.

Sebagai orang yang punya kecenderungan bersikap ilmiah, saya sering rindu fora yang menyingkirkan jauh-jauh kecenderungan politik berdasarkan suka atau tidak suka. Suka atau tidak suka, tendensi, emosi, memang ada dalam politik. Namun ada dimensi politik yang juga harus diakui dan itu penting, yakni: laku intelektual.

Menarik sekali mengikuti diskusi terbatas yang diikuti oleh beberapa orang dan lembaga yang punya kredibilitas seperti itu. Di sini saya hanya akan membagikan satu saja dari beberapa poin yang didiskusikan selama diskusi terbatas dua hari tersebut. Poin itu bermula dari pertanyaan sederhana seperti yang juga saya ambil sebagai judul tulisan ini.

Benarkah Jokowi ditinggal sebagian pemilihnya?

Sebuah lembaga kemudian mempresentasikan hasil sementara kajian mereka lalu menyandingkan soal kekalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada pertarungan Pilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta.

Sebagai catatan, Jokowi tentu saja bukan Ahok, DKI Jakarta memang tidak pernah sama dengan Jakarta. Tapi ketidaksamaan keduanya, bukan berarti tidak akan ada atau tidak akan ditemukan variabel yang sama.

Salah satunya, sekali lagi salah satu kekeliruan strategi tim Ahok adalah ketidakmampuan mereka menjawab isu-isu yang dilemparkan ke permukaan, yang menjadi isu sentral dalam masyarakat sipil. Misalnya soal penggusuran dan reklamasi.

Kelirunya lagi, ketidakmampuan mendebat tema ini kemudian diekspresikan dengan strategi penyerangan pada figur atau lembaga tertentu. Memang figur atau lembaga ini tidak banyak, tapi mampu dibaca masyarakat sipil sebagai ketidakbecusan politik. Hal inilah yang membuat mereka sebagian lari ke Anies Baswedan dan beberapa ke Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Kalau untuk Jokowi, ini kasus yang berbeda. Variabelnya mirip tapi ekspresi politiknya berbeda. Sebagian elemen masyarakat sipil melihat ada dua kecenderungan. Pertama, absennya agenda kerakyatan dan HAM, dan kedua perilaku tim politik Jokowi. Inilah yang membuat mereka menahan diri.

Berbeda dengan kasus Ahok, mereka tidak mengalihkan suara ke Prabowo Subianto atau yang lain. Mereka hanya diam saja. Tidak memilih Jokowi tapi juga tidak akan mau mengalihkan suara kepada yang lain.

Pertanyaannya, kenapa? Karena agenda kerakyatan dan HAM sudah sejak awal tidak pernah mereka percayakan kepada Prabowo. Jadi hal itu tidak mungkin juga diberikan kepada lawan Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 itu. Sedangkan soal perilaku tim sukses atau tim kampanye Jokowi yang kurang simpatik terhadap aneka isu, dilakukan juga oleh tim-tim lain.

Pertanyaan selanjutnya. Kalau begitu, apakah ketidakmauan mereka memilih Jokowi lagi tapi tidak memberikan suara mereka ke calon lain, punya pengaruh dalam Pilpres? Sepintas jawabannya tidak. Tapi ternyata: ya, berpengaruh.

Setidaknya ada tiga pengaruh. Pertama, Jokowi akan kehilangan para pengawal diskursus politik yang penting. Merekalah yang dulu ikut menjawab dengan kadar dan kapasitas intelektual setiap serangan yang diberikan kepada Jokowi.

Iklan

Kedua, mereka rata-rata opinion leader yang punya kemampuan menarik massa pemilih. Absennya mereka, juga secara otomatis membekukan mesin itu. Padahal lini mesin itulah yang bertugas menyalurkan oli untuk kesehatan kendaraan politik Jokowi pada pemilihan sebelumnya.

Ketiga, Jokowi hampir dipastikan tetap menang tapi jika dinamika politik yang menyelimutinya sudah tidak sehat, maka instabilitas politik semakin rendah. Apalagi jika jarak kemenangan Jokowi nanti hanya tipis dibanding dengan rival politiknya.

Lantas apa yang sebaiknya dilakukan?

Sebetulnya terlalu telat untuk membuktikan bahwa Jokowi mengedepankan agenda kerakyatan dan HAM. Tapi masih sangat mungkin untuk diberikan (lebih tepatnya: dibuktikan) pada detik-detik akhir periode kali ini. Pendekatan yang baik kepada seluruh para elemen masyarakat sipil ini perlu dilakukan. Di sisi lain, kebiasaan menyerang orang, tokoh, atau lembaga, hanya karena mengkritik Jokowi, tidak perlu lagi dilanjutkan.

Kenapa? Karena basis politik lawan Jokowi memang sikap kritis. Kalau sikap kritis itu dihabisi, maka proses penghabisan ini justru kontraproduktif. Menyerang para pengkritik adalah perilaku yang amoral dalam kehidupan masyarakat sipil. Sebab pengkritik itu bukan pemfitnah, tidak bisa dipukul rata. Kalau hal seperti ini saja masih tidak bisa dibedakan, tentu makin berat menatap kehidupan politik Indonesia ke depan. Tidak ada kritikus yang mau melakukan laku kritik karena kebencian. Jika pun kebencian itu terindikasi ada, toh juga pasti langsung ketahuan. Mudah saja membedakan antara kritikus dengan demagog.

Lagipula, dalam era yang bising seperti ini, banyak orang yang rindu perdebatan yang dalam, dan percakapan yang bening. Dan politik juga bisa diperdebatkan serta dipercakapkan dengan dalam dan bening. Tidak melulu dengan ujaran kebencian.

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2018 oleh

Tags: ahokBasuki Tjahaja Purnamadki jakartajakartaPemilihan GubernurPemilihan Presiden 2019pilgubpilpresPrabowo Subianto
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.