MOJOK.CO – Kali ini saya coba untuk mengetahui kehidupan makhluk-makhluk lain selama pandemi korona kali ini. Mereka ngapain aja ya kalau manusia pada di rumah aja?
Kita setuju saja bahwa pandemi korona merugikan semua pihak. Bukan hanya “pihak”—karena kesannya mewakili manusia saja—melainkan juga berbagai macam makhluk di bumi ini.
Kamu boleh bilang kalau binatang banyak yang bisa bebas berkeliaran karena manusia menerapkan karantina wilayah, namun tidak boleh dilupakan juga bahwa ada lho sebagian hewan yang dirugikan karena adanya karantina ini. Misalnya monyet-monyet yang ada di daerah wisata kesulitan mencari makan karena biasanya mengandalkan makan dari wisatawan.
Nah, kali ini saya coba untuk melihat kehidupan makhluk-makhluk lain selama pandemi korona. Karena hewan sudah banyak dibahas, maka saya coba meliput makhluk halus saja. Untuk bisa meliput dan mewawancara makhluk halus alias demit alias hantu tentu saya butuh bantuan anak Indihome.
Kebetulan bulan lalu rumah saya baru pasang Indihome, jadi ya saya secara langsung jadi anak Indihome, ndak perlu bantuan orang lain. Walaupun sinyal tidak stabil dan mimin akun Twitter Indihome selalu mengimbau untuk mereset router agar jaringan lancar namun hasilnya sama saja ambyar. Meski begitu, Alhamdulillah wawancaranya tetap bisa berjalan lancar.
Nah, inilah beberapa hasil wawancara saya dengan para demit. Nama tidak disebutkan demi keamanan narasumber, jadi saya sampaikan jenis mereka saja.
Pocong penghuni pohon beringin desa sebelah
Di satu sisi saya jadi terkenal karena korona ini sih, Mas. Sampai jadi berita di Korea Selatan malah. Meski ya foto yang viral itu sebenarnya diambil tahun lalu dan baru booming saat ini ya nggak papa lah.
Cuma ya itu kan bukan pocong beneran, jadi saya agak kurang sreg sebenarnya. Dan karena terkenal itu, sekarang orang-orang udah nggak ada akhlak, eh, takut maksudnya sama saya. Kemarin pas nakutin cewek lewat eh malah diteriakin “Kyaaa Pocongiee! Kyeopta!! >.<”.
Beneran udah kagak ada martabatnya saya ini. Mau pindah Korea aja kali siapa tahu bisa main Goblin Season 2 atau Along with the Gods 3. Cuma masalahnya saya kena lockdown Ramadan ini jadi jangankan migrasi, godain manusia aja lagi nggak bisa, Mas.
Tuyul, karyawan Pak ***** di desa sebelahnya lagi
Gagal maning sih nggak, Mas, tapi gagal tuotal!
Niat saya bulan April ini mau kerja dua kali lipat, nyiapin THR buat, Bos. Eh ladalah malah sama Bos disuruh istirahat dulu. Ya udah saya kerja dulu sama yang lain.
Kebetulan Bos ngebolehin tapi ya tetep apes, Mas. Sekarang banyak yang nggak nyimpen duit di rumah, semua pada pakai non-tunai. Lha saya kan belum ditraining nyolong di ATM, Mas.
Sekalinya dapat mangsa, ternyata dia PDP lalu kemudian pas dites positif. Klien saya akhirnya malah jadi ketularan. Ya udah, saya kena PHK gara-gara itu. Mau daftar kartu pra-kerja kok pelatihan-pelatihannya nggak mutu. Ya nggak jadi saya.
Nggak tahu lagi karier saya ke depan. Apes lah pokoknya.
Mas, sampeyan gimana? Mau pakai jasa saya nggak? Tuyul seken dari tangan pertama lho saya ini. Masih mulus, belum lecet, bisa terima COD lagi. Gimana, Mas?
Kuntilanak, baru sebulan jadi Kunti dan masih ngontrak di kuburan desa sebelahnya yang tadi
Kontrakan saya, yang awalnya dua tahun, terancam diputus segera, Mas. Gara-gara pandemi korona ini.
Gini soalnya. Syarat utama ngontrak di kuburan ini sama Pak Gendruwo adalah nakutin orang minimal 5 orang per bulan. Sekarang ini jangankan 5, nakutin 1 aja susah bener.
Ya orang ke kuburan masih takut sih, tetapi takut sama jenazah yang dikira korban korona atau ya korban itu sendiri. Padahal ya nggak kenapa-kenapa mereka itu, kan sudah ditangani dengan tata cara medis.
Eh, bentar ini mbok Mas takut ya kalau lewat kuburan sana itu dan ketemu saya? Temen-temennya juga dikasih tahu ya, Mas? Biar kontrakan saya tetap aman, Mas. Tolong lah, Mas.
Babi Ngepet pengalaman magang 20 tahun
Jelas turun, Mas, pendapatan saya.
Kan banyak yang transaksi non-tunai jadi pada nggak nyimpen uang di rumah. Kalaupun ada inceran dan kebetulan uangnya ada di rumah, ya harus siap-siap hand sanitizer juga. Tiap muter pasti bawa jaga-jaga lah, Mas.
Cuman ya hand sanitizer-nya disembunyiin biar nggak mencurigakan warga. Masak mau diliat-liatin kayak Bu Bupati yang kampanye itu. Walaupun saya babi ngepet, saya masih punya harga diri ya, Mas. Kalau mau pakai masker ya saya nggak bisa, entar ketahuan kalau saya babi jadi-jadian.
Saya kalau muter sekarang jadi nggak terlalu dicurigai. Ya dianggap wajar aja kalau ada hewan asing kok tiba-tiba muter lewat depan rumah. Kan di luar negeri juga banyak tuh hewan-hewan berkeliaran selama karantina wilayah. Mungkin dianggapnya saya gitu juga kali ya?
Semoga besok pas pandemi korona reda yang satu ini tetap bisa begini. Jadi nggak perlu takut diuber-uber warga. Capek, Mas. Dapetnya nggak seberapa risikonya koit.
Sundel Bolong, demit nomaden yang suka keliling Jawa
Anu, maaf, Mas. Saya baru mau packing. Diminta ke Sragen untuk jagain rumah karantina. Hehe.
Jin anak buah dukun santet yang tugasnya masukin paku dalam perut
Pak dukun kemarin minta yang aneh gara-gara pandemi korona, Mas. Karena permintaan santet juga ikut turun, Pak Dukun minta saya pelajari itu virus korona. Disuruhlah saya gimana caranya ngambil itu virus dari tubuh dan bebas dipindah ke manapun.
Rencana Pak Dukun mau ganti santet paku ke santet korona. Cuma ya, itu kan nggak mungkin to, Mas? Virus sekecil gitu gimana nangkepnya? Tapi karena saya takut kehilangan pekerjaan, ya saya iyain aja. Zaman lagi susah cari kerjaan gini juga soalnya.
Setelah itu ada orang PDP yang datang ke Pak Dukun, tanya apa virusnya diangkat. Pak dukun menyanggupi, saya meringis sambil mengingatkan, “Pak, jangan lupa pakai masker dan cuci tangan dulu. Jaga jarak juga.”
Cuma Pak Dukun saya itu yakin banget saya bisa mindah itu virus, maka ya peringatan tadi diabaikan. Pasien disembur dan dikasih ramuan padahal aslinya cuma bahan wedang uwuh. Si pasien kagak sembuh, Pak Dukunnya malah ketularan.
Pak Gendruwo, pemilik kontrakan kuburan tempat Kunti tadi sekaligus pengurus Partai Demit Nusantara
Masalah pandemi korona memang merugikan manusia dan memaksa mereka menggunakan teknologi untuk terhubung dengan yang lain karena ada imbauan untuk mengurangi keluar rumah apabila tidak ada hal yang mendesak. Akibat bagi kami para demit ya jadi kurang jatah menakut-nakuti, jadinya kami gabut.
Ini sudah diprediksi partai kami sejak lama, bahwa akan tiba masanya manusia akan sangat bergantung teknologi sehingga para demit juga perlu ikut adaptasi menakut-nakuti via teknologi.
Dulu pas awal ada ojol, kami meluncurkan program “Go-Scare” yakni program demit yang memesan ojol untuk menakut-nakuti. Order ghaib lah. Sekarang saat korona ini kami sedang menyiapkan program agar para demit lebih melek teknologi sehingga bisa tetap bekerja (menakut-nakuti).
Udah nggak jamannya demit kok cuma matiin lampu doang, atau nongol dari TV kayak demit dari Jepang itu. Demit kita harus bisa pakai Zoom, misalnya, agar tetap bisa ikut-ikutan WFH. Atau lebih tepatnya SFH, Scaring from Home.
Bukan tidak mungkin cara hidup demit ini juga harus ikut berubah. Reformasi di dunia gaib tak terhindarkan lagi. Para tuyul mulai bikin aplikasi, kunti meniti karier jadi CEO, gendruwo dan pocong kerja sama bikin start-up. Kalau akhirnya sukses ya minimal jadi stafsus lah.
BACA JUGA Kami Menemui Jin dan Genderuwo yang Kata Amien Rais Bakal Ganggu Pemilu atau tulisan Oktavolama Akbar Budi Santosa lainnya.