Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Golden Campus, Rival Mirota Kampus yang Dilupakan oleh Google dan Sejarah

Semoga catatan kecil ini menambah jumlah informasi yang akan tercatat oleh Google dan Golden Campus tidak benar-benar hilang dari ingatan masyarakat Yogyakarta.

Fitriawan Nur Indrianto oleh Fitriawan Nur Indrianto
8 Juni 2022
A A
Golden Campus, Rival Mirota Kampus yang Dilupakan oleh Google dan Sejarah MOJOK.CO

Ilustrasi Golden Campus, Rival Mirota Kampus yang Dilupakan oleh Google dan Sejarah. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Meskipun dilupakan Google dan Sejarah, bersama Mirota Kampus, Golden Campus adalah pioner swalayan di Yogyakarta.

Bagi masyarakat Yogyakarta, Mirota Kampus bukan sekadar swalayan semata. Swalayan yang sudah berdiri sejak 1950 ini menjadi penyelamat berkat harga murah dan diskon yang ditawarkan.

Selain itu, Mirota Kampus juga penjaga harapan bagi warga Jogja untuk memiliki rumah lewat undian yang legendaris itu. Terutama bagi mereka dengan gaji memprihatinkan.

Menurut catatan, pada 1950, Mirota Kampus didirikan oleh Hendro Sutikno. Seiring waktu, swalayan ini perkembang sangat pesat. Salah satu gerai yang paling terkenal ada di dekat Kampus UGM, tepatnya di Jalan C. Simanjuntak 70 Yogyakarta.

Swalayan ini memang sangat populer, bahkan sudah memiliki cabang di banyak tempat. Tapi, tahukah kamu bahwa di awal 1990an, Mirota kampus pernah memiliki rival? Nama swalayan yang menjadi rival Mirota Kampus adalah Golden Campus.

Golden Campus dilupakan sejarah?

Saya mencoba mencari informasi lewat Google tentang Golden Campus. Namun, yang muncul dari pencarian malah Mirota Kampus. Maklum, berkat nama besarnya, nama mereka pasti muncul di halaman pertama Google.

Saking banyaknya informasi tentang Mirota Kampus, saya bahkan menemukan jurnal penelitian. Sepopuler itu mereka. Namun, berkebalikan dengan Golden Campus. Info yang saya dapat sangat minim.

Bahkan bisa dikatakan saya hanya mendapatkan satu informasi yang cukup penting lewat situsweb bernama semuabis.com. Di dalam situsweb ini, saya menemukan nomor telepon, alamat lengkap, sampai penjelasan mengenai barang-barang yang dijual Golden Campus.

Lantaran kurang puas, saya menelusuri Google lebih lanjut. Namun, nihil hasilnya. Seakan-akan, Golden Campus dilupakan oleh Google, bahkan sejarah.

Golden Campus sendiri beralamat di Jalan C. Simanjuntak No.99 Yogyakarta. Iya, sangat dekat dengan Mirota Kampus. Mungkin jarak kedua swalayan ini cuma 100 meter saja.

Jika memeriksa Google Map, kalian masih bisa melacak posisi Golden Campus, meskipun titik dan alamat di Google Map tidak sesuai. Lewat Google Map, saya juga menemukan keterangan “Sudah Tutup” dengan warna merah.

Benar-benar sudah dilupakan sejarah.

Perkembangan Mirota Kampus dan Yogyakarta tempo dulu

Di antara sedikitnya toko swalayan di Yogyakarta era 90an, pergi ke Mirota Kampus atau Golden Campus sudah seperti menjelajahi “mall pada zamannya”, khususnya bagi orang desa seperti saya. Kalau tidak salah ingat, saat itu di Yogyakarta, baru ada dua mall besar, yakni Malioboro Mall dan Galeria Mall.

Kalau dua mall tersebut diperuntukkan bagi kamu elite, Mirota Kampus dan Golden Campus menawarkan sensasi yang berbeda. Sensasi rakyat jelata sedang berburu barang dengan harga lebih murah. Pada zaman itu, kedua swalayan ini memang terasa “lebih elite” dibanding toko-toko kelontong yang bertebaran di penjuru Yogyakarta.

Iklan

Sama seperti Mirota Kampus, Golden Campus menggunakan konsep swalayan sebagai cara pembeli mengambil barang. Dari segi kelengkapan, kedua swalayan itu bisa dikatakan cukup oke. Mereka menyediakan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan siap santap seperti kue-kue, buah-buahan, sampai sembako dan kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, mainan, hingga perlengkapan olahraga.

Jika dilihat, selain letaknya yang berdekatan, kedua swalayan ini memiliki nama yang hampir mirip. Penggunaan kata “Kampus” dan “Campus”, menunjukkan bahwa pasar utama kedua swalayan ini adalah mahasiswa, khususnya mahasiswa UGM yang memang letaknya tidak jauh dari kedua swalayan ini.

Lantaran target pasarnya mahasiswa, harga barang yang dipatok kedua swalayan ini relatif terjangkau. Meskipun begitu, ternyata pasar kedua swalayan ini tidak hanya mahasiswa, tetapi berkembang ke masyarakat umum. Ibu saya yang seorang guru juga hobi berbelanja di swalayan ini, walaupun lebih sering ke Mirota Kampus.

Yang jadi pertanyaan, sementara Mirota Kampus bisa eksis sampai saat ini, mengapa Golden Campus akhirnya tutup?

Saat ini, sisa gedung Golden Campus bahkan tidak ada lagi. Sementara tulisan mengenai Mirota Kampus dengan mudah ditemukan, catatan tentang Golden Campus hampir nihil. Saya mencoba mengulik-ulik memori tentang Golden Campus dari ingatan pribadi saya dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan saya sendiri:

#1 Letak Mirota Kampus lebih strategis

Masalah utama Golden Campus kalah saing dengan Mirota adalah letaknya. Mirota Kampus menjadi strategis karena tepat berada di perempatan Jalan C. Simanjuntak.

Berkat posisi ini, Mirota bisa diakses dari arah Jalan Kaliurang (Jalan Persatuan) maupun dari arah Terban (arah bundaran UGM). Mirota kampus akhirnya menyediakan dua akses masuk dari kedua Jalan itu. Sementara itu, Golden Kampus letaknya sedikit lebih ke selatan sehingga aksesnya hanya lewat Jalan C. Simanjuntak saja. Mirota Kampus letaknya lebih dekat dari kampus UGM dibanding Golden Campus.

#2 Ada polisi lalu lintas

Faktor lain Golden Campus kalah saing dengan Mirota Kampus adalah adanya polisi dan lampu merah. Jika lewat Terban, mahasiswa langsung bisa belok kanan masuk ke area parkir Mirota Kampus dan bisa menghindari lampu merah.

Sementara itu, untuk ke Golden Kampus, mahasiswa harus melewati lampu merah yang pada saat itu sering dijaga oleh polisi. Tentu saja, bagi mahasiswa, yang pada waktu itu ke kampus sering tidak pakai helm atau tidak punya SIM, ada risiko kena tilang jika harus ke Golden Campus.

#3 Masalah transportasi umum

Menengok era sebelum 1990, masih sedikit orang yang memiliki alat transportasi pribadi seperti motor, apalagi mobil. Salah satu transportasi umum yang bisa digunakan adalah omprengan (jalur Terminal Terban-Kaliurang) dan mini bus (Kobutri, Aspada, dan Kopata).

Kala itu, perempatan Jalan C. Simanjuntak menjadi jalur pertemuan banyak angkutan umum. Untuk itulah, posisi Mirota kampus menjadi sangat strategis.

Ketika turun di perempatan dan ingin belanja, orang akan dengan cepat sampai ke Mirota Kampus. Sementara itu, untuk ke Golden Campus, orang harus jalan dari perempatan sekitar 200 meter. Mungkin hal itu sangat tidak praktis.

Selain itu, angkutan yang melewati Jalan C. Simanjuntak adalah omprengan dari arah Jalan Kaliurang ke Terminal Terban. Namun, entah mengapa, pernah ada kebijakan bahwa omprengan (dari arah Kaliurang) tidak lagi masuk ke Terminal Terban tapi belok ke kiri di depan Mirota Kampus menuju Terminal Condongcatur. Dengan demikian, praktis tidak ada lagi transportasi umum yang melewati Golden Campus. Kalau ada, jumlahnya pun terbatas.

#4 Jumlah lantai, jam dinding, dan keberadaan eskalator

Faktor yang tak kalah berpengaruh adalah fasilitas. Mirota Kampus adalah swalayan yang terdiri dari tiga lantai. Bagi orang Yogyakarta zaman itu, gedung Mirota Kampus sudah terlihat sangat mewah. Terlebih dari luar, terpajang jam besar yang bisa menggambarkan kepopuperan gedung ini.

Keberadaan jam ini cukup penting guna menunjukkan waktu, khususnya bagi pengguna transportasi umum. Pada masanya, jam ini sudah sangat mewah laksana menara jam di Inggris atau Jam Gadang di Padang. Setidaknya menurut saya, ya.

Kesan mewah Mirota Kampus juga terllihat dari adanya fasilitas eskalator. Pada era itu, keberadaan eskalator bukan hanya menunjang kepraktisan melainkan juga kemewahan tersendiri.

Orang kampung seperti saya pada saat itu sangat tertegun dengan eskalator. Teknologi yang memudahkan kita naik ke tiap lantai tanpa perlu melangkahkan kaki lagi dan lagi.

Sementara itu, Golden Campus tidak memiliki kemewahan yang sama. Golden Campus masih menggunakan tangga manual. Meskipun hanya dua lantai, unsur kepraktisan dan kemewahan ini tentu berpengaruh pada kepuasan pengunjung.

Masalah-masalah di atas, menurut saya, menjadi faktor penting Golden Campus kini “tumbang” dan tidak bisa bersaing. Selain itu, tentu saja mesin promosi Mirota yang memang bagus dan tepat sasaran.

Yah, meskipun pada akhirnya dilupakan oleh Google, bahkan sejarah, Golden Campus menjadi bagian penting dari sejarah swalayan di Yogyakarta. Jauh sebelum ada Indomaret dan Alfamart, serta mall besar seperti sekarang, Golden Campus dan Mirota Kampus adalah pioner.

Sungguh ironis ketika minim tulisan yang memuat tentang Golden Campus. Bahkan sekadar informasi siapa pendirinya, kapan berdirinya, dan seterusnya, dan seterusnya. Semoga catatan kecil ini menambah jumlah informasi yang akan tercatat oleh Google dan Golden Campus tidak benar-benar hilang dari ingatan masyarakat Yogyakarta.

BACA JUGA Membandingkan 5 Cabang Mirota Kampus. Mana yang Jadi Juara? Dan kisah menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Fitriawan Nur Indrianto

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 8 Juni 2022 oleh

Tags: Galeria MallGolden CampusMalioboro MallMirota Kampusswalayan di YogyakartaUGM
Fitriawan Nur Indrianto

Fitriawan Nur Indrianto

Penulis. Kini tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
ugm.mojok.co
Pendidikan

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa” Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.