Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Framing Media Menyandera Jokowi yang Dituduh Melarang Penjualan Rokok Ketengan

Framing yang disebarkan seperti ini justru bakal menjadi wacana di publik, dan hal hal ini justru akan menyandera Presiden Jokowi dalam kebijakan soal rokok ketengan.

Aditia Purnomo oleh Aditia Purnomo
27 Desember 2022
A A
Framing Media Menyandera Jokowi yang Dituduh Melarang Penjualan Rokok Ketengan MOJOK.CO

Framing Media Menyandera Jokowi yang Dituduh Melarang Penjualan Rokok Ketengan MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Framing yang dilakukan beberapa media justru menyandera Presiden Jokowi. Padahal, Presiden tidak pernah bilang melarang penjualan rokok ketengan.

Kemarin, Senin (26/12) ramai soal kabar pelarangan penjualan rokok ketengan. Kabar ini tersebar lewat begitu banyak media, mulai dari yang media kecil hingga media raksasa kelas nasional. Semua berita itu mengatakan satu kebohongan yang sama: Presiden Jokowi melarang penjualan rokok ketengan. Padahal, kenyataannya, Presiden tidak berkata kalau “sudah” melakukan pelarangan.

Persoalannya, hal tersebut sama sekali tidak benar. Tidak ada aturan pelarangan penjualan rokok eceran yang dikeluarkan oleh pemerintah dan diumumkan oleh Jokowi. Coba tengok Keputusan Presiden, kamu tidak akan menemukan landasan dari kebenaran soal larangan penjualan rokok ketengan. Tidak ada sama sekali. 

Sumber berita yang digunakan banyak media adalah Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 2022 tentang program penyusunan peraturan pemerintah. Jika kita mencermatinya, di salah satu rancangannya, membahas soal rancangan perubahan Peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang rokok. Salah satu poin yang terbahas di rancangan tersebut adalah usulan pelarangan penjualan rokok ketengan. 

Jika kamu membaca sekilas saja, khususnya buat yang awam bahasa hukum, pasti akan mengira bahwa pemerintah, dalam hal ini Jokowi, akan melarang penjualan rokok ketengan. Namun, patut diingat, media itu bukan seorang awam. Media harusnya bisa melihat isi Keputusan Presiden tersebut dengan lebih jernih dan benar. Sebabnya, Keputusan Presiden itu hanya berisi tentang Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang akan dibahas tahun depan, tidak kurang dan tidak boleh dilebihkan. 

Coba baca baik-baik, di Keputusan Presiden tersebut ada begitu banyak RPP yang dibahas pemerintah tahun depan. Misalnya, yang paling penting, RPP tentang Pencegahan Kekerasan Seksual. Ada juga RPP tentang penyertaan modal negara. Namun, dari sekian banyak RPP di Keppres tersebut, kenapa cuma soal rokok yang dibahas media? Atau lebih tepatnya, kenapa bisa poin usulan pelarangan penjualan rokok ketengan yang justru menjadi berita utama? Apakah hanya karena ada kata kunci Jokowi di sana?

Pertanyaan tersebut jelas tak bisa saya jawab. Saya bukan wartawan atau anggota perkumpulan wartawan. Kalau cuma menuduh media dan wartawan (apalagi yang tergabung di satu aliansi), tentu nggak baik. Meski ya kita sama-sama tahu selalu ada program beasiswa liputan dengan tema mendiskreditkan rokok dari perkumpulan jurnalis hampir di setiap tahunnya. 

Hanya, ada satu hal yang pasti. Ada banyak media yang telah menyebar kebohongan terhadap publik terkait isu ini apalagi menggunakan nama Pak Jokowi di sana. Sedihnya, kebohongan media terkait rokok ini bukan hanya baru sekali terjadi. Misalnya seperti hoaks pemerintah menaikkan harga rokok menjadi Rp50 ribu pada 2016. Ada banyak media yang juga ikut menyebarluaskan kebohongan tersebut. 

Sekadar mengingatkan, pada 2016 hokas rokok Rp50 ribu itu dimulai dari situs ecek-ecek yang membuat artikel dengan judul “Kebijakan Pemerintah!! Mulai hari ini harga rokok naik menjadi Rp50.000/bungkus”. Dari artikel tersebut, kemudian media ikut menyebarluaskan hoaks ini ke publik. Bukannya insyaf, kabar bohong ini justru dijadikan media sebagai wacana publik. Sebuah kegilaan nyata yang dilakukan media. 

Dan pada isu larangan rokok ketengan ini, media kembali melakukan kebodohan dengan membuat berita seakan pemerintah telah melarang hal tersebut. Dengan judul “Tahun Depan Jokowi Larang Rokok Ketengan”, tentu saja publik akan menganggap bahwa hal tersebut telah terjadi, padahal ya tidak seperti itu kenyataannya. 

Bahkan dengan menyatakan “akan” saja, itu sudah keliru. Pak Jokowi tidak pernah bilang seperti itu. Ingat, prinsip RPP itu adalah usulan yang masih akan dibahas. Misalnya Kementerian Kesehatan sebagai pihak yang mengajukan usul bisa menjadikan RPP ini untuk dibahas pemerintah, tapi belum tentu Kementerian lain akan menerima usulan tersebut. Bisa saja tahun depan, rancangan revisi PP 109 ini akan kembali mentah seperti yang terjadi di tahun ini. 

Kalau kemudian usulan rancangan tersebut ditolak, kan kemudian pemerintah tidak melarang penjualan rokok ketengan. Kata “akan” yang media gunakan di judul-judul itu jadi tidak benar, dan bukan menjadi fakta. Lagipula, hal yang sebatas usulan tentu bukan berarti sudah melarang. Masa ya Keputusan Presiden soal rancangan disebut sebagai aturan baru. Ingat, ini baru rancangan. Logika hukum paling dasar seperti ini saja masa redaktur media besar tidak memahaminya?

Harusnya media itu menuliskan fakta dan kenyataan, bukan malah menggiring opini. Kalau mau menggiring opini ya setidaknya jangan menjadikan itu sebagai tulisan berita. Kalau media kemudian sudah tidak lagi menjadikan kebenaran atau fakta sebagai landasan membuat berita, siapa lagi yang bisa dipercaya untuk menyebarkan kebenaran?

Hal ini tentu menjadi bukti bagaimana kualitas media di Indonesia. Sudah cuma modal judul bombastis seperti “Presiden Jokowi Melarang Penjualan Rokok Ketengan”, kemudian juga tidak mau atau tidak bisa melakukan verifikasi terkait sumber berita yang digunakan. Kemudian, ketika ada satu atau dua berita dengan judul tersebut, media-media lain pun mengekor kebodohan tersebut dengan menyebar ulang kebohongan terhadap publik. 

Iklan

Dan sekali lagi, framing yang disebarkan seperti ini justru bakal menjadi wacana di publik, dan hal hal ini justru akan menyandera Presiden Jokowi dalam kebijakan soal rokok ketengan. Biar gimana, yang namanya kebijakan itu harus mengakomodir semua pihak. Jangan sampai karena kesalahan media menyebar hoaks, kebohongan itu justru dipercaya dan menjadi tuntutan pada Pak Jokowi untuk mewujudkannya.

BACA JUGA KNPK: Sri Mulyani Memang Ingin Membunuh Industri Strategis Bangsa Ini dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Aditia Purnomo

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 27 Desember 2022 oleh

Tags: jokowiKeputusan Presiden Nomor 25 tahun 2022rokok eceranrokok ketengan
Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Asli Tangerang, tinggal di Jogja. Tukang review hape baru. Pernah ganti hape 50 kali dalam 3 tahun.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.