MOJOK.CO – Nasi padang bukan sajian biasa, ia adalah makanan yang punya segudang filosofi luar biasa.
Di Indonesia ini, rasanya tak ada yang nggak tahu dengan sosok Mohammad Hatta. Kalau sampai ada orang Indonesia yang nggak tahu siapa Hatta, niscaya layak diragukan ke-Indonesia-annya. Kalau ia adalah penggemar berat Iwan Fals, niscaya layak diragukan ke-OI-annya.
Mohammad Hatta adalah salah seorang founding fathers negara kita. Ia merupakan putra bangsa terbaik yang lahir dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Entah kenapa bundo kanduang Sumatera Barat banyak melahirkan putra-putra terbaik yang punya andil besar di negeri ini. Sebut saja Sutan Sjahrir yang revolusioner itu, atau seorang filsuf besar bernama Ibrahim yang bergelar Datuk Sutan Malaka a.k.a Tan Malaka, juga tentunya Agus Salim sang juru runding terbaik bangsa ini!
Sederet nama besar itu (minus Fadli Zon) lahir dan dibesarkan dalam budaya Minang yang kental. Budaya adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tentunya mereka pahami betul. Sebagai orang Jawa plek by blood (dari turunan), saya kerap merasa bahwa Suku Minang über alles. Urang Minang ditakdirkan sebagai bangsa multitalented dan multitasking. Bagaimana tidak, hampir seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa kita pasti diisi oleh orang Minang.
Semua sepakat bila mengatakan orang Cina menguasai segala-galanya, bahkan saya sering mendengar pameo bahwa “Tuhan menciptakan alam semesta, dan isinya buatan Cina”, namun satu-satunya orang yang bisa menandingi kehebatan dan keuletan orang Cina ya cuma orang Minang.
Coba lihat saudagar-saudagar pakaian, bisa dipastikan 99% mereka ber-DNA Sumbar. Apalagi kalau kalian mampir ke Kedutaan Besar Sumatera Barat di Jakarta, yakni Tanah Abang, pasti kalian merasa seperti berada di Kampung Malin Kundang. Karena skill hidup merantau dan pandai berdagang, pastinya hitung-hitungan ekonomi mereka jago banget. Urusan negosiasi juga pasti ulung dan jempolan.
Betapa saya membayangkan anak hasil kawin silang antara orang Cina dengan orang Minang pasti menghasilkan bibit unggul Olimpiade Ekonomi.
Saking dahsyatnya Minang, Negeri Paman Sam saja sampai takut sekali dengan Nagari Minang ini. Mereka menciptakan Unarmed Aerial Vehicle alias Pesawat Tanpa Awak. Ini berarti tak boleh ada Urang Awak yang bisa naik ini pesawat! Gokil men.
Lantas apa sih rahasia kehebatan orang Minang?
Setelah saya teliti selama hampir 15 menit, ternyata kunci kehebatan orang Minang terletak pada nasi Padang.
Bagaimana tidak, sedari kecil mereka terbiasa makan masakan Padang. Ibukota menjadi saksi kunci bagaimana rivalitas antara Warung Tegal (mewakili Orang Jawa) versus RM Padang. Setiap jengkal tanah di Jakarta, sudah dipastikan sepertiganya akan diisi oleh Warteg dan RM Padang, bahkan tak jarang terjadi sinkretisme yang menimbulkan RM Padang-Jawa.
Jejaring RM Padang ini tersebar di seantero jagat raya. Bahkan jumlah kecamatan seluruh Indonesia bila dibandingkan dengan populasi RM Padang ini, indak ado apo-aponyo. Kalau Elon Musk beneran mau menghuni Mars dengan Space-Xnya, saya yakin pasti sudah ada uda-uda yang ikut tender buka waralaba di sana. Selain menang jaringan, RM Padang juga sangat kompetitif dan egaliter. Lihat saja variasi harga Nasi Padang, mulai dari paket murah meriah hingga sekali makan bisa beli NMAX (ini kalau yang makan panitia tujuh belasan).
Nasi Padang memiliki makna filosofis yang dalam. Lihatlah nasi yang tercetak estetique di piring anda, itu menandakan orang Minang pantas jadi saudagar percetakan. Nasi yang menggunung mencerminkan Ngarai-ngarai yang dikelilingi sawah khas iklan RCTI. Lalu tanpa ampun, nasi tadi diguyur dengan siraman kuah gulai bak siraman rohani jelang berbuka puasa. Menentramkan hati.
Untuk lauk, kalian bisa memilih sesuai dengan way of life kalian. Bila hidup kalian kurang berprinsip dan cenderung ikut arus, maka pilihlah Ayam Pop. Kalau rebel sedikit ya Ayam-Underground. Untuk kamu yang selalu dirundung kesedihan cobalah menikmati Cincang. Irisan daging lembut yang diiris tipis seakan mewakili hati ini yang masih cinta namun teriris oleh luka.
Bila kita orang yang sabar, maka jelas pilihan jatuh pada rendang. Proses memasak rendang yang lama menunjukan orang Minang adalah tipikal penyabar. Kesabaran akan teruji saat menggigit rendang yang alotnya macam karet ban aspira. Pergulatan antara perut yang lapar dengan gigi yang bertarung keras, menimbulkan sensasi tersendiri.
Untuk kamu yang suka tantangan maka gulai kepala kakap adalah pilihan yang sangat cocok. Bagaimana tidak, harga kepalanya saja sudah mahal apalagi sampai buntutnya! Menantang sekali bukan?
Kita sering terjebak pada perdebatan sengit akhir zaman mengenai Mengapa Nasi Padang dibungkus kelihatan lebih banyak? Sudahlah, kita sudahi perdebatan itu. Kita semua punya pendapat dan pijakan filosofis masing-masing. Yang jelas, bagi saya pribadi, ketika nasi Padang dibungkus, maka di situlah letak makrifat dari sebuah nasi Padang.
Ketika nasi dan segala lauk pauknya sudah masuk dalam satu liang lahat, maka si uda akan mengguyur dengan kuah gulai diselingi dengan colekan bumbu rendaang di atasnya. Setelah itu, kertas itu ditutup dan ‘cetaaakkk’ bunyi karet yang ditarik dan dilepaskan kembali itu membuat bumbu di dalamnya kaget dan berlarian merasuk ke dalam pori-pori nasi tadi. Di sanalah kuncinya, Bung.
Ia menawarkan sensasi kejut saat bungkusan itu dibuka nanti saat sudah sampai rumah.
Bayangkan, bahkan untuk seporsi nasi Padang, kita bisa memanen serangkai mutiara hikmah. Pastilah orang-orang di balik nasi Padang itu orang hebat belaka. Orang-orang bijak dan linuwih yang bisa membuat banyak orang SEPAKAT dalam ke-SEDERHANA-an.