Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Buat Apa ‘New Normal’ Kalau Keambyaran Ini Emang Udah Normal?

Rulli Rachman oleh Rulli Rachman
21 Mei 2020
A A
Buat Apa ‘New Normal’ Kalau Keambyaran Ini Emang Udah Normal?

Buat Apa ‘New Normal’ Kalau Keambyaran Ini Emang Udah Normal?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau dipikir-pikir, kenapa new normal? Kenapa mesti baru (new)? Padahal semua keadaan ambyar ini kan emang sudah normal.

Menarik mencermati ucapan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, beberapa waktu yang lalu.

Beliau mengatakan bahwa dalam waktu dekat ada potensi 63 persen wilayah Jabar bisa kembali berkegiatan sosial ekonomi pendidikan dan ibadah dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan atau cara baru atau the new normal.

Istilah ini belakangan memang sering kita baca di mana-mana. Istilah ini mulai digaungkan oleh mereka yang sudah merasa putus asa dengan kondisi saat ini dan menyangka kalau kehidupan sudah tidak bisa kembali seperti sedia kala.

Padahal kalau dipikir-pikir, kenapa mesti baru (new), padahal saat ini semua keadaan sudah normal-normal saja.

Dasar pertimbangan Ridwan Kamil mengungkapkan hal di atas tadi salah satunya karena tingkat lalu lintas yang menurun drastis sebagai efek dari PSBB yang diterapkan. Misalnya di kota Bandung.

Ya iyalah, menurun drastis. Karena yang disorot biasanya jalan-jalan protokol utama di kota Bandung seperti Jalan Asia Afrika, Braga, Jalan Merdeka, dan lain-lainnya.

Jalan-jalan utama tersebut memang sepi, lengang karena akses menuju ke sana ditutup. Kendaraan dialihkan untuk melintasi jalur lain. Padahal kalau mau sedikit susah payah ke selatan atau ke timur, misal ke daerah Antapani, kehidupan akan terlihat berlangsung dengan normal-normal saja.

Pada bulan suci Ramadan, bulan ketika tidur siang dihitung sebagai ibadah, dan rebahan di rumah sedang didukung oleh Pemerintah, istilah PSBB tidak mengendorkan semangat para pedagang untuk menggelar lapak takjil dadakan. Bahkan ada beberapa lapak yang antreannya berjubel, seolah tak mau kalah dengan kerumunan  pembeli di outlet McD Sarinah.

Yah, kayak kehidupan normal saja.

Apalagi kalau waktu menjelang berbuka, jalanan akan mulai padat dan macet tanpa diketahui dengan jelas apa penyebab kemacetan. Lah, bukannya memang normalnya seperti itu bukan?

Perekonomian drop di segala aspek kehidupan? Ah, siapa bilang?

Dengan melonjaknya jumlah karyawan yang bekerja di rumah alias WFH, kecepatan belanja online meningkat drastis (setidaknya untuk beberapa waktu ini).

Segala macam kebutuhan bisa didapatkan secara online, mulai dari sayur-mayur, sembako, sepatu, baju, segalanya. Para petugas pengantar paket sibuk lalu-lalang. Bahkan mobil BMW serie 3 touring pun sekarang bisa dibeli secara online lewat Tokopedia!

Iklan

Di kanal Youtube vlogger Om Mobi, stok mobil ini malah sudah sold out. Luar biasa! Rupanya ada juga beberapa orang yang mengisi waktu ngabuburitnya dengan membeli mobil. Ckckck.

Saya juga jadi sering belanja online, bukan membeli mobil tapi membeli barang-barang dagangan teman-teman yang saya kenal. Mereka harus bertahan hidup karena tidak ada solusi dari Pemerintah perihal nasib mereka.

Tapi, bukankah memang normalnya seperti itu? Justru tidak lazim alias new normal kalau Pemerintah sanggup mendistribusikan bantuan sosial dengan adil dan merata. Bakalan tidak lazim kalau Pemerintah ujug-ujug bisa membantu rakyatnya untuk melaksanakan lockdown betulan.

Jadi, kalau situasinya jadi kayak gini karena abainya Pemerintah? Di mana letak new normal itu coba?

Belum dengan kabar tempo hari, di mana beredar foto keramaian penumpang pesawat di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.

Melihat cara berpakaian dan koper-koper yang diangkut mereka, saya sangsi apakah mereka betul-betul berangkat kerja (bukan mudik) dan mempunyai surat dinas masing-masing. Tapi ingat, bukan hal yang normal kalau orang Indonesia tidak punya banyak cara akal-akalan.

Luangkan waktu sejenak untuk cek aplikasi belanja online seperti Bukalapak, niscaya kita akan menemukan format surat perjalanan dinas yang sudah dijual bebas. Harganya pun bervariasi, tapi masih dalam rentang puluhan ribu rupiah.

Memang kreatif orang-orang kita. Apapun bisa dijual. Benar-benar seperti kondisi normal saja.

Dari beberapa aspek yang saya ceritakan tadi, kehidupan kita sekarang memang sudah normal-normal saja. Kalaupun sekarang terlihat bagaimana tidak akurnya Pemerintah Pusat dengan Pemprov DKI soal data, atau tidak sinkronnya kebijakan tiap instansi perihal mudik pulang kampung.

Tunggu dulu. Lah bukannya memang normalnya seperti itu yak?

Sebentar, sebentar. Justru menjadi tidak normal, kalau Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat akur banget dalam bekerja. Bakalan nggak normal kalau Menteri Budi Karya, Menteri Luhut, Menteri Terawan, dan Gubernur Anies Baswedan bekerja sama dengan kompak untuk mengatasi masalah ini.

Malah jadi tidak normal juga, manakala Pemerintah mau dengan hati-hati untuk mempersilakan warganya yang berusia di bawah 45 tahun mulai beraktivitas kembali, dengan pertimbangan bahwa bisa jadi di rumah mereka ada anggota keluarga yang masih rentan terhadap penularan virus corona.

Menjadi tidak normal pula, ketika Pemerintah mau dengan serius mengevaluasi dan mengontrol dengan ketat pelaksanaan PSBB yang diserahkan ke Pemda.

Sehingga bagi mereka-mereka yang telah sungguh-sungguh menaati untuk tetap di rumah saja, tidak merasa dikerjain (di-prank) ketika mereka melihat kehidupan di luar sana justru seperti normal-normal saja.

Hm, benar-benar negeri yang normal.

BACA JUGA Terima Kasih Kemenkes Udah Kasih Penghargaan ke Achmad Yurianto atau tulisan Rulli Rachman lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2020 oleh

Tags: aniesbukalapakcoronaCOVID-19new normal
Rulli Rachman

Rulli Rachman

Artikel Terkait

Z sarjana ekonomi di Undip. MOJOK.CO
Kampus

Apesnya Punya Nama Aneh “Z”: Takut Ditodong Tiba-tiba Saat Kuliah, Kini Malah Jadi Anak Emas Dosen di Undip

27 November 2025
Dirty Vote Jika 02 Menang, Zaman Kegelapan Sudah Menanti MOJOK.CO
Esai

Dirty Vote Menunjukkan Bahwa Indonesia Bisa Masuk Zaman Kegelapan kalau 02 Menang

14 Februari 2024
Dirty Vote: Kebenaran yang Tidak Bisa Dinikmati Rakyat Biasa MOJOK.CO
Esai

Dirty Vote Menghadirkan Data yang Luar Biasa Terkait Kecurangan Pemilu 2024, tapi Sayangnya Tidak Ditonton Rakyat Biasa

12 Februari 2024
rektor ugm koesnadi hardjasoemantri penemu KKN.MOJOK.CO
Sosok

Mengenang Prof Koesnadi: Rektor UGM di Era Anies dan Ganjar, Pencetus KKN yang Membuat Semua Mahasiswa Tersentuh

6 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

6 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Sayonara, JogjaROCKarta.MOJOK.CO

Sayonara, JogjaROCKarta

8 Desember 2025
down for life, the betrayal.MOJOK.CO

Down For Life Rilis Video Musik “The Betrayal” di Hari HAM Sedunia, Anthem bagi Mereka yang Dikhianati Negara

10 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.