Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Barangkali Perasaan Sangat Dekat dengan Tuhan Adalah Cobaan Terberat bagi Orang Saleh

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
14 Januari 2021
A A
orang saleh
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setiap manusia punya cobaan dalam hidup masing-masing, dan bagi orang saleh, salah satu cobaan terberat baginya adalah perasaan dekat dengan Tuhan. 

Alkisah, ada seorang lelaki bernama Yaakov yang tinggal di tepian sungai. Ia pemeluk agama yang saleh. Suatu hari, sungai meluap hingga ke tepian. Semakin lama, air yang meluap semakin banyak. Akibatnya, hampir separuh kampung tempat tinggal Yaakov digenangi air.

Rumah Yaakov pun hampir tenggelam. Terpaksa ia naik ke tingkat atas rumahnya. Saat berdiri di sana, seseorang yang naik perahu datang dan menyuruh Yaakov naik ke perahunya. “Tidak! Tuhan akan menolongku,” kata Yaakov tanpa basa-basi. Maka orang itu pun pergi.

Semakin lama, air terus bertambah tinggi sehingga Yaakov harus naik ke genteng rumahnya. Perahu lain datang dan lelaki yang mengendarainya menawari Yaakov ikut dengannya. “Tidak! Tuhan akan menolongku!” Yaakov kembali menolak. Lelaki itupun berlalu.

Air semakin tinggi hingga akhirnya benar-benar menggenangi atap. Yaakov berusaha mencari pijakan yang lebih tinggi. Ia kemudian memanjat cerobong asapnya. Saat itulah kemudian datang helikopter yang segera menurunkan tangga. Pilot helikopter menyuruh Yaakov memanjat tangga dan naik ke helikopter. Tapi sekali lagi Yaakov tetap dengan sikapnya, menolak tawaran penyelamatan.

“Apakah yau yakin?” Tanya pilot.

“Ya, sangat yakin,” jawab Yaakov dengan ekspresi dingin yang tak berubah, “Aku yakin Tuhan akan menolongku.”

Akhirnya, air bertambah tinggi dan menenggelamkan Yaakov. Ia pun tewas.

Setelah mati, Yaakov pun bertanya kepada malaikat yang sudah menunggunya, “Mengapa Tuhan tidak menolongku?”

“Dia sudah mengirimkan dua perahu dan satu helikopter. Kurang apa lagi?” Malaikat balik bertanya.

Entah bagaimana kelanjutan anekdot di atas, apakah Yaakov mau menerima penjelasan sang malaikat dan menyesali keputusannya atau ia justru mendebatnya. Saya juga tidak tahu apakah sesungguhnya Yakoov itu orang saleh atau naif. Atau barangkali, ia adalah orang saleh yang naif.

Kita sering mendengar cerita-cerita seperti itu dari para darwis yang menerapkan laku tawakal secara ekstrem dan akhirnya menjalani kehidupan secara pasif. Annemarie Schimmel pernah menukil cerita tentang seorang darwis yang tercebur sungai Tigris. Ketika seseorang ingin menolongnya sang Darwis menolak. Katanya, sejak zaman azali Tuhan telah menentukan apakah ia akan selamat atau mati tenggelam saat jatuh ke sungai Tigris.

Barangkali memang salah satu jenis godaan orang saleh adalah perasaan sangat dekat dengan Tuhan. Perasaan semacam itu kadang-kadang bisa menipu dan membuat orang jadi aneh. Orang bisa menjadi punya perasaan paling benar, paling tahu apa yang dikehendaki Tuhan, bahkan pada titik yang paling kurangajar, punya perasaan bahwa Tuhan seharusnya bertindak sesuai dengan kemauannya.

Sikap-sikap seperti ini, tidak hanya membuat kehidupan beragama kehilangan nuansa kegirangannya, tapi juga berbahaya. Di antaranya karena sikap itu memicu munculnya kecenderungan bersikap otoriter dalam menafsirkan agama.  Otoritarianisme tidak saja berupaya membatasi ekspresi keagamaan, tapi juga menutup teks agama dari kemungkinan tafsir lain. Otoritarianisme menganggap bahwa dirinya adalah wakil yang paling sah dari Islam atau bahkan Tuhan sendiri.

Iklan

Dalam otoritarianisme, orang akan dengan mudah bilang, “dalam Islam” atau “menurut Alquran” sambil meyakini bahwa pendapat yang lain bukan Islam atau tidak sesuai dengan Al-Qur’an. Padahal kita tahu Islam begitu luas dan al-Quran memiliki dimensi yang kaya.

Sejarah menyimpan banyak contoh tentang ini. Baru-baru ini, di salah satu grup WhatsApp saya, ada seseorang yang membagikan postingan yang menyebut bahwa Pak Quraish Shihab sesat. Gara-garanya, Pak Quraish tidak memiliki pandangan yang sama dengannya tentang jilbab. Beliau bahkan membiarkan putrinya tampil di depan umum tanpa jilbab menutupi kepalanya.

Dalam penyesatan tersebut, keragaman tafsir dan pendapat tentang jilbab lenyap. Mereka yang berbeda pendapat langsung menjadi sesat. Padahal dalam dunia Islam, pendapat soal jilbab bukan main banyaknya. Namun, sikap otoriter mana mau tahu soal itu. Kebenaran hanya satu, yaitu seperti yang dia pegangi karena hanya itu yang menurutnya direstui oleh Tuhan. Maka, diskusi dianggap hanya buang-buang waktu dan energi.

Di sinilah otoritarianisme lalu melahirkan banyak kontradiksi. Islam yang katanya terbuka tapi menutup diri rapat-rapat dari keragaman. Islam yang katanya menjunjung tinggi perbedaan menjadi demikian anti terhadap perbedaan pandangan. Surga pun hanya menjadi miliknya. Ia tidak mau rame-rame masuk ke sana.

Saya membayangkan, ketika Yaakov akhirnya dimasukkan surga, ia mungkin akan bertingkah seperti kisah jenaka tentang seorang lelaki meninggal dan berjalan menuju surga.

Sebelum tiba di gerbang surga, langkahnya dicegat oleh malaikat penjaga. Kepada lelaki itu dijelaskan bahwa gerbang surga tidak bisa dibuka begitu saja. Orang yang melewatinya harus lulus tes terlebih dahulu.

“Tes apa?” tanya lelaki itu kaget.

“Kau harus mengeja sepatah kata,” jawab malaikat.

“Oke, kata apa yang harus dieja?”

“Cinta,” ujar malaikat.

Maka dengan mudah lelaki itu mengeja c-i-n-t-a.

“Bagus, kau boleh masuk,” kata malaikat.

Dengan berlenggang kangkung, lelaki itu pun berjalan memasuki surga. Namun sejurus kemudian, sebelum ia melenggang masuk, ia memberikan pesan kepada malaikat penjaga, agar jika ada lagi yang akan masuk surga supaya dites dengan mengeja kata yang lain. Ia mengusulkan nama yang mungkin selama ini menjadi idolanya: Arnold Schwarzenegger.

Modyar!

BACA JUGA Menjadikan Perbedaan dalam Beragama sebagai Inspirasi ala Romo Bagus dan tulisan Muhammad Zaid Su’di lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2021 oleh

Tags: orang salehTuhan
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Cerita Mereka yang Berhasil Stop Main Judi Online Setelah Kehilangan Segalanya: Kalah Puluhan Juta, Ingin Resign dari PNS, Tapi Bisa Taubat Gara-Gara Grup Facebook.MOJOK.CO
Esai

Tentang Sebuah Kampung yang Ketagihan Judi Togel

4 Januari 2024
Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini? MOJOK.CO
Kilas

Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini?

25 Desember 2023
Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku. MOJOK.CO
Kilas

Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku

4 Juni 2023
Tuhan Itu Apa
Esai

Bapak, Tuhan Itu Apa?

14 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.