Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Bank Digital Nggak Laku Lagi karena Nggak Ramah “Saldo Kecil kayak Orang Miskin”

Christian Evan Chandra oleh Christian Evan Chandra
20 November 2023
A A
Bank Digital Nggak Ramah Saldo Orang Miskin MOJOK.CO

Ilustrasi Bank Digital Nggak Ramah Saldo Orang Miskin. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

#2 Fasilitas kurang ramah untuk saldo rendah

Awalnya, banyak orang mengenal dan menyukai bank digital karena memiliki berbagai fasilitas. Mulai dari bebas biaya administrasi, bebas saldo minimum, bebas biaya penutupan, bebas biaya transfer ke bank lain, dan bebas biaya tarik tunai di berbagai ATM. 

Sayangnya, kini, beberapa bank digital mempersyaratkan saldo tertentu untuk bisa memiliki fasilitas ini atau kita harus membayar sama seperti di bank pada umumnya. Misalnya, Digibank membuat syarat saldo minimum Rp5 juta untuk menghindari biaya administrasi Rp10 ribu per bulan. Ini lebih mahal dari biaya administrasi BCA Xpresi di Rp7.500 per bulan. Saldo Rp5 juta ini cukup besar untuk kita yang uang di rekening hanya lalu-lalang, alias gaji bulanan pas-pasan untuk hidup.

#3 Untuk orang tertentu, menggunakan bank digital malah lebih mahal

Setelah Jenius mengenakan biaya administrasi bulanan Rp10 ribu per bulan, teman kerja saya masih mau menggunakan karena ada fitur kartu debit virtual berjaringan internasional. Kartu kredit ini bisa digunakannya untuk berbelanja online di merchant luar negeri. 

Hal ini terus bertahan sampai BCA beralih dari kartu debit Paspor BCA lama yang ikonik dan tidak bercip itu ke kartu bercip, di mana nasabah punya pilihan untuk memilih jaringan GPN atau Mastercard sekalipun ada di jenis tabungan Xpresi. Sekarang, bagaimana perbandingannya jika dilakukan antara BCA Xpresi dengan Blu?

Bagi mereka yang aktif menggunakan kartu Flazz dan senang mengisinya sedikit-sedikit, atau mayoritas transaksinya adalah transaksi tunai dan juga senang menarik uang sedikit-sedikit, masih lebih menguntungkan untuk menggunakan BCA Xpresi. Tarik dan setor tunai di ATM BCA kena biaya jika melebihi limit bulanan, top up Flazz kena biaya. Pengguna Blu juga dikenakan biaya lebih mahal jika ingin melakukan top up saldo OVO atau GoPay miliknya.

Bagaimana dengan bank digital lainnya? Mereka masih memiliki jaringan ATM karena aslinya dikonversi dari bank konvensional tetapi terbatas. Bertransaksi dengan mesin ATM lain bisa membuat nasabah terkena biaya. Maklum, konversi menjadi bank digital dilakukan sebagai usaha agar mereka lebih laku di pasar.

#4 Aplikasi digital bank konvensional sudah canggih

Kita bukan berada di era ketika KlikBCA sebagai layanan internet banking BCA harus menggunakan metode LLG atau RTGS untuk transfer dana ke bank lain. Sekarang adalah era di mana aplikasi mobile banking bank konvensional sudah bisa digunakan untuk membentuk rekening tabungan berjangka, deposito, sampai berinvestasi reksadana dan obligasi. Batas penggunaan rekening juga bisa diatur. Keunggulan aplikasi bank digital sudah tidak terasa lagi.

#5 Kekhawatiran atas terjaminnya dana

Kita tahu bahwa alasan menabung di bank adalah keamanan dananya sekalipun bank itu bangkrut, tetapi jika dijamin oleh LPS dan itu berarti bunganya harus wajar. Demi menarik minat nasabah, bank digital ini haruslah menawarkan suku bunga yang lebih menarik dari bank konvensional sampai-sampai bank tertentu berani menawarkan suku bunga yang berada di atas batas penjaminan LPS dan itu berarti tidak dijamin. Belum lagi, bank digital tertentu memberikan promosi tambahan seperti misalnya tiket konser gratis sampai member get member. Nah, masalah berlanjut ketika bank-bank ini harus memutar dana nasabah demi bisa meraih keuntungan.

Bertarung di segmen KPR, kredit kendaraan bermotor, dan kredit usaha akan kalah saing dengan bank konvensional ternama. Sudah bunganya lebih murah karena memang modalnya lebih murah, mereka juga lebih dikenal masyarakat karena lebih dulu ada di pasar. 

Jadilah bank digital ini putar otak dengan lebih banyak mengandalkan bisnis kartu kredit, kredit tanpa agunan, sampai PayLater dengan risiko bisnis lebih besar. Ditambah lagi ini masih tergolong baru sehingga aplikasinya lebih sering bermasalah dan saldo nasabah raib tanpa kejelasan sampai harus komplain ke pihak bank. Tentu lebih aman dan tenang menaruh uang di bank konvensional yang produknya terjamin LPS dan operasionalnya stabil.

Lha, kita tahu sendiri bank konvensional berskala besar seperti BCA, Bank Mandiri, dan BSI saja tidak luput dari masalah teknologi yang berdurasi cukup panjang, tetapi bisa diselesaikan dengan baik pada akhirnya tanpa kerugian nasabah. Penerima pinjamannya jelas dan sebagian besar beragunan. Tabungan dan depositonya dijamin LPS dengan bunga yang wajar.

Alasan hype-nya semakin berkurang

Kondisi terbalik terjadi pada beberapa bank digital sampai saat tulisan ini dibuat. Misalnya, deposito SeaBank, deposito Bank Raya (BRI Digital) yaitu Saku Jaga Optimal untuk tenor minimal enam bulan, deposito Blu bertenor satu bulan untuk nilai minimal Rp500 juta, juga Kantong Terkunci dan deposito dari Bank Jago. Jika mereka berani menawarkan suku bunga deposito di kisaran 5% sampai 6% per tahun, berapa suku bunga pinjaman yang harus diberikan? Sebagai informasi, KPR BCA berani menawarkan suku bunga di bawah 7% per tahun dan tetap sepanjang periode pinjaman untuk tenor hingga delapan tahun.

Itulah alasan mengapa hype bank digital di Tanah Air berkurang. Semoga sih, bank konvensional lain tidak latah mencoba membentuk bank digital baru sebagai anaknya dan kalian yang tidak butuh-butuh amat ya tidak perlu ikut-ikutan. Kita tentu lebih berharap jika bank konvensional yang sudah ada menghemat beban dan juga menurunkan biaya layanan. Belum lagi, mereka bisa membuat sistem layanannya menjadi ala carte.

Misalnya, tidak perlu bayar biaya kartu ATM jika tidak butuh, tidak perlu biaya buku tabungan jika tidak butuh, bisa lebih murah, kan? Deposito online diberikan bunga lebih tinggi karena tidak butuh dokumen bilyet dan penarikannya juga tidak butuh bantuan fisik karyawan bank.

Iklan

Penulis: Christian Evan Chandra

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Alasan Orang Malas Menggunakan Bank Digital dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 20 November 2023 oleh

Tags: bank digitalBank MandiriBCAbri digitalBSIkpr bca
Christian Evan Chandra

Christian Evan Chandra

Pecinta ilmu aktuaria dengan hobi seputar menulis, kuliner, dan gadget.

Artikel Terkait

BCA Raih Tiga Penghargaan Internasional: Kukuhkan Posisi sebagai Bank Terkuat, Perusahaan Terbaik, dan Paling Dipercaya di Dunia MOJOK.CO
Ekonomi

BCA Raih Tiga Penghargaan Internasional: Kukuhkan Posisi sebagai Bank Terkuat, Perusahaan Terbaik, dan Paling Dipercaya di Dunia

25 Oktober 2025
Pagelaran Sabang Merauke Pukau 28.000 Penonton, Rayakan Kekayaan Budaya Lewat Hanya Indonesia yang Punya MOJOK.CO
Kilas

Pagelaran Sabang Merauke Pukau 28.000 Penonton, Rayakan Kekayaan “Hanya Indonesia yang Punya”

28 Agustus 2025
Rayakan HUT ke-80 RI, BCA Hadirkan Promo Mulai Rp17 Ribu di Puluhan Merchant MOJOK.CO
Kilas

Rayakan HUT ke-80 RI, BCA Hadirkan Promo Mulai Rp17 Ribu di Puluhan Merchant

16 Agustus 2025
BCA Lebih Pintar Mengurus Rakyat ketimbang Pemerintah MOJOK.CO
Esai

Kenapa Pemerintah Suka Sekali Ribet dan Menyusahkan Warga yang Mau Mengurus KTP, padahal Bisa Belajar dari Cara BCA Membantu Nasabahnya yang Kehilangan ATM?

15 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.