Apakah para pejabat juga melakukan hal yang sama?
Pertanyaan besarnya adalah, apakah para pejabat terkait betul-betul melakukan hal yang sama seperti ASN Jakarta? Bukan soal selfie-nya. Melainkan, naik transportasi umum secara rutin dan membiasakan hal tersebut sehari-harinya. Tanpa keterpaksaan, tanpa beban, dan bukan untuk pencitraan.
Sebab, saya meyakini bahwa, sebaik-baiknya contoh dan ucapan, adalah tindakan yang dilakukan secara nyata. Termasuk soal membiasakan naik transportasi umum. Selalu ada yang janggal jika yang didesak hanya bawahan, sedangkan atasan masih suka ugal-ugalan.
Jika memang tujuan awalnya adalah untuk mendorong penggunaan transportasi umum oleh ASN Jakarta, pemerintah mesti kompak dan sepakat untuk meningkatkan kualitas dari transportasi publik.
Selain tarifnya terjangkau, yang dibutuhkan oleh para pekerja adalah transportasi umum yang cepat, aman, dan nyaman. Tidak lupa juga, terintegrasi satu sama lainnya. Apalagi jika tarifnya bisa dijangkau oleh banyak kalangan.
Meski belum bisa dikatakan sempurna, sejauh ini, yang mendekati kriteria tersebut bagi kebanyakan pekerja dan ASN Jakarta adalah KRL dan Transjakarta. Makanya, nggak heran jika dua moda ini nyaris selalu penuh, sesak, dan padat. Bukan hanya pada hari kerja, tapi juga di akhir pekan.
Lagi dan lagi, ketimbang membuat kebijakan yang selama prosesnya dengan mudah diakali, akan lebih baik jika pemerintah setempat fokus kepada pengembangan transportasi umum yang lebih baik. Prosesnya mungkin tidak cepat, biayanya pun tidak sedikit. Tapi, paling tidak, ada pergerakan yang cukup baik.
Sederhana, tapi, masih enggan dilakukan. Padahal, transportasi umum yang layak, aman, dan nyaman, bisa menjadi investasi jangka panjang bagi semua kalangan. Termasuk kelas pekerja dan ASN Jakarta.
Saatnya meningkatkan kualitas
Saya pikir, bisa dimulai dari penambahan armada sekaligus jadwal yang berdekatan dan teratur, yang diimbangi dengan maintenance mumpuni. Tidak ada gap waktu yang membuat para penumpang mesti berlari dan terburu-buru saat ketinggalan KRL, Transjakarta, MRT, atau LRT.
Kalaupun ketinggalan, ya, sudah. Tinggal menunggu sebentar saja, sekitar 5 menit sudah tiba armada lainnya. Sehingga, tidak perlu khawatir akan datang atau pulang terlambat.
Asumsinya, akan berdampak baik bagi para pekerja dan ASN Jakarta yang sehari-harinya memang sudah langganan naik transportasi umum. Sederhana saja, berangkat yang nggak perlu kepagian. Pulang juga nggak khawatir akan telat karena harus menunggu lama.
Yah, meski masih jauh dari kenyataan. Setidaknya, harapan itu dijaga tetap disimpan. Ketimbang bikin aturan yang rada aneh dan gampang diakalin, kan.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA ASN Wajib Hindari 4 Godaan Ini agar Karier Kalian Tidak Hancur Lebur! dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.











