Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Andai Risma Beradu “Pisuhan” Dengan Ahok

Ndari Sudjianto oleh Ndari Sudjianto
13 Agustus 2016
A A
Andai Risma Beradu "Pisuhan" Dengan Ahok

Andai Risma Beradu "Pisuhan" Dengan Ahok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanggal 11 Agustus kemarin, emboke arek-arek Surabaya murka. Walikota Surabaya Tri Rismaharini merasa kotanya direndahkan oleh Basuki Tjahaja Purnama. Risma tak terima Surabaya dinilai hanya seluas Jakarta Selatan, padahal wilayahnya mencakup separuh Ibu Kota.

Risma membandingkan APBD Surabaya yang hanya Rp 7,9 triliun dibanding Jakarta Rp 64 triliun. Dia juga mengklaim mampu menerapkan manajemen pemerintahan dengan uang yang hanya sebesar itu untuk membangun trotoar, sekolah gratis, kesehatan gratis bahkan memberi makan orang-orang jompo setiap hari.

Risma dan Ahok memang tengah menjadi sorotan media massa dan jejaring sosial terkait perebutan kursi Gubernur Jakarta. Salah satu persamaan dari keduanya adalah cepat marah. Namun, saya melihat ada yang kurang dan berbeda marahnya Risma kemarin dibanding Ahok.

Ahok terkenal dengan kosakata umpatan atau makian yang khas seperti “taik”, “pemahaman nenek lu”, “bodoh”, hingga “brengsek”. Ini membuat Ahok di atas kertas unggul dalam kosakata emosi. Nah, agar berimbang dan “pertarungan” tetap seru, Risma agaknya perlu melawan dengan kata-kata yang punya konteks serupa tetapi lebih nyurabaya.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa Indonesia memang diberkahi keanekaragaman hayati dan pisuhi. Karenanya, suasana tegang antara Ahok dan Risma ini sangat cocok dijadikan sebagai ajang perkenalan kosakata-kosakata pisuhan dari pihak yang bersangkutan. Jika Ahok sudah memperkenalkannya sejak lama, maka rasanya, inilah saatnya bagi Risma untuk tampil dan memperkenalkan kosakata pisuhan alias umpatan khas Surabaya.

Nah, Sebagai orang yang pernah jadi penduduk Surabaya selama lima tahun dan ndilalah pernah mencecap kepemimpinan Risma selama satu setengah tahun, saya akan membantu beliau mendata dan mengenalkan beberapa pisuhan Surabaya kepada khalayak luas. Siapa tahu, setelah beliau menjadi Gubernur Jakarta nanti #eh, saya dipanggil ke Balai Kota untuk menjadi tim humas atau minimal penulis naskahnya Risma. Ngarep ga apa-apa kan, bu?

Jancuk 

Jancuk merupakan kosakata umpatan Surabaya yang paling terkenal di daerah luar. Ada banyak versi tentang asal mula kata Jancuk, salah satu yang paling populer adalah Jancuk berasal dari kata jaran ngencuk, alias kuda yang sedang berhubungan badan.

Jancuk sering digunakan waktu marah dan diartikan selaku kata “brengsek”, “sialan”, “ngehe” dan sejenisnya. Namun sejatinya, kata jancuk mempunyai arti lebih dari itu.

Kata jancuk bisa mempunyai arti seperti “what” di kalimat “What a wonderful world” atau “What a handsome boy”. Arek Surabaya sering menggunakan ini ketika melihat gadis cantik, “Jancuk, ayune rek, mboke nyidam opo?!”

Bagi orang Jawa kebanyakan, kata Jancuk itu termasuk kata yang cukup tabu dan kasar untuk diucapkan karena memang punya konotasi yang negatif. Namun, penduduk Surabaya, Gresik, Malang, dan sebagian daerah Jawa Timur justru menggunakan kata tersebut sebagai identitas komunitas mereka, sehingga kata “Jancuk” kemudian memiliki perubahan makna ameliorasi (perubahan makna ke arah positif).

Saya jadi teringat cerita ketika teman-teman saya asal Surabaya kuliah ke Yogyakarta. Setiap kali mereka di warung makan, Ibu pedagang nasi selalu memasang wajah takut atau mungkin was-was saat mendengar percakapan mereka.

“Cuk, koen athe mangan opo?” tanya salah satu teman dengan logat Surabaya.

“Podo ae, cuk. Melok,”

Iklan

Ibu penjual nasi ini mungkin khawatir bakal terjadi perkelahian di warungnya. Padahal pertanyaan itu bila diartikan berbunyi, “Bro, mau makan apa?”

Nah, jika diaplikasikan pada “perseteruan” Risma-Ahok, kata jancuk ini bisa digunakan Risma untuk menegur Ahok. “Cuk, lek athe ngomong dipikir disik,”

Tembelek kingkong

Tembelek artinya tahi. Bayangkan melihat tahi kingkong, bau dan ukurannya. Penggunaan idiom tembelek kingkong ini tak mutlak digunakan, bisa digantikan jenis binatang lain. Orang Surabaya sering menggantinya dengan tembelek gajah, tembelek sapi, asal binatang yang mempunyai ukuran badan dan tai yang besar.

Bila Ahok sering menggunakan kata “taik” untuk mengumpat, Risma bisa memakai tembelek kingkong atau tembelek gajah. Ukuran tai binatang jelas lebih besar dan menjijikkan daripada kotoran manusia.

Bisa dibilang, “taik”-nya Ahok itu nggak ada setaik-taiknya “tembelek”-nya Risma…

Makmu kiper 

Makmu kiper, artinya ibumu penjaga gawang. Di permainan anak-anak kampung Surabaya, biasanya penjaga gawang dipilih karena tak ahli menggocek bola. Kiper kerap ditempati anak-anak kecil yang tak punya kemampuan tapi ingin ikut bermain. Kalau ibumu dianggap kiper, artinya dianggap tak capable mengelola sesuatu.

Makmu kiper ini bisa digunakan untuk melawan Ahok saat sang petahana berkata “Pemahaman nenek lu”. Karena sama-sama menyangkut harkat dan martabat keluarga, perlu dibela sepenuh harga diri.

Dengkulmu sempal

Saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya mempunyai dengkul yang tak presisi, alias sempal. Idiom “dengkulmu sempal” itu setara dengan “otakmu dipakai tidak”, “matamu ditaruh mana”, dan lain sebagainya. Penggunaan di Surabaya bisa diganti dengan kata lain asal melibatkan anggota tubuh. Bentuknya seperti “matamu suwek”, “untumu njepat”. Jujur saya sendiri juga bingung mengartikan idiom-idiom ini ke dalam Bahasa Indonesia. Bagaimana bentuk mata yang sobek atau gigi yang melenting ke atas?

Risma bisa menggunakan ini ketika Ahok lagi-lagi dianggap meremehkannya Kota Surabaya. “Dengkulmu sempal, Hok, masak Surabaya dianggap kota kecil.”

 

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: ahokfeaturedJancukPilkada DKIRisma
Ndari Sudjianto

Ndari Sudjianto

Artikel Terkait

Ide Bodoh Ridwan Kamil untuk Atasi Kemacetan Jakarta MOJOK.CO
Esai

Ide Nggak Masuk Akal Ridwan Kamil: Datangkan Psikolog dan Ustaz Keliling untuk Atasi Kemacetan Jakarta

3 September 2024
Sialnya Warga Banjarsari Solo, Dekat Rumah Jokowi tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Esai

Surat Terbuka untuk Jokowi 2014, Tolong Selamatkan Kami dari Jokowi 2024

13 Februari 2024
Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012. MOJOK.CO
Kilas

Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012

6 Juni 2023
gibran bertemu rocky gerung mojok.co
Kilas

Temui Rocky Gerung, Gibran Ingin Ketularan Genius

27 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.