Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pengalaman ‘New Normal’ di Arab Saudi: Denda Senilai Berangkat Haji sampai Takut Kebelet Boker di Masjid Nabawi

Dinar Zul Akbar oleh Dinar Zul Akbar
4 Juni 2020
A A
Pengalaman ‘New Normal’ di Arab Saudi: Denda Senilai Berangkat Haji sampai Takut Kebelet Boker di Masjid Nabawi

Pengalaman ‘New Normal’ di Arab Saudi: Denda Senilai Berangkat Haji sampai Takut Kebelet Boker di Masjid Nabawi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Arab Saudi udah masuk fase new normal. Maklum, denda pelanggaran saat lockdown aja cukup buat bayarin haji untuk satu muslim Indonesia. Tekor langsung.

Setelah lebih dari dua bulan dalam masa karantina, 31 Mei lalu wilayah Kerajaan Arab Saudi telah memasuki fase new normal. Angka positif COVID-19 berangsur turun di bawah rata-rata 2k per harinya. Sebelumnya, kasus positif bisa menyentuh angka rata-rata 2.500-2.800 orang per harinya.

Dari data yang saya dapat di tempat tinggal saya di Madinah, jumlah kasus ketika saya menulis ini mencapai 89.011 dari angka tersebut jumlah kasus yang aktif sebanyak 22.672, tingkat kesembuhan cukup tinggi mencapai 65.790 orang, jauh melampaui kasus aktif dan angka kematian cukup rendah sebanyak 549 jiwa. Adapun jumlah orang yang sudah dites mencapai 853.987.

Yaaa, saya sih nda mau banding-bandingin sama negara yang penduduknya doyan banget bilang kadrun-kadrun. Faktanya, negara ini bisa dibilang sukses dalam menangani COVID-19.

Uniknya, menurut data yang saya pernah baca pula, jumlah kasus positif COVID-19 di Arab Saudi ini 60 persennya justru menimpa para pendatang, pekerja-pekerja imigran. Sisanya 40 persen dialami oleh penduduk pribumi. Itu artinya Arab Saudi mengeluarkan sumber dayanya justru untuk melayani kebutuhan warga asingnya.

Tentu sumber daya Kerajaan Arab Saudi yang melimpah menjadi salah satu kunci dalam menekan penyebaran virus ini. Plus… fasilitas kesehatan yang memadai, gelontoran uang yang mereka miliki, dan—yang paling penting—nda adanya gimmick-gimmick yang keluar dari pejabat kerajaan.

Selama saya mengikuti pemberitaan di sini, yang sering muncul di layar kaca adalah Menteri Kesehatannya serta juru bicara resmi kementrian kesehatan. Kedua orang ini pun komunikasinya jelas dan tanpa banyak basa-basi.

Sedikit info saja, ternyata Menteri Kesehatan Arab Saudi ini bukan orang yang berlatar belakang kesehatan. Beliau dari sisi pendidikannya ternyata orang IT. Anehnya, pernyataan yang keluar dari mulutnya jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan daripada seorang menteri di sebuah negara yang jelas-jelas belatar belakang kedokteran.

Meski begitu, sinyal keberhasilan Arab Saudi mengatasi COVID-19 ini tentu ada peran dari disiplin tinggi dari para warganya. Ketika masjid ditutup, nda ada yang membandel untuk membuka masjid atau bahkan misuhi pemerintah dengan tuduhan menghalangi ibadah.

Walaupun, mungkin ini ada kaitannya juga dengan peran penegakan aturan yang luar biasa tinggi. Hal yang ikut mempengaruhi kedisiplinan para penduduk Arab Saudi. Asal situ tahu, di sini itu asal ada pelanggaran, biasanya ada denda yang besarannya lumayan bikin mehong.

Ketika masih ada jam malam misalnya. Denda yang dibanderol nda main-main jumlahnya. Sepuluh ribu riyal Saudi, alias cukup untuk biaya haji satu muslim Indonesia atau beli skinker yang bisa bikin glowing satu kecamatan.

Lantas mengapa masih banyak yang terkena virus ini di Arab Saudi?

Sebagaimana sudah saya sebutkan tadi, kebanyakan (60 persen) virus ini hinggap di antara para pendatang yang umumnya bekerja di sektor-sektor informal. Mereka ini biasanya hidup mengontrak dalam sebuah rumah dengan jumlah penghuni yang nda sedikit.

Di sisi lain, menyusul keadaan new normal di Arab Saudi ini, banyak fasilitas publik sudah mulai dibuka seperti masjid, pusat perbelanjaan, tempat makan, bandara, terminal, dan perkantoran. Tentu hal ini diikuti dengan standar keamanan dan kesehatan yang sangat ketat.

Iklan

Untuk kegiatan akademik masih belum dibuka karena sekarang masih masa liburan musim panas. Dan biasanya awal tahun ajaran baru baru dibuka pada bulan September.

Seluruh aturan tadi berlaku untuk semua provinsi di wilayah kerajaan, terkecuali provinsi Mekkah al Mukaromah. Di sana, masih berlaku aturan lockdown 24 jam. Fasilitas umum juga masih ditutup.

Keputusan ini bisa dipahami mengingat angka COVID-19 tertinggi memang ada di Mekkah. Dan di kota ini pula seluruh ritual haji akan berlangsung. Jadi pemerintah kerajaan akan memaksimalkan upaya yang ada untuk menekan penyebaran virus di kota yang dijuluki al ‘ashimah al muqoddasah itu.

Bicara tentang haji, memang belum ada informasi resmi dari kementerian haji dan umroh. Pak Menteri, Muhammad Soleh Bantani (yang masih keturunan orang Banten) masih belum memberikan informasi terkait ibadah agung ini.

Meski begitu, saya pribadi optimis haji tahun ini akan tetap ada walau dengan keterbatasan di sana-sini. Entah hanya mengundang beberapa negara saja atau bahkan hanya penduduk Saudi saja—atau malah hanya penduduk Mekkah saja.

Karena kalau sampai ibadah akbar ini gagal terlaksana. Bisa dibayangkan kesedihan yang menimpa kaum muslimin. Terkecuali—barangkali—ustaz-ustaz akhir zaman karena akan dapat bahan ceramah lagi terkait huru-hara akhir zaman. Eaaa.

Pihak Kemenag RI sendiri, setahu saya, sudah menyatakan nda akan memberangkatkan jamaah haji. Hal yang diprotes sama DPR karna dianggap nda komunikasi sama mereka. Aduh, duh, Pak, di jaman wasap, efbe, i-ge, sampai tiktok begini kok ya masih ada aja alasan nda ada komunikasi sih?

Satu hal yang jelas, sampai nanti akhir bulan Syawal, Arab Saudi masih masa penyesuaian new normal. Jam malam masih aktif namun sebatas dari jam 8 malam sampai 6 pagi. Rencananya nanti ketika bulan Zul Qaedah jam malam akan betul-betul ditiadakan.

Pengalaman fase new normal ini beneran saya rasakan baru kemarin, ketika saya bersama seorang teman mengunjungi Masjid Nabawi. Berbekal masker dan sajadah kami berangkat. Masker ini sangat penting selain untuk alasan kesehatan, soalnya barang siapa yang nda mau maskeran siap-siap harus rogoh kocek sebesar seribu riyal buat bayar denda.

Sebelum zuhur sampailah kami di tengah siang panas musim panas yang panasnya melebihi tamparan guru lagi razia rambut siswa gondrong. Protokol kesehatan begitu ketat diberlakukan. Kamera termal pemeriksa suhu dipasang di tiap-tiap pintu masuk yang sudah ditentukan.

Tadinya saya khawatir mengingat aturan Kemeterian Wakaf dan Keislaman yang ada, bahwa setiap WC di masjid harus ditutup. Namun, Alhamdulillah, WC Masjid Nabawi tetap dibuka.

Kekhawatiran saya sangat beralasan dong. Coba kalau tiba-tiba mules? Mau ditunaikan di mana itu hajat? Mau mengamalkan ajaran ortu dulu untuk senantiasa menggenggam batu ketika mules menyerang yaa kan nda mungkin nanti dikira ke nabawi mau tawuran.

Di dalam masjid, semua hadirin lengkap memakai masker dan membawa sajadahnya masing-masing. Kami pun berdiri sesuai tanda yang sudah disiapkan oleh pengurus masjid. Kalau ada orang yang nda berdiri di tanda itu, siap-siap bakal ditegur polisi.

Kurang lebih ada jarak 1,5 meter saf di antara jamaah. Hal ini tentu makruh kalau kondisi biasa, namun karena ini kondisi yang nda biasa maka berlaku kaidah dar’ul mafasid muqoddam ala jalbil mashalih. Menghindari bahaya lebih diutamakan dari pada menghasilkan kemanfaatan.

Jadi buat kamu yang masih pertahanin toxic relationship dengan alasan masih sayang atau hanya sekadar mendapat status nda dianggap jomblo yaaa baiknya putusin aja pacar kamu. Lagian dalam Islam kan nda ada pacaran, adanya ta’aruf. Indonesia-Tanpa-Pacaran-detected.

Di tambah salat berjamaah yang berjarak ini juga sesuai dengan kaedah yang lain, ma la yudrok kulluhu la yutrok kulluhu, sesuatu yang nda bisa dikerjakan seluruhnya yaa mbok jangan ditinggalkan semuanya. Salat Jemaah mempunyai keutamaan yang banyak, kalau masih bisa dikerjakan walau dengan saf yang berjarak tentu masih jauh lebih mending daripada nda mengerjakan sama sekali.

Namun, plis, mohon diingat, kaidah ini hanya berlaku dalam hal beribadah saja. Kalau dalam hal percintaan yaaawes kalo kamu sudah nda dapat hatinya doi ya baiknya tinggalkan seluruhnya. Jangan masih nda move on dengan stalking-stalking medsosnya. Nanti kalau kepencet love malah hanya meninggalkan luka di hati dan membutuhkan klarifikasi. Eh.

BACA JUGA Jadi Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi Berarti Siap Ditanya Harga Kurma sampai Letak Istana Dajjal atau tulisan Dinar Zul Akbar lainnya.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2020 oleh

Tags: Arab SaudiMasjid Nabawimekkahnew normalSaudi Arabia
Dinar Zul Akbar

Dinar Zul Akbar

Asli Betawi. Sedang menyelesaikan kuliah pascasarjana di Islamic University of Madinah.

Artikel Terkait

Pengalaman sopir di Arab Saudi yang mendaftar sebagai petugas haji. MOJOK.CO
Ragam

Cerita Orang Kudus 20 Tahun Menjadi Sopir di Arab Saudi, Punya Tugas Khusus Cari Jemaah Haji Nyasar 

13 November 2024
Ragam

Hanya Orang Sabar yang Bisa “Kerja” sebagai Petugas Haji untuk Jemaah Indonesia, Hadapi Banyak Hal Tak Terduga

10 Oktober 2024
Felix Siauw Seharusnya Pro Syiah Iran Sejak Dulu MOJOK.CO
Esai

Coba Bayangkan Kalau Sejak Dulu Felix Siauw Pro Iran, Israel Pasti Sudah Rata dengan Tanah!

17 April 2024
Umroh: Menyaksikan Tingkah Polisi Arab yang Menyebalkan MOJOK.CO
Esai

Umroh: Menyaksikan Tingkah Polisi Arab yang Menyebalkan

6 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.