Tahun lalu boleh jadi tahun yang ramai bagi industri ponsel cerdas. Banyak jenama mengeluarkan produk-produk andalan mereka. Sebut saja Apple (iPhone 7), Samsung (Galaxy S7), LG (V 20), Xiaomi (Mi Mix), dan juga Google (Pixel). Semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Rasanya makin sulit menentukan pilihan terbaik saat memilih gajet.
Sebermula dari kebosanan memakai iPhone 5S yang mulai ketinggalan zaman seperti Si Doel, saya mulai berselancar mencari referensi gajet yang cocok untuk menggantikan iPhone 5S. Sempat tertarik kepada iPhone 7, tapi kok ya iPhone lagi iPhone lagi.
Bagaimana dengan Samsung? Wah, memangnya saya sebegitu putus asanya sampai mesti pakai ponsel Samsung? Samsung itu bagi saya hanya cocok buat kelas menengah yang gaptek. Apalagi waktu itu Samsung sedang goyah karena kasus ledakan baterai Note 7 yang memilukan sekaligus memalukan itu. Banyak pengguna kecewa dan berhati-hati membeli Note 7. Jadi jelas, Samsung otomatis saya coret dari opsi pengganti berikutnya.
Pilihan gajet saya akhirnya condong ke Google Pixel.
Saya kemudian lanjut mencari informasi seputar ponsel Google ini. Banyak review dari situs teknologi yang menyatakan bahwa Pixel adalah ponsel Android terbaik saat itu dengan harga sedikit lebih miring ketimbang iPhone (sekitar 10 jutaan). Tak salah lagi, saya akhirnya mantap memutuskan untuk membelinya.
Setelah menggunakan Pixel kurang lebih tujuh bulan, berikut ini adalah beberapa keunggulan si Pixel yang sudah saya rasakan dibandingkan dengan ponsel lain.
Kamera Terbaik
Resolusi kamera 12 MP (kamera utama) dan 8 MP (kamera depan) milik Pixel bisa dibilang kombinasi yang siap tempur. Namun, bukan semata karena piksel kameranya yang sudah mumpuni, tetapi fitur HDR+ yang membuatnya spesial.
HDR+ adalah peningkatan dari fitur HDR yang banyak dipakai pada gajet Android saat ini. Ia adalah sebuah mode high-dynamic range yang memungkinkan jepretan kamera yang sangat lebar dengan warna impresif. Bahkan dalam keadaan pencahayaan yang ekstrim. HDR+ diklaim Google sanggup menjepret gambar berbasis HDR dengan sangat cepat. Sehingga hasil foto yang diperoleh menjadi lebih spesial.
DxOMark—situsweb pemeringkat kualitas gambar pada hasil jepretan kamera, mengganjar Pixel dengan nilai 89, tertinggi ketika itu di jajaran kamera smartphone. Persis di bawahnya, yaitu skor 88 adalah Samsung Galaxy S7 Edge, HTC 10 dan Sony Xperia X Performance. Belakangan nilai 89 ini digeser oleh performa kamera HTC U11 (skor 90).
Kamera iPhone 7 (skor 86) yang dikenal bagus seperti tidak ada apa-apanya dibanding Pixel. Membandingkan keduanya seperti menjejerkan Agus Mulyadi dan Francesco Totti. Mau diajak foto dengan cahaya minim atau di dalam ruangan, berani. Di luar ruangan, apalagi. Ditambah fitur video stabilization bikin kamera ini adalah pilihan yang tidak buruk.
Perangkat Keras dan Lunak terbaik
Di dapur pacu, RAM 4GB di jeroan, Pixel cukup untuk mendukung performa edan Snapdragon 821. Alhasil performa lancar jaya bagai cicilan mobil bulan-bulan awal. Belum lagi dukungan sistem operasi Android murni yang bebas dari aplikasi-aplikasi kurang penting, semakin membikin saya menyayangi ponsel ini.
Teknologi Snapdragon 821 yang koheren dengan keandalan sistem operasi Nougat 7.1 bikin baterai lebih awet. Saya pernah pakai Pixel tanpa bawa pengisi daya sekitar 31 jam. Untuk pemakaian harian rata-rata kurang lebih di angka 20 jam. Ketika mengisi ulang daya pun, fitur fast charging-nya sangat membantu.
Satu lagi, teknologi pemindai sidik jarinya asoi banget. Secara ergonomis letaknya pas dengan telunjuk saya. Apalagi kalau dibandingkan Galaxy S8 yang letak pemindai sidik jarinya alay banget itu.
Jack 3.5mm
Ini adalah fitur “kuno” yang bikin Pixel punya pembeda dibandingkan iPhone 7. Bagaimanapun jack 3.5mm itu masih dibutuhkan buat yang suka mendengarkan musik atau nonton Youtube. Kebanyakan headset yang ada di pasaran sekarang juga masih menggunakan jack 3.5mm.
Apple ketika itu beralasan membuang teknologi ini untuk memangkas ketebalan perangkat anyarnya. Biarpun belakangan lubang kenikmatan ini bakal dihilangkan di Pixel 2, pilihan menggunakan jack 3,5mm di Pixel sudah cukup menyudutkan iPhone 7.
Heh, bagaimana rasanya kena gocek Tim Cook?
OK Google
Fitur asisten digital sebenarnya adalah jualan utamanya Pixel. Kamu cukup mengucapkan OK Google, maka asisten digital yang luar biasa pintar ini akan merespons. Kalau kamu pernah mencoba berinteraksi dengan Siri, Google Assistant akan memberikan sensasi berbeda sekaligus pengin menginjak Siri yang ada di iPhone-mu.
Siri begitu kental dengan kesan robotik dan miskin dialog. Google Assistant jauh lebih cerdas. Ibarat Google Assistant adalah lulusan S2, Siri masih berusaha kejar paket C, bro. Google Assistant sudah bisa diajak bermain gim—kadang mereka yang menawarkan, diminta mengirim pesan via Whatsapp atau Telegram ke daftar kontak yang ada di buku telepon, dan masih banyak yang lainnya.
Apple kayaknya punya pekerjaan rumah mahaberat untuk membuat Siri tidak tampak bodoh di depan Google Assistant. Bahkan, kalau kamu kurang kerjaan, Google Assistant bisa dimintai bantuan menerjemahkan lirik lagu Despacito, lho!
Penyimpanan Tak Terbatas
Google menyediakan dua pilihan kapasitas penyimpanan internal pada ponsel ini, yaitu 32GB dan 128GB. Menariknya, mereka memberikan fasilitas penyimpanan awan Google Drive tak terbatas bagi para pengguna untuk menyimpan foto dan video.
Dengan kamera resolusi tinggi, ukuran file foto dan video yang dihasilkan sudah pasti bakal memenuhi kapasitas memori. Apalagi Pixel mendukung format video UHD 4K (30 fps), memori internal habis adalah keniscayaan dan penyimpanan awan adalah kunci.
Android Terbaru
Pixel bukan produk Android pertama Google. Mereka sempat merilis label Nexus yang berkolaborasi dengan banyak vendor ponsel. Nexus dianggap gagal oleh Google, meskipun mendapat sambutan hangat di kalangan geek.
Setelah melalui perencanaan yang matang, Google merilis Pixel. Yang membuatnya berbeda adalah Google melabelinya sebagai ponsel Google, meskipun implementasinya mereka tetap menunjuk vendor tertentu untuk proses produksi. Di halaman situswebnya, Pixel percaya diri menggunakan slogan ‘Pixel, Phone by Google – Made By Google’.
Jika dulu Nexus selalu mendapat antrean awal dalam proses update, maka sekarang giliran Pixel yang mendapatkan privilese tersebut. Android Oreo yang diluncurkan 21 Agustus 2017 lalu, sekarang sudah bisa dinikmati pada Pixel kesayangan saya. Di Samsung-mu kapan, bro?
***
Biarpun Pixel tampak begitu superior, saya tetap merasakan ada beberapa kekurangan. Yang terkini adalah sulitnya mencari pelindung layar Pixel di Jakarta. Jikapun ada, ukurannya tidak pas.
Pixel sebenarnya juga tidak dijual secara resmi di Indonesia karena tidak memenuhi standar mengada-ada bernama TKDN-kerjaan-sahabat-buzzer-itu. Beruntung saya punya teman yang kaya dan hobinya bolak-balik Amerika-Indonesia, sehingga saya bisa nitip doi. Pertimbangan lain, jika di Indonesia ada yang menjual Pixel, selisih harganya bisa buat beli Beat seken yang biasa dipakai narik ojek online. Lumayan parah.
Kalau kamu punya intensi seperti saya, kelas menengah yang kafah dan selalu ingin tampil terdepan meski dikejar ketakutan bayar katering pernikahan dan KPR, monggo beralih ke Pixel dan buang ponselmu yang lama dan ora mbejajik itu.
Tapi, kalau cuma punya bajet terbatas, gaji gak lebih dari UMR, dan nihil proyek sampingan, ya sudah, smartphone merek Xiaomi sepertinya lebih pas untuk sampean. Nggak usah terlalu maksa. Hidup ini sebenarnya ringan, yang suka bikin berat itu gengsinya.