Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Penghafal Al-Quran Menutup Telinga saat Mendengar Musik Lebih Baik daripada Jadi Antivaksin

Iman adalah perkara sunyi, sementara wabah dan antivaksin adalah persoalan kita semua.

Arman Dhani oleh Arman Dhani
15 September 2021
A A
Penghafal Al-Quran Menutup Telinga Saat Mendengar Musik Lebih Baik Daripada Jadi Antivaksin MOJOK.CO

Penghafal Al-Quran Menutup Telinga Saat Mendengar Musik Lebih Baik Daripada Jadi Antivaksin MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Iman adalah perkara sunyi, sementara wabah dan antivaksin adalah persoalan kita semua. Jangan kritik penghafal Al-Quran karena menutup telinga!

Belakangan saya sedang gemar sekali mendengarkan lagi musik Emo. Barangkali karena tema kebanyakan musik Emo adalah patah hati. Lirik, musik, dan ekspresi estetik mereka pas di telinga saya. Meski demikian, ya kadang saat share beberapa band emo di Twitter, ada saja yang komentar.

“Kok udah umur segini masi dengerin emo kaya bocah.”

Bagi saya, musik bukan sekadar penanda usia. Misalnya karena sudah lebih dari 30 tahun, saya harus dengerin jazz, atau karena pindah di Jogja mesti suka campursari. Musik semestinya memberi pengalaman personal dan tentunya memberi kebahagiaan.

Kemarin Twitter ramai karena video santri Ma’had Tahfidz Quran yang menutup telinga ketika melakukan vaksinasi. Banyak yang mengkritik para penghafal Al-Quran ini karena dianggap berlebihan. “Mau menjaga iman kok sampai antimusik musik, sampai menutup telinga.” Beberapa menuduh bahwa mereka berlebihan, kalau emang tidak suka ya ditinggalkan, dan musiknya dimatikan.

Sentimen semacam ini lahir bisa jadi karena mengingatkan kita banyak musisi hijrah yang lantas mengharamkan musik. Mantan personel Noah, Uki misalnya, menganggap musik sangat mengganggu karena ada di mana-mana. Maka ketika ada santri yang menutup telinga saat mendengar musik, imaji kita menganggap mereka sebagai kelompok antimusik.

Padahal anggapan ini bisa jadi salah. Yenny Wahid, melalui akun Instagramnya, menjelaskan bahwa bagi penghafal Al-Quran, musik memang bisa jadi berpotensi menyulitkan proses hafalan.

Menurutnya, menghafal Al-Quran bukan pekerjaan mudah, banyak yang mencoba sejak usia dini. Proses mengingat ayat-ayat Al-Quran butuh lingkungan yang tenang dan kondusif, proses konsentrasi, membaca bait demi bait ayat suci, dilakukan secara repetitif dan butuh kerja keras.

Jadi kalau para santri yang menutup telinga untuk menjaga dan hafalan Al-Quran yang dimiliki, ya sah saja. Menutup telinga saat mendengar musik toh bukan indikator radikal atau konservatif, bisa saja musik yang diputar memang jelek. Saya juga kalau harus mendengar glam rock atau hair metal agak gentar juga meski tak sampai menutup telinga.

Seharusnya, di tengah kondisi masyarakat yang super cemas ini, adanya kelompok yang mau divaksin mesti diapresiasi. Bisa saja malah jadi kampanye yang bagus. “Vaksin di tempat kami, tak ada musik, petugasnya dibedakan laki-laki dan perempuan, bagi 100 peserta vaksin pertama akan diberikan rekaman pengajian gratis.” Kita bisa menyasar kelompok konservatif agama yang ragu vaksin dengan lebih baik.

Di kampung saya Bondowoso, untuk mendukung program vaksinasi, pemerintah daerah melakukan pendekatan agama kepada masyarakat setempat. Pendekatan agama dimaksud dengan menyebarkan foto tokoh-tokoh agama yang telah menjalani vaksinasi Covid-19. Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat bahwa vaksin aman dan halal. Sekaligus menangkal kelompok antivaksin yang sering menyebarkan berita bohong di media sosial.

Warga, bekerja sama dengan Puskesmas, berupaya melawan kelompok antivaksin dengan menggelar vaksinasi di halaman musala, bukan di tempat-tempat formal milik pemerintah. Hasilnya, masyarakat tertarik dan mau ambil bagian untuk vaksin. Dari berita yang saya baca, diketahui jika sebenarnya banyak masyarakat yang ingin divaksin namun terkendala misinformasi. Banyak warga yang percaya setelah vaksin kita akan sakit dan langsung mati.

Maka, jika dengan menyelenggarakan pengajian, ketimbang memutar musik, akan mendorong warga untuk vaksin, hal ini layak dipertimbangkan. Bukan hanya kita bisa mencegah kematian akibat Covid, kita bisa mengakomodasi kepercayaan warga tanpa harus menghakimi pilihan personal para penghafal Al-Quran ini.

Mengapa ini penting? Januari lalu, BBC menurunkan laporan yang menyebutkan jika Aceh dan Sumatera Barat adalah dua provinsi dengan jumlah penolak vaksin terbesar. Kesediaan menerima vaksin Covid-19 di Aceh hanya 46% sedangkan di Sumatera Barat sebesar 47%. Kebetulan dua provinsi ini sebagian besar penduduknya adalah umat Islam yang taat. Jika bisa mengajak ulama dan tokoh masyarakat untuk vaksin, barangkali target satu juta vaksinasi per hari bisa tercapai.

Iklan

Mereka yang antimusik sejauh ini tidak punya dampak buruk terhadap masyarakat. Artinya, pilihan keyakinan ini merupakan hubungan personal antara umat dengan Tuhan-nya, sementara antivaksin bisa merepotkan banyak orang. Satu orang yang tidak divaksin berpotensi menulari yang lain, lebih rentan sakit, dan lebih dari itu jika mereka terdampak akan lebih susah sembuh karena mutasi virus yang ada.

Saat ini, ada yang lebih penting daripada mendebat soal haram-halal musik, atau pilihan seseorang untuk tak mau mendengar lagu seperti para penghafal Al-Quran, yaitu keselamatan bersama. Iman adalah perkara sunyi, sementara wabah adalah persoalan kita semua. Hanya karena menurut saya keyakinanmu itu konyol, aneh, dan tak masuk akal, tidak lantas memberikan saya hak untuk merendahkan dan menghina keyakinanmu.

Keyakinan dan imanmu adalah proses pencarian, berpikir, dan refleksi jiwamu. Tapi jangan lupa, ini berlaku dua arah. Kamu juga tak berhak menghina iman dan keyakinan orang lain, apalagi keyakinan para penghafal Al-Quran tersebut.

Saya tak akan memaksamu untuk menerima musik apalagi dengan kekerasan, ancaman, juga teriak kebencian. Tapi jika dengan tidak mendengar musik akan membuatmu mau vakisn, menggunakan masker, dan tetap di rumah. Maka ayo matikan musik yang diputar ini.

BACA JUGA Kenapa sih Pengin Banget Buru-Buru Jadi Penghafal Alquran? dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2021 oleh

Tags: Al-Quranantivaksinmusik haramQuranvaksin
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Pemudik memadati Stasiun Tugu Yogyakarta, Rabu (19/04/2023). MOJOK.CO
Kilas

Vaksinasi Tak Lagi Jadi Syarat Perjalanan, PT KAI Masih Tunggu Aturan Resmi

20 April 2023
penyakit ain mojok.co
Kesehatan

Hati-hati Penyakit Ain! Berikut Ciri-cirinya Menurut Al-Qur’an dan Hadits

4 Januari 2023
vaksin booster mojok.co
Kesehatan

Vaksin Covid Booster Kedua untuk Nakes Dimulai Besok

28 Juli 2022
retno marsudi mojok.co
Luar Negeri

Pasokan Vaksin Covid-19 Global Aman, Hampir 12 Miliar Dosis Telah Disuntikkan

9 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.