MOJOK.CO – Kepolisian Arab Saudi kok berani betul periksa Habib Rizieq Shihab soal bendera tauhid. Memang mereka nggak bisa ya belajar dari Kepolisian Republik Indonesia?
Diperiksanya Imam Besar umat muslim se-Indonesia, Habib Rizieq oleh kepolisian Arab Saudi karena ada bendera kalimat tauhid di depan tempat tinggalnya benar-benar mengejutkan bagi kami. Jelas dong, bagaimana mungkin, orang sesuci beliau sampai dicurigai oleh negara suci seperti Saudi hanya karena memasang bendera suci kalimat tauhid?
Ini jelas-jelas ada konspirasi terselubung yang ingin mengadu domba antara kami dengan Arab Saudi negara rujukan kami dalam berperilaku dan beragama.
Ya kan nggak masuk akal sekali ketika umat muslim di Indonesia yang mengagungkan bendera kalimat tauhid—diwujudkan dengan kemarahan ketika ada oknum Banser membakar bendera tersebut. Hati kami begitu geram bendera tauhid itu dibakar meski pakai alasan karena ingin dihindarkan dari perlakukan yang menghinakan kalimat tauhid di dalamnya. Kalau bagi kami nggak masalah kalau bendera itu diinjak, diduduki, diletakkan di lantai, bahkan sampai masuk kamar mandi, asal tidak dibakar.
Kami ini benar-benar tidak mengerti kok bisa-bisanya kepolisian Saudi mempermasalahkan bendera tersebut di pasang di depan rumah. Kok bisa sih hati mereka begitu takut bener sama bendera tauhid?
Bukankah bendera mereka sendiri juga ada kalimat tauhidnya? Kan ini cuma masalah warna latar belakang saja. Saudi pakai warna hijau dengan tambahan gambar pedang di bawahnya, sedangkan bendera yang mereka permasalahkan itu cuma karena latar belakangnya hitam.
Memangnya bedanya di mana? Itu kan sama-sama kalimat tauhid. Urusan warna atau ukuran atau dipasang di mana kan nggak masalah seharusnya. Mau itu dikira bendera Hizbut Tahrir atau ISIS ya nggak boleh dong dimasalahin.
Itu kan bendera merupakan kalimat syahadat, yang sangat agung bagi kami. Mau itu dipasang sebagai identitas kelompok apa pun ya itu bendera Islam—bendera kami. Dan sebagai negara asal dari agama Islam, harusnya Saudi lebih paham itu dong.
Apalagi kalau alasannya cuma soal sikap paranoid, karena pemerintahan Saudi curiga ada motif politik dari pemasangan bendera itu di tempat tinggal Habib Rizieq. Idih, nggak usah sok-sokan pakai alasan demi urusan stabilitas politik negara. Memang kenapa begitu takutnya sih dengan kalimat tauhid beda warna begitu?
Soalnya setahu kami, cuma setan yang takut sama bendera kalimat tauhid. Kan nggak mungkin banget polisi-polisi itu setan, wong mereka umat muslim kaffah karena orang Arab asli gitu loh. Auto-kaffah gitu lah.
Apa Pak Polisi itu kalau mati nggak mau pakai keranda yang ada tulisan kalimat tauhid juga? Apa mereka mau di keranda mereka nanti pakai penutup kain yang bertuliskan “Saudi Harga Mati”? Kan nggak mungkin banget?
Mereka kan pasti umat muslim yang kaffah banget, nggak mungkin dong mereka mau dibilang sebagai Islam Nusantara yang sesat itu. Ha jelas nggak mungkin banget.
Hal-hal seperti ini pasti ada konspirasi-konspirasi Wahyudi nih yang mau mengadu domba kami dengan Arab Saudi. Yah, cara-cara PeKa-I begitu lah. Kami hafal betul modus-modus begini.
Sampai sekarang kami tak habis pikir. Bagaimana mungkin mereka bisa mencurigai Imam Besar kami, Habib Rizieq sampai harus repot mendatangi untuk menjelaskan bahwa bendera itu bukan beliau yang pasang—tapi orang lain.
Barangkali ini efek domino saja. Soalnya kan kemarin Imam Besar Habib Rizieq menyerukan untuk memasang bendera tauhid di rumah kami masing-masing. Melalui akun twitternya, Habib Rizieq meminta kepada simpatisan Front Pembela Islam dan alumni 212 untuk berani memasang bendera kalimat tauhid di mana pun kami berada.
Ini adalah respons ketersinggungan kami karena ada bendera tauhid yang dibakar di Garut oleh oknum Banser beberapa waktu silam. Ya nggak mungkin dong, sebagai uswatun hasanah bagi umatnya Habib Rizieq tidak pasang bendera ketika meminta umatnya pasang bendera.
Kalau kemudian diakui itu yang pasang orang lain, ya kan bisa saja ada orang Saudi yang terinspirasi sama beliau terus pasang di rumah beliau. Jadi jangan sekali-kali ada yang bilang ini sikap jarkoni. Ya di Saudi kan beda urusannya sama di Indonesia. Kebijakan pemerintahannya kan beda, Bos. Orang Islam di Arab sama orang Islam di Indonesia kan beda kalau urusan khusus macam ini. Nggak bisa disama-samain gitu. Yah, nego tipis-tipis dikit lah.
Tapi untungnya kepolisian Arab Saudi segera menyadari kesalahannya sehingga sudah membebaskan Habib Rizieq dalam tempo yang singkat. Memangnya Imam Besar kami kayak Ahok? Yang diperiksa polisi eh malah dibui 1,5 tahun karena dia memang kriminal. Mana sempat kabur ke luar negeri lagi si Ahok itu.
Beda dong dengan Habib Rizieq yang selalu jauh dari kasus-kasus hukum. Kalau pun ada kasus hukum, beliau dengan gagah berani datang sendirian menghadapi masalahnya. Mendatangi pemeriksaan kepolisian Arab Saudi dengan lantang tanpa takut sama sekali karena benar adalah salah satu fakta keberanian beliau.
Lebih hebatnya lagi, Kepolisian Arab Saudi saja mengakui Habib Rizieq ternyata nggak bersalah. Harusnya Kepolisian Indonesia, yang demen kriminalisasi ulama, belajar banyak dari Kepolisian Arab dari kasus ini. Atau jangan-jangan Kepolisian Arab yang udah belajar dari Kepolisian Indonesia? Ah, nggak tahu deh.
Soalnya kalau Saudi sampai menangkap Imam Besar kami, mereka tentu sudah memikirkan masak-masak gimana jadinya kalau umat 7 juta menggeruduk negara mereka. Jelas mereka kelabakan nanti, lah wong total jamaah haji Indonesia terbanyak cuma 2,3 juta saja mereka udah kerepotan kok. Jumlah yang nggak ada upil-upilnya dengan jumlah umat Habib Rizieq yang sampai 7 juta.
Sekarang yang kami tunggu adalah permintaan maaf dari kepolisian Saudi yang udah bikin repot Habib Rizieq. Kecurigaan tak berdasar mereka juga sudah bikin deg-degan kami umat beliau di Indonesia. Tapi santai, permintaan maaf ini, kami tunggu dalam tempo yang seselo-selonya kok. Santai aja.
Ha gimana mereka yang bikin masalah itu negara Islam jeh, kalau Cina atau Amerika, wah kami bakal langsung seruduk aja karena mereka negara kafir. Jangankan negara kafir, negara kami sendiri aja bisa kami seruduk juga kok.
Lah ini masalahnya yang bikin perkara negara Saudi jeh, negara Arab. Masa iya kami mendemo atau minimal mengritik negara yang lebih kaffah ketimbang kami? Bisa-bisa kami jadi durhaka.