MOJOK.CO – Lokasi ibu kota baru sudah diumumkan Presiden Jokowi di Istana Presiden. Namun ada 4 hal menarik yang perlu disorot dari pengumuman tersebut.
Pengumuman lokasi ibu kota baru Indonesia akhirnya diumumkan oleh Presiden Jokowi di Istana Negara pada Senin (26/08/2019). Ada beberapa hal yang bisa disorot dari pengumuman ibu kota baru dari Presiden Jokowi.
Meski sudah lebih dari satu tahun wacana ibu kota pindah ke Kalimantan sudah jadi isu nasional yang lumayan cukup membosankan, tapi selalu saja isu ini menarik untuk diulik-ulik lagi. Terutama mengenai cara pengumuman Jokowi.
Pertama, adalah soal kata “ideal”. Kita bisa mengutip sebagian pengumuman Jokowi. “Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di bagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,” kata Jokowi.
Penggunaan kata “yang paling ideal” ini sebenarnya menarik, karena bikin kita bertanya-tanya. Salah satunya, pengumuman ini sebenarnya sudah ketok palu atau memang sebatas masih rencana kok masih ada kata “ideal”? Entah teks yang dibacakan Jokowi memang seperti itu, atau Jokowi sedang improvisasi saja.
Bisa jadi penggunaan kata ini merupakan bentuk penekanan saja kalau ibu kota baru yang dipilih nanti memang memenuhi kriteria, meski penggunaan kata ini juga akhirnya membuat posisi dua daerah yang menjadi tujuan ibu kota baru ini jadi nggak jelas-jelas amat. Sebab kalimatnya “yang paling ideal” alih-alih “yang Pemerintah tetapkan”.
Barangkali ini merupakan upaya main aman saja. Agar nanti kalau ternyata perubahan lagi, Pemerintah tinggal bikin klarifikasi, “Oh, yang kemarin itu kan yang paling ideal bla-bla-bla.” Beres urusan.
Apakah bisa kayak gitu? Ya bisa aja, kan itu yang paling ideal, bukan yang sudah ditetapkan.
Itu pertama, hal kedua yang bisa disorot adalah mengenai cara pengumuman Jokowi. Ketika menyebut, “Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah….” ada jeda yang cukup bikin deg-deg-ser selama 8 detik sebelum Jokowi menyebut nama daerahnya.
Ketika memberi jeda itu, mendadak muncul bayangan acara kuis dangdut atau kuis kopi saset yang nggak bikin kembung. Jeda ini malah kayak presenter kontes pencarian bakat yang mengumumkan nama pemenang atau nama peserta yang harus angkat kaki. Hadeh, Pak Jokowi ini memang pinter bikin timing deg-deg-ser biar wartawan pada penasaran.
Hal ketiga yang layak disorot adalah pernyataan Jokowi mengenai alasan pemindahan ibu kota ini tidak bisa dianggap sebagai efek dari cara Pemerintah Provinsi DKI mengelola kota Jakarta belakangan ini.
“Kemacetan lalu lintas yang terlanjur parah, polusi udara, dan ini bukan kesalahan Pemprov DKI, tapi karena besarnya beban yang diberikan ekonomi kepada Jawa dan Jakarta, kesenjangan ekonomi Jawa dan non-Jawa yang meningkat,” kata Jokowi.
Sebenarnya ini juga jadi penegas kalau rencana Jokowi memindahkan ibu kota tidak ada hubungannya dengan keruwetan Jakarta akhir-akhir ini. Apalagi soal isu polusi yang sempat menyerang Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Kebutuhan ibu kota pindah ini merupakan rencana jangka panjang sejak dulu. Jadi ya, tak adil kalau beratnya beban Jakarta ini hanya ditimpakan ke Gubernur yang sedang menjabat.
Hal terakhir yang perlu disorot tentu saja soal nama daerah yang dipilih. Salah satunya yakni di daerah sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Sebuah nama yang punya akar dari Bahasa Sansekerta. “Karta” yang berarti sejahtera, selamat, aman, dan makmur. Sedangkan kata “Negara” dari Bahasa Sansekerta “nagara” yang berarti kawasan atau tempat.
Artinya, kata Kartanegara bisa dimaknai sebagai wilayah pemerintahan yang sejahtera, aman, dan makmur. Tapi ingat, ini daerah Kartanegara ya, bukan Jalan Kertanegara. Anu, soalnya di Jalan Kertanegara konon udah punya presidennya sendiri.
Baca juga Keuntungan Ibu Kota Pindah ke Jogja daripada ke Kalimantan