Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Video TikTok Mbak-mbak Joget Anti-Malu Demi FYP dan Benteng Moral ‘KPI’ versi Netizen

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
25 Mei 2021
A A
Video TikTok Mbak-mbak Joget Anti-Malu Demi FYP dan Benteng Moral ‘KPI’ versi Netizen

Video TikTok Mbak-mbak Joget Anti-Malu Demi FYP dan Benteng Moral ‘KPI’ versi Netizen

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Viralnya video TikTok Mbak-mbak anti-malu yang joget-joget demi FYP bikin banyak netizen gerah. Kamu ngapain sih, Mbaaak?

Jika dulu ada istilah anti-air, kayaknya istilah anti-malu bakal mulai familiar belakangan ini. Terutama dengan mulai masifnya penikmat video TikTok di Indonesia.

Setidaknya gejala itu sudah muncul ketika ada mbak-mbak random yang berulah dengan joget-joget rada ekstrem di beberapa spot yang nggak mashook.

Kamu bisa nonton salah satu contoh video itu di bawah ini.

Dis!
“yA aNgFuN aQ bObRoK bAnGeD”
“Aq SiH oRaNgNyA gA jAiM”pic.twitter.com/4ecYVKWrxw

— AREA JULID (@AREAJULID) May 24, 2021

 

Atau ketika acara kondangan orang kayak di bawah ini.

Ni dia ngulah lagi. pic.twitter.com/HV5Vb01Pta

— gerld (@myIoxylo) May 24, 2021

Buat sampean yang penasaran, “Itu orang yang sama kah?”

Iya, itu mbak-mbak yang sama.

Tentu saja, netizen Indonesia banyak yang menyayangkan tingkah mbak-mbak random ini. Demi video TikTok bisa FYP, mbak-mbak ini rela melakukan “segalanya”.

Sebelum kita ikut mencerca atau marah-marah karena video TikTok tersebut menunjukkan nir-etika dari si mbak-mbak random ini, ada baiknya kita lihat masalah ini agak daleman dikit.

Kalau sampean sempet selo melihat bio dari pemilik TikTok ini, si pemilik akun video TikTok absurd ini memang mengupayakan untuk dapat perhatian ekstra dari netizen Indonesia.

Oleh sebab itu, ketika banyak yang menghujatnya, sebenarnya itu adalah efek samping dari capaiannya. Dibicarakan, viral, kalau bisa FYP, lalu mulai deh buka endors.

Iklan

Setidaknya, itu bisa dibuktikan dengan tangkapan layar akunnya, kalau mbak-mbak yang bersangkutan emang membuka penawaran endors.

Makanya, mau sampean kasih nasihat moral setinggi apapun, nasihat sampean hanya akan nangkring di tong sampah belaka. Sebab, yang dicari emang perhatian sampean-sampean itu. Termasuk ketika saya menulis tulisan ini dan sampean yang bahkan sampai rela baca tulisan ini.

Dalam kacamata mencari potensi ekonomi, mbak-mbak di video TikTok ini bisa dibilang cukup berhasil. Perkara itu mengganggu orang lain (terutama orang-orang nggak kenal di tangkapan video TikTok tersebut) ya bodoamat buat dia.

Ini hal yang tak jauh beda dengan cara Aldi Taher mengais-ngais lagi sisa-sisa popularitasnya dengan bikin postingan-postingan “mengganggu”.

Dengan mengganggu, orang-orang jadi ngeh, lalu membicarakannya. Jika pada titik tertentu itu jadi kontroversi, maka potensi viral atau FYP dalam semesta video TikTok bakal terjadi.

Dalam skema itu, pundi-pundi uang pun mengalir. Diawali dari followers yang meningkat pesat, penawaran endors, sampai diundang sana-sini sebagai seorang influencer.

Sekali lagi, influencer. Perkara meng-influence-nya ini ke arah positif atau negatif, toh setidaknya ada angka-angka kesuksesan yang cukup bisa mengafirmasi (dalam bentuk seberapa sering FYP, jumlah followers, dan tarif endros misalnya).

Nah, skema inilah yang kemudian ingin saya katakan sebagai “aldi-taher-effect”, bagaimana ketika seseorang rela melakukan hampir segala cara agar bisa meraih kepopuleran.

Demi apa? Ya demi duit. Apalagi?

Apakah itu salah? Nah, itu dia pro-kontranya.

Kalau kita lihat di Twitter, banyak orang yang menyayangkan tingkah mbak-mbak ini.  Wajar, di Twitter kan tempatnya orang-orang pinter dan SJW-SJW. Ada standar moral yang lumayan baku lah.

Namun, ketika kita melihat akun TikTok-nya, dengan jumlah followers yang “lumayan” dan likers yang sampai 6,7 juta, itu artinya netizen di video-video TikTok cukup banyak yang menyukainya. Perkara di komen-komennya video TikTok-nya banyak yang menghujat, toh yang follow tetep banyak tuh nyatanya.

Artinya, jika dalam kacamata netizen Twitter itu tindakan amoral, maka hal yang sama belum tentu berlaku bagi konsumen video-video TikTok, terutama buat pendukung mbaknya.

Ini sama kayak orang yang memberi panggung Aldi Taher baru-baru ini, apakah mereka bener-bener “respect” pada usaha Aldi Taher?

Ah, nggak juga. Deddy Corbuzier, Coki-Muslim, sampai Rigen dengan GJLS-nya pun “terpaksa” harus mengakomodasi panggung untuk Aldi Taher karena perhatian netizen emang pada ke sana.

Pasar baru yang diciptakan karena kontroversi semacam itu pada akhirnya kelewat sayang dilewatkan. Akhirnya, motif ekonomi juga yang bicara. Takluk juga mereka si seleb-seleb itu.

Lagian, kalau kita mau balik mundur agak ke belakang. Ketika kita ngamuk-ngamuk ke siaran televisi yang gitu-gitu doang, lalu suka mencak-mencak sama KPI karena sensornya yang suka nggak asyik, ya kayaknya kita perlu “siap” dengan kebebasan di semesta baru bernama media sosial yang kadang tak terkendali kayak gini.

Siap ini bisa diartikan macam-macam ya, termasuk ketika menemukan konten-konten yang tidak sefrekuensi dengan kita gini. Mau marah silakan, mau negur silakan, bahkan mau nge-block pun dipersilakan.

Itu semua adalah kemewahan yang bisa kita dapat sebagai pengguna medsos ketimbang sebagai penonton televisi konvensional.

Hanya saja, kita juga harus siap dengan risikonya ketika menjadi penjaga benteng moral di sana. Siap dikatain sebagai “KPI-KPI baru media sosial” oleh orang-orang yang satu frekuensi dengan pendukung video TikTok absurd model begitu, misalnya.

Gimana? Siap?

BACA JUGA 7 Alasan Orang Perlu Pindah Medsos ke TikTok atau tulisan rubrik POJOKAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2021 oleh

Tags: aldi tahercoki-muslimdeddy corbuzierrigentiktoktrendingtwittervideo tiktokviral
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Ragam

Selamat Datang, Post-Truth: Era di Mana Influencer Problematik Promotor Judol Lebih Dipercaya Ketimbang Ahlinya Ahli

30 Oktober 2024
Live Streaming TikTok Menggiurkan, tapi Menyimpan Kepahitan dan Sisi Gelap MOJOK.CO
Konter

Live Streaming TikTok Menggiurkan, tapi Menyimpan Kepahitan dan Sisi Gelap

4 Januari 2024
Penandatanganan MoU Goto, TikTok, dan UGM MOJOK.CO
Ekonomi

Grup GoTo, TikTok, dan UGM Jalin Kolaborasi Pengembangan Talenta Digital Indonesia

15 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.