Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Infus

Dokter “Sir. Yes, Sir”

Rusdi Mathari oleh Rusdi Mathari
30 Oktober 2017
A A
dokter-mojok-rusdi-mathari

dokter-mojok-rusdi-mathari

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Orang yang memeriksa saya di IGD tentu saja seorang dokter. Dokter muda berperawakan tinggi dan cukup besar yang sedang menempuh pendidikan spesialis ortopedi. Statusnya sama dengan rekan-rekannya yang bertebaran di rumah sakit pemerintah. Bedanya, kalau di rumah sakit lain mereka menyebut diri asisten, di rumah sakit ini mereka menyebut diri dokter residen.

Saya sedang memejamkan mata dan bernapas dalam-dalam ketika suara dokter residen itu saya dengar menyapa. Jasnya putih, di bahunya tergantung stetoskop, tangan kirinya memegang dokumen kesehatan saya, dan ia mengenalkan diri sebagai dokter residen dari ketua tim dokter yang menangani saya.

Namanya Dokter P.

Besoknya dia muncul di kamar perawatan bersama serombongan laki-laki. Sebagian dari mereka berpakaian tentara. Seorang yang mengenakan jubah putih (dan tampaknya paling senior di antara mereka) menyapa saya: menanyakan usia, pekerjaan, dan lain-lain. Saya menjawab sambil tersenyum. Dia bertanya juga tentang penyakit saya, tapi dokter residen mengambil inisiatif dengan menunjukkan hasil MRI dan menjelaskan dengan casciscus dalam bahasa Inggris.

Saat si dokter senior bertanya (dalam bahasa Indonesia), si dokter residen bersama dua rekannya, bergantian menjelaskan lagi dalam bahasa Inggris. Si senior manggut-manggut. Dia kemudian memberikan perintah. Dan serempak para junior menjawab, “Sir. Yes, Sir.” Sesudahnya mereka meninggalkan saya, tapi saya takjub kepada para dokter muda itu. Bukan karena mereka fasih berbahasa Inggris, tapi jawaban “Sir. Yes, Sir” mereka yang membuat saya penasaran.

Setahu saya, jawaban “Sir. Yes, Sir” hanya dilakukan para serdadu atau semacamnya. Saya tahu hal itu setelah menonton miniseri Band of Brothers yang beberapa tahun silam pernah populer. Bagi saya, jawaban itu sama dengan “Siap” atau “Siap, Pak” yang biasa dilakukan anggota TNI, Polri, dan Pamong Praja.

Para dokter itu menjawab “Sir. Yes, Sir,” apa maksudnya? Apa mereka tentara? Apa mereka sedang menempuh wajib militer? Mengapa tak menjawab dengan “Siap, Pak” saja?

Besoknya, besoknya lagi, dan di hari-hari berikutnya, para dokter muda itu terus dengan jawaban “Sir. Yes, Sir” setiap kali ditanya atau diperintah para senior.

Suatu pagi saya melihat seorang dokter yang pernah magang di rumah sakit Pemprov DKI Jakarta—ia pernah sekali “menangani” saya—di rombongan para dokter yang datang ke kamar saya. Saya menyapanya dan dia tampak kaget, ada pasien mengenalnya.

“Dokter A, Anda sudah tak magang di RS F?”

“Oh, tidak. Saya sekarang dokter residen di sini,” dia menjawab sekenanya. Kulitnya yang putih bersih terlihat memerah.

Saya tak meneruskan bertanya. Saya tak paham mekanisme permagangan dokter. Dari jawaban Dokter A, magang di rumah sakit terkesan begitu mudah. Tak cocok di rumah sakit X, bisa pindah ke rumah sakit Z. Apa benar begitu?

Dan sama dengan Dokter P, dokter A juga selalu menjawab “Sir. Yes, Sir” setiap menjawab pertanyaan atau perintah dari dokter spesialis. Dia seorang wamil? Saya kira bukan, bila melihat posturnya: pendek. Nada bicaranya juga lembut. Tapi kenapa “Sir. Yes Sir?” Apakah itu jawaban sopan dalam bahasa Inggris? Saya tak paham, dan karena itu saya bertanya kepada salah seorang dokter.

“Para dokter magang itu tentara atau sedang ikut wamil?”

Iklan

“Tidak, Pak. Dokter biasa saja.”

“Jawaban ‘Sir. Yes, Sir’ untuk apa?”

“Haha. Untuk gaya-gayaan mungkin. Ini kan rumah sakit tentara dan banyak dokter yang juga tentara.”

Saya tetap tidak paham sampai suatu hari, ketika seorang dokter senior yang memeriksa saya menanyakan hasil operasi di punggung saya, saya menjawab pertanyaannya dengan awalan, “Sir. Yes, Sir ….”

Dokter itu ngakak.

Terakhir diperbarui pada 30 Oktober 2017 oleh

Tags: bahasa inggrisdokterIGDMRIrumah sakitsakitwajib militer
Rusdi Mathari

Rusdi Mathari

Artikel Terkait

Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
perawat.mojok.co
Ragam

Perawat, “Pahlawan Kemanusiaan” yang Tak Dimanusiakan: Beban Kerja Selangit, Gaji Sulit

6 Oktober 2025
Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO
Ragam

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir

7 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.