Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Takut Bertemu dengan Teman yang Hijrah

Audian Laili oleh Audian Laili
30 Maret 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seorang perempuan takut menghubungi teman dekatnya yang sudah hijrah. Pasalnya, dia yang masih penuh dosa, takut diterima lagi sebagai teman.

TANYA

Halo Mbak Au, saya mau curhat.

Saya Maemunah. Jadi, saya punya teman dekat sejak SMA, dan hubungan kami berlangsung hingga awal perkuliahan. Seiring berjalannya waktu, kesibukan dan prioritas kami mulai berbeda. Sehingga kami jadi jarang punya waktu untuk bertemu atau bahkan menyapa via chat. Sekalinya ingin mengetahui kabar dia, saya hanya melihat dari update-an story dia, maupun teman SMA kami yang sedang bersamanya. Hal ini membuat jarak komunikasi kami semakin jauh karena tidak mengetahui kabar secara langsung dari orangnya.

Sampai saat wisuda, dia akhirnya mengunggah foto wisuda dengan menggunakan toga di akun Instagram-nya, hal ini cukup mengagetkan karena selama ini dia belum pernah memposting foto di akun Instagram-nya sama sekali. Kemudian pikiran saya mulai beramsumsi hal-hal yang mungkin memotivasi dia untuk akhirnya meng-upload foto. Mungkin ini saat yang tepat untuk menjadi persona baru, mungkin momentum wisuda menjadi titik awal untuk karir selanjutnya, dan segala kemungkinan lain. Namun saya memutuskan untuk tidak memberi respon secara langsung kepada, bahkan saya mengurungkan niat untuk menekan tombol ‘like’.

Sampai akhirnya dia mulai memosting foto-foto dengan menggunakan busana syari, dan mem-follow akun-akun ‘hijrah’. Hal ini semakin membuat saya gelisah, karena pencitraan ‘ukhti syari’ yang sering saya nyinyiri sebagai riset di dunia nyata ini, benar benar dialami oleh teman saya sendiri. Bahkan saya ragu untuk menjalin silaturahmi lagi karena perbedaan pola pikir dan perilaku ini.

Dan setiap kali saya mencoba memberanikan diri untuk menanyakan kabar, saya selalu tertahan dengan pertanyaan-pertanyaan: apakah dia masih melakukan aktivitas duniawi? Apakah dia benar-benar mengikuti kajian sepanjang waktu tanpa diselingi hiburan di indo.xxi? Apakah dia benar-benar menggunakan kulkas halal? Apakah jika kami bertemu kembali akan menambah dosanya karena saya masih penuh dengan dosa dan kesalahan?

Sekarang kami berada di satu kota yang sama dan sudah hampir satu setengah tahun kami belum bertemu kembali. Setiap kali saya ingin mulai mengumpulkan niat untuk bertemu, pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul kembali, apa yang perlu saya lakukan ya Mbak? Xixi :3

JAWAB

Halo juga Maemunah. Iya, saya baca dan saya mau jawab. Wqwq~

Mae, langsung saja, ya. Betul memang, menjaga dan merawat pertemanan itu tidak mudah. Apalagi kalau jaraknya sudah berjauhan. Hmmm, ini udah mirip-mirip pacaran jarak jauh gitu, lah. Pasti hubungan tersebut bakal dibumbui dengan yang namanya prasangka.

Dari ceritamu itu, kamu berpikir sedang merasa takut. Kamu takut kalau ternyata, dengan segala perubahannya itu, dia tidak bisa menerimamu lagi sebagai teman. Padahal, ketakutanmu itu belum terbukti apa-apa dan cuma sekadar memenuhi pikiranmu aja. Kamu menganggap dia tidak bisa menerima kamu. Padahal, sebetulnya, justru kamu sendiri yang masih belum bisa menerima dia. Iya, kan?

Kamu takut di-judge sama temanmu yang hijrah itu. Padahal kamu sendiri, diam-diam men-judge segala perubahannya. Kamu menganggap ketika dia memilih jalan hijrah, maka dia akan begini, begitu, dan seterusnya. Padahal, mah, kamu ketemu dia aja belum. Kamu hanya memperhatikannya sekelumit saja, Mae. Sekelumit dari aktivitasnya di media sosial, yang tak cukup untuk disimpulkan apa-apa.

Yang sedang kamu alami ini, namanya proyeksi. Kamu menganggap dia akan sulit menerima kamu dengan keputusan jalan hidupnya saat ini. Padahal sebetulnya, kamu sendiri yang masih kesulitan menerima dia dengan jalannya yang hijrah. Otakmu masih dipenuhi dengan prasangka dan judge tentang hidupnya.

Seperti yang entah kamu sadari atau tidak, itu jelas-jelas kamu sebutkan sendiri dalam ceritamu. Bahwa kamu, diam-diam sering nyinyir dengan hijrah dan pencitraan ‘ukhti syari’. Intinya, kamu sebetulnya masih kecewa sama dia dan belum bisa menerima segala perubahannya.

Mae, mungkin memang karena jarak, aktivitas, pergaulan yang berbeda, membuat pola pikir kalian pun juga ikut berbeda. Apalagi hal ini diperparah dengan jarangnya kalian berkomunikasi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memberanikan diri untuk menanyakan kabarnya saat ini, terlebih dulu. Cukupkan segala pikiran burukmu tentang, “apa yang bakal dia pikirkan tentangmu”. Mencoba menerka-nerka hal-hal semacam ini, tidak akan membuat pergerakan apa-apa. Yang ada, cuma bikin kamu capek-capek sendiri.

Iklan

Kalaupun dengan hijrah dia tidak lagi fokus dengan aktivitas duniawi, nggak nontonin indo.xxi lagi, pakainya kosmetik, hijab, dan kulkas halal. Terus masalahnya di mana, Maemunah?

Toh, kebutuhanmu sama dia sekadar berusaha menjalin silaturahmi lagi, kan? Kalaupun dia melakukan segala perubahan itu. Ya, itu biar jadi urusan dia sendiri aja. Lha wong, kamu juga nggak ikutan urun modal apapun dengan jalan hijrahnya.

Kalaupun dia ternyata nggak mau temenan sama kamu lagi karena bergaul dengan kamu itu penuh dosa. Yaudah. Lagi-lagi itu jadi urusan dia, yang sok mengeksklusifkan dirinya, seolah nanti waktu mati, bisa ngubur dirinya sendiri.

Udahlah, Mae, hidup ini udah rumit, jadi nggak usah semakin memperumit hidupmu sendiri. Tinggal, tanya kabar aja kok pikirannya ke mana-mana. Ini cuma tinggal mencet-mencet hape, loh. Kalau nggak ada kuota, pakai wifi gratisan juga bisa. Toh, kamu nggak perlu pakai merpati dan menunggu satu dekade untuk menerima jawaban dari dia.

Terakhir diperbarui pada 30 Maret 2019 oleh

Tags: hijrahhijrah snobLDRngejudgePertemanan
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Pejuang LDR Jogja-Jakarta makin nelangsa karena harga tiket kereta api mahal. MOJOK.CO
Ragam

Nelangsa Pejuang LDR Jogja-Jakarta, Tersiksa karena KAI dan “Hengkangnya” Sri Mulyani

11 September 2025
Ustaz Salman Al-Jugjawy: Saat Rasa Takut Kematian Merubah Jalan Kehiupan
Video

Ustaz Salman Al-Jugjawy: Saat Rasa Takut Kematian Merubah Jalan Kehidupan

3 September 2025
Dakwoh membuktikan bahwa hijrah nggak harus ninggalin dunia lama. Simak perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan inspirasi
Video

Motivasi Hidup Ala Dabwok: Hijrah Nggak Harus Ninggalin Musik

17 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.