Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Selalu Berat untuk Menolak Kalau Ada Kawan Datang Meminjam Uang

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
11 April 2020
A A
meminjam uang
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanya

Halo, Admin Mojok. Saya numpang curhat ya. Mohon maaf kalau curhatan saya nggak bermutu, tapi saya berharap, semoga Admin Mojok yang baik hati bisa memberikan sedikit, atau malah banyak, saran yang bisa saya lakukan.

Jadi begini, Min. Saya ini kebetulan adalah orang yang, alhamdulillah punya kelebihan rejeki. Saya punya penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan-kawan sepermainan saya.

Hal tersebut, sedikit banyak membikin saya agak jumawa. Di sisi yang lain, hal tersebut membuat saya menjadi semacam “Bank Perkreditan Rakyat” yang sering dimintai tolong untuk memberikan pinjaman jika ada kawan-kawan saya yang sedang butuh uang.

Nah, celakanya, perasaan jumawa saya ini membuat saya merasa sangat senang tiap kali ada yang pinjam uang, semacam ada validasi kalau saya ini mampu. Jadinya, kalau ada temen yang pinjam uang, saya hampir selalu menyanggupinya.

Awalnya hal ini tampak tidak akan bermasalah, sampai kemudian saya menyadari, ternyata banyak sekali uang saya yang dipinjam oleh kawan-kawan saya, dan sialnya, banyak yang belum kembali.

Kalau ditotal, mungkin ada lebih dari 20 juta rupiah. Jumlah yang kalau sampai istri saya tahu, niscaya ia bakal marah besar.

Tapi entah kenapa, walau saya tahu betul kondisi saya yang seperti itu, saya masih tetap nggak bisa menolak kalau ada kawan saya yang meminjam uang.

Saya merasa perlu untuk tetap mempertahankan kejumawaan saya. Saya merasa kawan-kawan saya perlu tahu kalau saya orang baik yang akan selalu siap memberikan mereka pinjaman.

Nah, menurut Admin, apa yang harus saya lakukan, ya? Barangkali ada saran untuk saya.

~Ipul, 30 tahun, Salatiga.

Jawab

Dear Ipul yang baik.

Begini. Manusia itu memang seringkali butuh pengakuan. Pengakuan tentang apa saja. Pengakuan kalau ia cerdas, cantik, tampan, berwibawa, bertalenta, kaya, dan sederet pengakuan-pengakuan lainnya.

Itu hal yang wajar dan “normal”.

Nah, dalam kasus Anda, Anda merasa perlu mendapat pengakuan dari kawan-kawan Anda bahwa Anda adalah sosok yang punya keuangan yang bagus.

Iklan

Dan sekali lagi, itu normal.

Namun ada satu hal penting yang harus diingat, bahwa kebutuhan akan pengakuan ini harus selalu punya batas toleransi. Batas yang harus diperhatikan dengan seksama.

Kita harus sadar bahwa tidak semua pengakuan itu harus kita dapatkan.

Misal begini. Ada seorang stand-up komedian yang orang-orang menganggapnya lucu. Video-videonya saat perform banyak tersebar di sosial media. Itu seharusnya sudah cukup bagi dirinya. Ia tak perlu kemudian harus selalu melucu saat ngobrol dengan kawan-kawan atau keluarganya pas ada acara keluarga atau reunian, misalnya.

Kalau ia memaksakan dirinya harus selalu lucu bahkan saat ia sedang berbincang biasa, maka itu justru akan menjadi beban tersendiri baginya. Beban yang ia peroleh karena ia merasa butuh mengumpulkan semua pengakuan kalau ia lucu.

Begitu pula dengan Anda. Dengan Anda bisa meminjami beberapa kawan-kawan Anda uang, itu seharusnya itu sudah cukup. Anda tak perlu terus membuktikan “kekayaan” Anda. lagipula, ketika ada kawan-kawan Anda yang meminjam uang pada Anda, itu berarti sudah merupakan pengakuan bahwa Anda kaya. Kalau nggak kaya, nggak mungkin kawan-kawan Anda pinjam uang sama Anda.

Anda tak perlu merasa wajib untuk memvalidasi pengakuan tersebut dengan memberikan pinjaman. Kalau memang Anda merasa berat untuk meminjami uang, ya tak perlu dipaksakan.

Kecuali kalau memang sejak awal, Anda mengikhlaskan semua uang uang sudah Anda pinjamkan. Anda menganggapnya sebagai biaya yang harus Anda bayar sebagai “ongkos” perkawanan. Itu lain soal.

Pengakuan itu penting, tapi ketenangan batin itu jauh lebih penting.

Ini sekaligus menjadi pengingat, bahwa pada titik tertentu, Anda juga punya sisi “miskin”. Nggak usah sok merasa kaya sendiri. Ingat, di atas langit, masih ada langit. Di atas Ipul, masih ada Hotman Paris. Di atas Hotman Paris masih ada Luhut Panjaitan. Di atas Luhut Panjaitan masih ada… Eh, ada siapa lagi ya di atas Luhut? Ah, entahlah.

Lain kali, kalau ada kawan Anda yang meminjam uang, jangan takut untuk menolak. Katakan bahwa Anda sedang punya kebutuhan mendadak, misalnya, sehingga tidak ada uang yang bisa dipinjamkan. Yakinlah, itu tidak akan mengurangi kewibawaan dan rasa hormat kawan-kawan kepada Anda.

Jangan terus menerus memberikan pinjaman. Misal dari 10 orang yang meminjam uang, ya setidaknya 3-4 saja yang dipinjami, pilih yang Anda merasa paling penting untuk dipinjami. Justru kalau semua dipinjami, itu akan menjadi hal yang merepotkan untuk Anda, sebab kelak jumlah kawan yang akan meminjam uang itu akan semakin bertambah banyak sebab mereka mengira kalai meminjam uang kepada Anda, pasti nggak bakal tertolak.

Jangan ragu juga untuk menagih kawan-kawan Anda yang belum mengembalikan uang. Ingat, ini bukan hanya tentang Anda, tapi juga tentang kawan-kawan Anda. Kasihan, mereka juga punya hak untuk diingatkan agar kelak tidak disiksa di akherat karena sengaja tidak membayar hutangnya.

Kadang masalah itu datang bukan karena orang lain, tapi karena kita sendiri yang menciptakannya.

Begitu, Mas Ipul.

~Agus Mulyadi

Terakhir diperbarui pada 11 April 2020 oleh

Tags: kawanmeminjam uang
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun agus mulyadi mojok.co
Pojokan

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun

5 Juli 2021
covid-19
Pojokan

Daya Dukung Sosial dari Kawan dan Follower Media Sosial Membantu Saya Sekeluarga Pulih dari Covid-19

1 Juli 2021
Mengikhlaskan uang
Pojokan

4 Tips Sederhana Mengikhlaskan Uang yang Dipinjam Kawan

18 Mei 2021
tebak-tebakan tutup botol fanta
Curhat

Menolong Kawan yang Garingnya Setengah Mampus untuk Meningkatkan Selera Humornya

19 September 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.