Tanya
Dear, Admin Mojok yang budiman. Selamat menghabiskan waktu #DiRumahAja.
Ijinkan saya untuk berbagi curhatan tentang pengalaman hidup saya ini. Siapa tahu melalui curhatan ini, saya bisa mendapatkan pencerahan.
Begini, Min.
Di waktu-waktu yang telah berlalu, saya pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan, sebut saja namanya Mawar. Saya dan mawar ini pertama kali bertemu saat saya masih kelas satu SMA dan si Mawar kelas tiga SMP, tepatnya tahun 2012.
Singkat cerita, di tahun 2012 itu juga saya dan mawar memulai hubungan pacaran.
Seperti kata kebanyakan orang, masa putih-abu itu masa yang indah. Ya, saya sendiri mengalami keindahan masa putih abu itu karena saya dan mawar pada akhirnya satu sekolah dan sering bertemu. Setelah tiga tahun berseragam putih abu, saya melanjutkan study ke salah satu universitas negeri di Bandung. Selama saya kuliah di Bandung, hubungan kami terjalin dalam jarak yang jauh.
Pada masa duduk di bangku kuliah ini, saya mulai berani main ke rumah Mawar dan bertemu orang tuanya. Dari keseringan main, saya menjadi semakin akrab dengan keluarga Mawar karena respon mereka kepada saya ternyata cukup baik. Begitu pula sebaliknya, Mawar sesekali saya saya bawa ke rumah untuk dikenalkan ke orang tua dan saudara saya. Intinya, saya dan Mawar sudah saling mengenal keluarga masing-masing.
Setelah empat tahun menimba ilmu di kampus, bulan Agustus 2018, saya wisuda. Seperti kebanyakan para wisudawan, orang tua saya datang dari kampung dan Mawar pun hadir sebagai pendamping.
Setelah selesai dengan acara tetek bengek wisuda, tugas saya selanjutnya adalah mendapatkan pekerjaan. Saya tipikal orang yang tidak gengsi dalam memilih pekerjaan sehingga setiap ada kesempatan saya selalu memasukan lamaran. Namun setelah sekian lama menebar lamaran kesana-kemari, pekerjaan itu tak kunjung saya dapatkan.
Hingga pada akhirnya saya pun mendapatkan pekerjaan walau dengan status magang. Saya jalani pekerjaan itu karena diam saja di rumah tidak akan menghasilkan apapun.
Setelah pekerjaan magang saya selesai, saya kembali menjadi seorang jobseeker. Dalam keadaan galau akibat susahnya cari kerja itulah, beban pikiran saya bertambah dengan keinginan dan kode-kode keras dari Mawar yang ingin segera menikah, mengingat hubungan pacaran kami sudah tujuh tahun ditambah teman Mawar sudah banyak yang menikah. Padahal, Mawar sendiri masih kuliah dan dia bilang ingin lulus dan kerja terlebih dahulu. Tapi, ya begitulah pikiran perempuan, sering dan mudah berubah-ubah.
Dalam keadaan yang belum mapan itu, hubungan saya dengan Mawar menjadi tidak nyaman lagi. Sering kali Mawar meminta mengakhiri hubungan. Ketika itu saya berpikiran bahwa Mawar mungkin sedang butuh jeda, sehingga pada akhirnya saya menuruti keinginan Mawar untuk selesai. Saya tidak berpikiran bahwa itu benar-benar selesai, saya masih berpikir bahwa Mawar hanya butuh jeda.
Anggapan saya itu ternayata salah. Seminggu setelah kata usai itu, saya mendengar berita rencana pernikahan Mawar. Gak percaya dengan berita yang saya dengar, saya hubungi Mawar untuk meminta kepastian. Mawar benar-benar akan menikah. Masih dalam keadaan tidak percaya, saya bertanya ke orang-orang terdekat Mawar. Dan ternyata memang benar. Mawar akan segera menikah.
Sakit betul hati ini. Dan rasa sakit itu semakin bertambah tatkala saya alasan Mawar menikah adalah karena tidak bisa lagi mengharapkan saya yang belum jelas masa depannya.
Dalam keadaan yang tidak menentu akibat kegagalan dalam mencari kerja dan gagal memperjuangkan perasaan sendiri itu, saya berusaha menguatkan diri.
Selama masa itu,hadirlah seorang perempuan (sebut aja Melati) yang datang menghibur saya. Saya tidak memiliki perasaan apa pun pada Melati, saya dan dia hanya sekedar chatting-chatting saja. Kendati demikian, hal itu cukup menjadi penghiburan bagi saya.
Hingga pada suatu hari, kebiasaan chatting saya dan Melati berhenti. Usut punya usut, ternyata Melati menjalin hubungn dengan seorang lelaki yang, belakangan saya ketahui adalah mantan pacarnya dahulu. Sejak saat itulah sikapnya berubah drastis. Dari situ saya tahu bahwa saya hanya dijadikan pelarian olehnya.
Dari kondisi yang belum mapan dan kepahitan soal cinta itu sekarang saya sulit mempercayai seorang wanita. Walaupun saya tidak mau jika pada akhirnya harus jomblo seumur hidup, menghilangkan rasa tidak percaya kepada perempuan ini cukup sulit buat saya.
Nah, dari curhatan yang saya tuliskan ini, adakah saran dari redaksi Mojok yang bisa menghilangkan kegalauan yang ada pada diri saya ini?
~Zain
Jawab
Dear, Zain.
Begini, setiap kisah asmara selalu punya alurnya masing-masing. Ada yang punya alur mulus kek wajahnya Anya Geraldine, pun ada yang kasar bergelombang bak jalan raya Blora-Purwodadi.
Nah, ndilalah, alur asmara Anda masuk dalam kategori yang kedua. Kasar dan bergelombang.
Dalam hal ini, langkah Pertama yang harus Anda pahami betul adalah semua pihak yang terlibat dalam percintaan berhak untuk menentukan keputusan. Semenyakitkan apa pun itu, namun tetap saja Mawar berhak untuk tidak memilih melanjutkan hubungannya dengan Anda. Lha gimana, kalau nanti dipaksakan, bisa jadi malah bisa jauh lebih runyam.
Mawar punya pertimbangan yang sangat masuk akal. Dia memilih menikah dengan lelaki yang memang sudah mapan dan punya masa depan yang jelas. Saya pikir, bukan hanya Mawar yang punya pertimbangan demikian. Sebab rumah tangga pada akhirnya juga menyangkut urusan banyak hal, dan pemenuhan kebutuhan ekonomi adalah salah satunya.
Berkali-kali saya bilang, bahwa membangun cinta itu pakai perasaan, tapi mempertahankannya, tetap harus pakai penghasilan.
Dalam hal ini, Anda berada dalam posisi di mana Anda tidak punya senjata untuk mempertahankan cinta Anda. Ya terima saja kalau begitu. Jangan pernah berharap bisa memenangkan pertempuran jika Anda maju ke medan laga tanpa membawa senjata.
Terima kenyataan bahwa kisah asmara Anda sedang berada dalam titik yang menyedihkan.
Kalau sudah, cobalah baca-baca thread di Twitter tentang kisah-kisah orang-orang yang punya nasib seperti Anda: ditinggalkan pasangan. Kelak, Anda akan menemukan deretan kisah orang-orang yang ternyata jauh lebih menyedihkan ketimbang kisah Anda. Misal ditinggal pasangan padahal sudah kadung seminggu sebelum hari pernikahan, dan sebagainya.
Secara psikologis, mengetahui ada banyak nasib orang yang lebih apes daripada Anda, itu akan sedikit memunculkan rasa syukur dalam diri Anda. Dan ini penting. Rasa syukur akan membikin kita menjadi lebih tangguh dan lebih kuat.
Tak perlu lagi memperjuangkan Mawar, toh dia juga sudah tidak bisa diperjuangkan, wong sudah akan menikah. Syukuri perpisahan Anda dengan Mawar. Yakinkan diri sendiri jika Anda bisa dan berhak mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari Mawar.
Ingat, Mawar meninggalkan Anda karena Anda dirasa tidak punya masa depan. Maka, cobalah membuktikan bahwa Mawar salah besar. Bikin dia menyesal. Usaha yang berlandaskan dendam biasanya punya daya yang lebih besar.
Mulailah menempa senjata agar bisa turun ke medan pertempuran.
Mulailah meningkatkan kapasitas diri. Cari koneksi. Ikut pelatihan. Dan sebangsanya. Jadikan itu sebagai bekal agar Anda bisa mendapatkan pekerjaan.
Perbaiki dulu gambaran masa depan Anda. Kurangi galau. Mulailah bekerja dan mencari uang.
Jika melamar pekerjaan ternyata susah, mulailah mencari pekerjaan yang tak perlu melamar. Berjualan online, atau menulis untuk media, atau membuka jasa yang sesuai dengan kemampuan Anda, dan sebagainya, dan sebagainya.
Semoga berhasil, Bung.
~Agus Mulyadi