Tanya.
Assalamualaikum, Mas Karjo. Saya Falisha, usia 28 tahun. Sekarang bekerja di timur Indonesia.
Langsung saja, Mas Karjo. Saya baru saja ditinggalkan oleh orang yang saya percayai. Selama 5 tahun kami berhubungan meskipun kami beda agama. Harapan saya adalah suatu hari kami bisa mengalahkan ego masing-masing dan memutuskan untuk bersama selama-lamanya. Saya bertahan dengannya meskipun kami LDR (Long Distance Relationship dan Love Different Religion).
Singkat cerita, kami pernah terpikir untuk melakukan freesex saja agar bisa bersatu, artinya mau tidak mau orang tua kami harus merestui. Meskipun takut, tapi karena sudah terlalu lama kami bersama maka terjadilah hal tersebut. Saya kebetulan ada urusan pekerjaan di kota dia, kami pun bertemu dan melakukan hal tersebut. Saat itu dia berjanji akan bertanggung jawab. Saya pun kembali ke kota saya dengan harap-harap cemas. Merasa berdosa, takut dia tidak menepati janji, dan lain sebagainya.
Namun, ada sesuatu yang ternyata disembunyikan oleh pacar saya selama ini. Saya baru mengetahuinya sebelum kita putus, ternyata dia sudah memiliki kekasih lain di kotanya. Mereka sudah berhubungan selama dua tahun. Bahkan sudah mengenalkannya ke orang tua masing-masing karena mereka seagama.
Saya mengetahuinya berkat feeling saya yang tajam dan belakangan terbukti. Saat mengetahui itu, saya benar-benar terpukul. Hilang akal dan emosi, saya memberitahu perempuan itu tentang semuanya termasuk sejauh mana hubunganku dan si mantan. Awalnya perempuan itu marah, dia memilih memutuskan hubungan dengan si mantan. Keputusannya itu membuat si mantan marah kepada saya.
Sampai di situ saya benar-benar bingung. Apa berhak dia marah kepada saya, sementara disini saya adalah korban. Saya dibohongi selama 2 tahun. Meskipun pada saat itu kami melakukannya karena sayang, tapi tetap saja saya merasa tidak adil diperlakukan seperti ini. Saya merasa saya yang dirugikan, saya pula yang ditinggalkan.
Sebab terlalu marah, saya memblokir kontaknya. Saya butuh waktu untuk menenangkan diri. Eh, saat saya sudah siap untuk berbicara dan ingin mengetahui lebih jelas, dia malah memblokir semua kontak saya dan si perempuan itu memilih kembali pada si mantan.
Saya kecewa dan hancur lagi. Saya tidak menyangka dia tega melakukan itu kepada saya. Mempermainkan perasaan, mengambil kehormatan saya, kemudian meninggalkan saya dalam luka yang teramat dalam. Ditambah dia akan menikah dengan perempuan itu. Saya merasa luka saya seperti ditaburi garam. Perih sekali sampai rasanya ingin bunuh diri.
Ya. Hari pertama mengetahui hal itu saya ingin sekali mengakhiri hidup ini. Saya dihancurkan seperti ini ditengah wabah corona yang mengharuskan saya bekerja dari rumah. Saya tinggal di perantauan yang jauh dari keluarga. Saya benar-benar seorang diri di kota ini.
Ditambah masalah hati yang sungguh mengiris hati saya. Teman-teman saya ada beberapa yang datang menghibur, tapi saya tahu setelah mereka pulang, luka ini kembali menganga dan meminta untuk diakhiri. Seperti hidupku.
Apa yang harus saya lakukan, Mas Karjo?
~Falisha
Jawab
Waalaikumussalam.
Dear Falisha.
Sebelumnya, saya turut prihatin dan bersimpati atas apa yang sudah kamu alami.
Saran pertama dan utama dari saya tentu saja adalah buang jauh-jauh keinginanmu untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah pilihan yang sangat buruk. Kamu harus tetap hidup. Bunuh diri hanya akan mengubur kesedihanmu bersama jasadmu, namun ia akan melahirkan kesedihan-kesedihan lain yang akan tinggal bersama keluarga dan orang-orang yang kamu sayangi.
Kamu bisa coba buka website ini untuk lebih meyakinkan dirimu bahwa kamu berharga dan tidak pantas untuk dibunuh oleh siapa pun, termasuk oleh dirimu sendiri.
Falisha, kamu adalah perempuan yang baik. Saya yakin akan hal ini. Dan mantanmu (semoga sudah sah menjadi mantan) itu adalah lelaki yang buruk. Lagi-lagi, saya yakin akan hal ini. Lelaki yang buruk tidak layak mendapat perempuan yang baik seperti kamu. Sekali lagi, saya juga yakin akan hal ini.
Falisha yang baik. Hidup ini memang penuh dengan hal yang tak diduga. Kerap hikmah muncul dari rentetan peristiwa yang menyakitkan. Boleh jadi, apa yang kamu rasakan ini adalah salah satunya. Bisa jadi, cobaan berat yang sudah kamu rasakan itu adalah cara Tuhan untuk memberi tahu bahwa mantanmu bukanlah lelaki yang baik bagimu.
Semesta telah menolongmu untuk lepas dari lelaki yang bedebah itu, dan kamu harus mensyukurinya.
Kamu harus tetap bahagia. Itu cara terbaik dan paling ciamik untuk mensyukuri hidup sekaligus “membalas dendam” pada mantanmu yang buruk itu. Masak dia bisa bahagia menikah sedangkan kamu malah larut dalam kesedihan. Jangan biarkan itu terjadi. Enak saja.
Kehilangan keperawanan memang hal yang berat bagi banyak perempuan, namun kamu juga harus ingat, keperawanan bukan segala-galanya. Kamu masih punya banyak nilai lain dalam dirimu.
Ada banyak sekali lelaki yang bahkan tak pernah mempermasalahkan kamu masih perawan atau tidak. Banyak lelaki yang lebih peduli pada kecerdasanmu, peduli pada sikapmu, peduli pada caramu memperlakukan mereka, peduli pada betapa menyenangkannya dirimu saat berkomunikasi, dan peduli pada apa saja yang ada pada dirimu.
Temukan lelaki itu, dan hiduplah dengan bahagia. Bikin mantanmu yang buruk itu menyesal setengah mampus karena telah meninggalkanmu.
Falisha yang baik. Tentu saja balasan curhat ini tak ada bedanya dengan kawan-kawanmu, yang hanya akan menghiburmu sejenak, namun kemudian pulang. Namun yang jelas, saya berharap, balasan curhat ini bisa menjadi satu dari sekian banyak alasan penguat bagimu, agar kamu tetap hidup, agar kamu bangkit, dan agar kamu mau mencari kebahagiaan yang baru.
~Agus Mulyadi